Haleluya Sebagai Ungkapan Iman
“Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!” (Mazmur 150:6)
Pendahuluan
"Haleluya" adalah kata yang sangat akrab bagi orang Kristen. Begitu seringnya kata ini diucapkan sehingga bahkan banyak orang bukan Kristen pun tahu bahwa yang menyebut "Haleluya" pasti adalah orang Kristen. Tapi apa arti "Haleluya"? Mungkin masih banyak orang Kristen yang tidak tahu artinya.
"Haleluya" adalah kata dari bahasa Ibrani (yang jika ditransliterasi seharusnya menjadi "haleluyah", ada tambahan huruf 'h' di belakangnya). "Haleluyah" akar katanya adalah "halal" (he was praised) dan "yah" (singkatan dari Yahweh) ditambahkan pronoun "u" di tengah-tengah maka terjemahannya adalah "Praise (You) Yahweh", atau terjemahan bebasnya: “Kamu semua pujilah TUHAN (Yahweh)!”
Kata ini adalah ajakan bagi jemaat untuk memuji Tuhan dan mengharapkan respons. Pemimpin akan berseru: "Kamu semua pujilah TUHAN!" dan jemaat berespon secara verbalis dengan mengucapkan: “Terpujilah Tuhan”. Lama kelamaan kata ini dipakai secara independen sebagai ungkapan pujian bagi Tuhan. Maka ketika orang ingin memuji Tuhan, dia bisa langsung mengatakan "Haleluya!" (bukan lagi sebagai ajakan). Maka mungkin terjemahannya menjadi: "Puji Tuhan!"
Di dalam Perjanjian Lama, kata "Haleluya" hanya muncul di Mazmur sebanyak 23 kali. Tapi kata ini juga muncul di kitab-kitab lain di luar Alkitab yang ditulis sebelum Perjanjian Baru ditulis, menandakan bahwa orang Yahudi terus memakai kata ini dalam ibadah mereka. Di dalam Perjanjian Baru, kata "Haleluya" muncul di Kitab Wahyu sebanyak 4 kali, dan ini menandakan bahwa kata ini juga biasa dipakai oleh orang Kristen dalam ibadah mereka.
Di kitab Wahyu, semua kata "Haleluya" munculnya adalah di Wahyu 19, berulang-ulang seperti refrain lagu. Dan Wahyu 19 adalah bagian penutup dari kitab Wahyu: nyanyian kemenangan bagi Anak Domba Allah, Yesus Kristus. Saat itu, seluruh dunia akan berseru bersama-sama "Haleluya! Pujilah Yahweh!"
Mari kita ingat, pada waktu kita mendengar kata ini diucapkan "Haleluya!", kita biasanya berkata "Puji Tuhan! Puji Allah kita! Haleluya!"
11 Alasan Mengapa Orang Percaya Harus Senantiasa Memuji Tuhan
Kekristenan tidak dapat dilepaskan dari pujian dan penyembahan. Dalam setiap ibadah Kristiani, aspek pujian dan penyembahan selalu mendapat porsi yang cukup banyak, selain pemberitaan Firman Tuhan. Belum lagi dengan melimpahnya rekaman kaset, CD, DVD mengenai pujian penyembahan yang tersedia di toko-toko buku rohani. Hal ini menandakan betapa unsur pujian dan penyembahan merupakan sesuatu yang penting dalam iman Kristen.
Sepenting apakah pujian dan penyembahan dalam kehidupan kita? Mengapa orang-orang Kristen dianjurkan untuk senantiasa memuji Tuhan dalam segala waktu dan keadaan? Bagaimana dengan kondisi yang sedang tidak baik, misalnya sedang sakit berat, stress, kehilangan pekerjaan, kehilangan kekasih, mengalami kerugian dalam usaha, dan hal-hal lainnya yang membuat orang kehilangan semangat, adakah alasan untuk tetap memuji Tuhan?
Kita akan melihat alasan-alasan alkitabiah mengapa dianjurkan untuk senantiasa memuji Tuhan. Apalagi menghadapi awal tahun depan, mungkin banyak orang yang sedang kuatir mengenai kelanjutan usaha, studi, bisnis, rumah tangga, keuangan yang bermasalah dsb. Hal-hal itu kerap membuat kita jadi lemah semangat dan tidak bergairah dalam memuji Tuhan.
Uraian berikut kiranya dapat memberikan pencerahan kepada kita, setelah membaca 11 alasan mengapa orang-orang beriman harus senantiasa memuji Tuhan.
1. Sebab kita diciptakan untuk Memuji Tuhan
Alasan utama dan pertama yang patut diresapi mengapa Tuhan menciptakan manusia, menyelamatkannya dari dosa dan menjanjikan hidup kekal di surga, tertulis dalam kitab Yesaya 43:21, “umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku.”
Allah rindu agar setiap aspek kehidupan umat-Nya dipenuhi dengan pujian akan kebesaran-Nya. Itu sebabnya Dia telah melahirbarukan kita semua, dan memberikan perintah untuk bersaksi tentang nama Yesus sampai keujung-ujung Bumi, yaitu agar semua orang mengenal-Nya sebagai satu-satunya Juruselamat. Kita diciptakan untuk kemuliaan-Nya, seperti disaksikan dalam ayat berikut, “semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!” (Yesaya 43:7)
2. Kita diperintahkan untuk memuji Tuhan
Firman Tuhan menulis, “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!” (Mazmur 150:6) Ada himbauan, perintah untuk memuji Tuhan. Sebagai anak-anak Allah yang telah ditebus oleh darah Kristus, ketaatan merupakan gaya hidup Kerajaan Allah. Dan sebagai anak-anak Tuhan yang taat, tentunya dengan sukacita kita semua akan memuji-muji Tuhan sesuai dengan firman-Nya.
3. Sebab Tuhan telah menyelamatkan kita
Raja Daud adalah sosok pria yang telah “kenyang” dengan berbagai proses kehidupan. Dari gembala kambing domba, sampai menjadi gembala bagi umat Israel. Ia telah kaya dengan berbagai pengalaman tempur. Dalam kesemuanya itu, ia menyadari bahwa Tuhanlah yang telah mendukung dan menyelamatkannya. Hal itu ia tuangkan dalam suatu lagu pujian yang dinyanyikan bani Asaf, “Selamatkanlah kami, ya TUHAN Allah, Penyelamat kami, dan kumpulkanlah dan lepaskanlah kami dari antara bangsa-bangsa, supaya kami bersyukur kepada nama-Mu yang kudus, dan bermegah dalam puji-pujian kepada-Mu.” (1 Tawarikh 16:35).
Dalam kitab Mazmur, Daud juga menuliskan ungkapan syukurnya lewat puji-pujian kepada Allah karena telah mendapat keselamatan.
Selamatkanlah kami, ya TUHAN, Allah kami, dan kumpulkanlah kami dari antara bangsa-bangsa, supaya kami bersyukur kepada nama-Mu yang kudus, dan bermegah dalam puji-pujian kepada-Mu. (Mzm 106:47) supaya aku menceritakan segala perbuatan-Mu yang terpuji dan bersorak-sorak di pintu gerbang puteri Sion karena keselamatan yang dari pada-Mu. (Mzm 9:15).
Bagi kita yang hidup dalam masa Perjanjian Baru, keselamatan terbesar telah dianugerahkan Allah. Kini sebagai ciptaan baru, anak-anak Allah yang hidup, layaklah apabila kita semua selalu menaikkan pujian syukur kepada-Nya untuk karya keselamatan yang dianugerahkan dalam Kristus Yesus.
4. Ekspresi syukur kita kepada-Nya
Ada banyak hal yang perlu kita syukuri dalam kehidupan ini daripada hanya mengeluh dan bersungut-sungut. Paling tidak bersyukurlah untuk nafas kehidupan yang masih diberikan Tuhan, sehingga kita semua masih bisa menikmati kehidupan ini, mencintai dan dicintai oleh orang-orang yang dekat di hati.
Bersyukurlah untuk anugerah keselamatan hidup kekal yang diberikan Bapa di dalam Kristus Yesus, sebab ada banyak orang yang terpanggil, namun mereka menolak untuk memberikan hati dan hidupnya kepada Kristus. Bani Asaf mengekspresikan syukurnya dalam 1 Tawarikh 16:36, “Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Maka seluruh umat mengatakan: “Amin! Pujilah TUHAN!”
Demikian pula anjuran dalam Kitab Ibrani 13:5 “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.”
5. Sebab kasih setia-Nya kekal
Kita patut bangga dan bersukacita sebab Allah adalah pribadi yang penuh dengan kasih setia. Kasih setianya bahkan bersifat kekal atau untuk selama-lamanya. Itu artinya, Tuhan mengasihi Anda dan saya selama-lamanya. Kasih-Nya tidak akan pudar ketika kita misalnya sedang jatuh dalam dosa. Justru pada saat demikian, Dia akan mendekati dengan cinta-Nya yang besar, memanggil untuk kembali bertobat dan hidup dalam anugerah-Nya.
Allah bukanlah manusia yang kasihnya terbatas. Kasih manusia terbatas dan seringkali berakhir ketika orang yang dicintai menghianati. Namun tidak demikian dengan Allah. Itu sebabnya kita dapat dengan tenang merebahkan diri dalam naungan kasih-Nya, sebab kita tahu Dia mengayomi umatnya sampai selama-lamanya.
Rasul Petrus pernah menyangkal Yesus sampai tiga kali di hadapan orang banyak. Namun, Allah yang penuh dengan kasih setia tetap menantinya untuk kembali bertobat. Dan kita semua tahu, rasul Petrus kemudian dipulihkan bahkan melayani Tuhan dengan luar biasa.
Daud yang sangat memahami sifat Allah ini, melantunkannya dalam suatu mazmur:
Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. (Mzm 106:1)
6. Sebab Tuhan bertahta diatas pujian kita
Alkitab menulis, “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” (Mzm 22:4). Allah ternyata sangat menikmati pujian penyembahan umat-Nya. Hal itu nampak nyata dari tindakan-Nya yang “duduk bertahta” di atas puji-pujian.
Oleh karenanya, hiduplah senantiasa dalam pujian dan penyembahan. Bahkan ketika disaat-saat tersulit, kelam kelabu sedang menerpa kehidupan kita, tetaplah memuji Tuhan. Karena justru ketika kita melakukannya, maka Allah akan hadir, datang dan menikmati pujian kita.
Kehadiran Allah pasti disertai dengan hadirat kudus-Nya yang membebaskan, memulihkan, menyembuhkan, mencerahkan, menolong bahkan memberkati umat-Nya. Pertolongan kasih-Nya akan hadir dan memerdekakan kita dari beban berat, masalah dan sebagainya.
7. Indah dan baik memuji-muji Tuhan
Mazmur 147:1 menulis, “Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.” Tidak ada kenikmatan dan keindahan yang lebih besar dari menaikkan mazmur puji-pujian kepada Tuhan. Raja Daud dengan jujur bersaksi bahwa indah dan layaklah bagi kita semua untuk memuji-muji Tuhan. Oleh karenanya, marilah memuji Tuhan di segala waktu, dan tidak terbatas hanya pada saat beribadah di gereja saja. Tuhan sangat senang mendengar kidung puji-pujian yang dengan tulus keluar dari hati dan bibir umat-Nya. Haleluyah!!
8. Sebab Tuhan layak dipuji
Tidak ada pribadi yang lebih layak dipuji dan disembah selain daripada Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya Dia saja yang layak menerima pujian dan pengagungan dari kita. Sebab Dialah pencipta yang sempurna, Tuhan yang mengampuni segala dosa dan kesalahan kita serta berjanji untuk selalu menyertai kita, sebagaimana arti dari gelar “Immanuel” yang disandang-Nya. Pujian kepada-Nya bergema di Surga: Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” Dan keempat makhluk itu berkata: “Amin”. Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah. (Wahyu 5:13-14) Pemazmur pun menggemakannya dalam berbagai kesempatan: “Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! (Mzm 146:1) Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. (Mzm 146:2)
9. Ada KUASA dalam pujian
1 Samuel 16:14,23 menulis, “Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN… Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.”
Suatu kisah dari Perjanjian Lama yang mengajarkan bahwa dalam puji-pujian; setan dan roh-roh jahat dapat dikalahkan. Betapa hebat kuasa dalam puji-pujian. Sebab Allah hadir, Allah bertahta dalam puji-pujian!
10. Mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 43:5)
Raja Daud adalah manusia biasa sama seperti kita. Diapun pernah dan sering mengalami kesedihan maupun tekanan dalam hati dan jiwanya. Namun dalam kesemuanya itu, dia tidak menjadi putus asa maupun tenggelam dalam kesedihan.
Mazmur di atas menjelaskan bahwa Daud tetap mampu mengucap syukur meskipun sedang dalam keadaan buruk dan tertekan. Dia juga menguatkan hatinya dan berharap pada Allah. Inilah sikap yang patut kita teladani. Ubahlah keadaan buruk dan kesedihan menjadi kemenangan dengan kuasa puji-pujian.
Dalam perjalanan misinya di kota Filipi, Roma, Rasul Paulus dan Silas dimasukkan ke dalam penjara oleh orang-orang yang tidak suka dengan mereka. Bahkan sebelumnya mereka dikenakan hukuman dera. Tetapi hal ini tidak membuat mereka berkecil hati. Mereka tidak kecewa ataupun putus asa dengan keadaan yang menimpa mereka. Justru iman mereka semakin dikuatkan melalui keadaan ini. Mereka tahu bahwa segala sesuatu pasti terjadi seturut dengan kehendak Tuhan.
Masalah dan pencobaan boleh datang, tetapi sebagai umat-Nya kita harus belajar seperti Paulus dan Silas. Dalam keadaan senang ataupun susah, bahkan dalam keadaan yang paling buruk sekalipun, kita harus tetap dapat mengucap syukur dan memuji Tuhan. Jangan mengeluarkan keluhan ataupun sungut-sungut di hadapan Tuhan.
Mereka lalu berdoa dan menaikkan puji-pujian kepada Tuhan. Mereka bernyanyi dengan semangat dan suara yang keras sehingga orang-orang lainnya yang berada dalam penjara juga ikut mendengarnya. Paulus dan Silas benar-benar mengerti bahwa ada kuasa dalam puji-pujian, seperti dinyatakan firman Tuhan, “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel” (Mazmur 22:4). Mereka mengerti bahwa ketika mereka menaikkan puji-pujian, maka kuasa Allah akan turun.
Dan itulah yang kemudian terjadi…disaat mereka terus menaikkan puji-pujian kepada Allah, maka …terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah, dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua (Kisah Para Rasul 16:26).
Kalahkanlah kesedihan dan tekanan di hati Anda dengan kuasa puji-pujian. Allah sanggup mencurahkan kasih dan kuasa-Nya yang dahsyat untuk mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan dalam kehidupan kita.
11. Sebab itulah gaya hidup kita nanti di Surga
Ketika hari-Nya tiba, kita semua akan bersama-sama dengan Tuhan di Surga. Disana kita tidak lagi akan membaca Alkitab maupun berdoa, sebab kita telah langsung bertemu dengan Allah juru selamat yang maha mulia. Apakah yang akan dilakukan orang-orang percaya disana? Tiada lain selain memuji dan menyembah Tuhan. Demikian dijelaskan kitab suci:
Yesaya 66:22-23
Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan itu, tinggal tetap di hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunanmu dan namamu akan tinggal tetap. Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman TUHAN.
Wahyu 22:1-3
Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya. Eko P. Saragi.
Pendahuluan
"Haleluya" adalah kata yang sangat akrab bagi orang Kristen. Begitu seringnya kata ini diucapkan sehingga bahkan banyak orang bukan Kristen pun tahu bahwa yang menyebut "Haleluya" pasti adalah orang Kristen. Tapi apa arti "Haleluya"? Mungkin masih banyak orang Kristen yang tidak tahu artinya.
"Haleluya" adalah kata dari bahasa Ibrani (yang jika ditransliterasi seharusnya menjadi "haleluyah", ada tambahan huruf 'h' di belakangnya). "Haleluyah" akar katanya adalah "halal" (he was praised) dan "yah" (singkatan dari Yahweh) ditambahkan pronoun "u" di tengah-tengah maka terjemahannya adalah "Praise (You) Yahweh", atau terjemahan bebasnya: “Kamu semua pujilah TUHAN (Yahweh)!”
Kata ini adalah ajakan bagi jemaat untuk memuji Tuhan dan mengharapkan respons. Pemimpin akan berseru: "Kamu semua pujilah TUHAN!" dan jemaat berespon secara verbalis dengan mengucapkan: “Terpujilah Tuhan”. Lama kelamaan kata ini dipakai secara independen sebagai ungkapan pujian bagi Tuhan. Maka ketika orang ingin memuji Tuhan, dia bisa langsung mengatakan "Haleluya!" (bukan lagi sebagai ajakan). Maka mungkin terjemahannya menjadi: "Puji Tuhan!"
Di dalam Perjanjian Lama, kata "Haleluya" hanya muncul di Mazmur sebanyak 23 kali. Tapi kata ini juga muncul di kitab-kitab lain di luar Alkitab yang ditulis sebelum Perjanjian Baru ditulis, menandakan bahwa orang Yahudi terus memakai kata ini dalam ibadah mereka. Di dalam Perjanjian Baru, kata "Haleluya" muncul di Kitab Wahyu sebanyak 4 kali, dan ini menandakan bahwa kata ini juga biasa dipakai oleh orang Kristen dalam ibadah mereka.
Di kitab Wahyu, semua kata "Haleluya" munculnya adalah di Wahyu 19, berulang-ulang seperti refrain lagu. Dan Wahyu 19 adalah bagian penutup dari kitab Wahyu: nyanyian kemenangan bagi Anak Domba Allah, Yesus Kristus. Saat itu, seluruh dunia akan berseru bersama-sama "Haleluya! Pujilah Yahweh!"
Mari kita ingat, pada waktu kita mendengar kata ini diucapkan "Haleluya!", kita biasanya berkata "Puji Tuhan! Puji Allah kita! Haleluya!"
11 Alasan Mengapa Orang Percaya Harus Senantiasa Memuji Tuhan
Kekristenan tidak dapat dilepaskan dari pujian dan penyembahan. Dalam setiap ibadah Kristiani, aspek pujian dan penyembahan selalu mendapat porsi yang cukup banyak, selain pemberitaan Firman Tuhan. Belum lagi dengan melimpahnya rekaman kaset, CD, DVD mengenai pujian penyembahan yang tersedia di toko-toko buku rohani. Hal ini menandakan betapa unsur pujian dan penyembahan merupakan sesuatu yang penting dalam iman Kristen.
Sepenting apakah pujian dan penyembahan dalam kehidupan kita? Mengapa orang-orang Kristen dianjurkan untuk senantiasa memuji Tuhan dalam segala waktu dan keadaan? Bagaimana dengan kondisi yang sedang tidak baik, misalnya sedang sakit berat, stress, kehilangan pekerjaan, kehilangan kekasih, mengalami kerugian dalam usaha, dan hal-hal lainnya yang membuat orang kehilangan semangat, adakah alasan untuk tetap memuji Tuhan?
Kita akan melihat alasan-alasan alkitabiah mengapa dianjurkan untuk senantiasa memuji Tuhan. Apalagi menghadapi awal tahun depan, mungkin banyak orang yang sedang kuatir mengenai kelanjutan usaha, studi, bisnis, rumah tangga, keuangan yang bermasalah dsb. Hal-hal itu kerap membuat kita jadi lemah semangat dan tidak bergairah dalam memuji Tuhan.
Uraian berikut kiranya dapat memberikan pencerahan kepada kita, setelah membaca 11 alasan mengapa orang-orang beriman harus senantiasa memuji Tuhan.
1. Sebab kita diciptakan untuk Memuji Tuhan
Alasan utama dan pertama yang patut diresapi mengapa Tuhan menciptakan manusia, menyelamatkannya dari dosa dan menjanjikan hidup kekal di surga, tertulis dalam kitab Yesaya 43:21, “umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku.”
Allah rindu agar setiap aspek kehidupan umat-Nya dipenuhi dengan pujian akan kebesaran-Nya. Itu sebabnya Dia telah melahirbarukan kita semua, dan memberikan perintah untuk bersaksi tentang nama Yesus sampai keujung-ujung Bumi, yaitu agar semua orang mengenal-Nya sebagai satu-satunya Juruselamat. Kita diciptakan untuk kemuliaan-Nya, seperti disaksikan dalam ayat berikut, “semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!” (Yesaya 43:7)
2. Kita diperintahkan untuk memuji Tuhan
Firman Tuhan menulis, “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!” (Mazmur 150:6) Ada himbauan, perintah untuk memuji Tuhan. Sebagai anak-anak Allah yang telah ditebus oleh darah Kristus, ketaatan merupakan gaya hidup Kerajaan Allah. Dan sebagai anak-anak Tuhan yang taat, tentunya dengan sukacita kita semua akan memuji-muji Tuhan sesuai dengan firman-Nya.
3. Sebab Tuhan telah menyelamatkan kita
Raja Daud adalah sosok pria yang telah “kenyang” dengan berbagai proses kehidupan. Dari gembala kambing domba, sampai menjadi gembala bagi umat Israel. Ia telah kaya dengan berbagai pengalaman tempur. Dalam kesemuanya itu, ia menyadari bahwa Tuhanlah yang telah mendukung dan menyelamatkannya. Hal itu ia tuangkan dalam suatu lagu pujian yang dinyanyikan bani Asaf, “Selamatkanlah kami, ya TUHAN Allah, Penyelamat kami, dan kumpulkanlah dan lepaskanlah kami dari antara bangsa-bangsa, supaya kami bersyukur kepada nama-Mu yang kudus, dan bermegah dalam puji-pujian kepada-Mu.” (1 Tawarikh 16:35).
Dalam kitab Mazmur, Daud juga menuliskan ungkapan syukurnya lewat puji-pujian kepada Allah karena telah mendapat keselamatan.
Selamatkanlah kami, ya TUHAN, Allah kami, dan kumpulkanlah kami dari antara bangsa-bangsa, supaya kami bersyukur kepada nama-Mu yang kudus, dan bermegah dalam puji-pujian kepada-Mu. (Mzm 106:47) supaya aku menceritakan segala perbuatan-Mu yang terpuji dan bersorak-sorak di pintu gerbang puteri Sion karena keselamatan yang dari pada-Mu. (Mzm 9:15).
Bagi kita yang hidup dalam masa Perjanjian Baru, keselamatan terbesar telah dianugerahkan Allah. Kini sebagai ciptaan baru, anak-anak Allah yang hidup, layaklah apabila kita semua selalu menaikkan pujian syukur kepada-Nya untuk karya keselamatan yang dianugerahkan dalam Kristus Yesus.
4. Ekspresi syukur kita kepada-Nya
Ada banyak hal yang perlu kita syukuri dalam kehidupan ini daripada hanya mengeluh dan bersungut-sungut. Paling tidak bersyukurlah untuk nafas kehidupan yang masih diberikan Tuhan, sehingga kita semua masih bisa menikmati kehidupan ini, mencintai dan dicintai oleh orang-orang yang dekat di hati.
Bersyukurlah untuk anugerah keselamatan hidup kekal yang diberikan Bapa di dalam Kristus Yesus, sebab ada banyak orang yang terpanggil, namun mereka menolak untuk memberikan hati dan hidupnya kepada Kristus. Bani Asaf mengekspresikan syukurnya dalam 1 Tawarikh 16:36, “Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Maka seluruh umat mengatakan: “Amin! Pujilah TUHAN!”
Demikian pula anjuran dalam Kitab Ibrani 13:5 “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.”
5. Sebab kasih setia-Nya kekal
Kita patut bangga dan bersukacita sebab Allah adalah pribadi yang penuh dengan kasih setia. Kasih setianya bahkan bersifat kekal atau untuk selama-lamanya. Itu artinya, Tuhan mengasihi Anda dan saya selama-lamanya. Kasih-Nya tidak akan pudar ketika kita misalnya sedang jatuh dalam dosa. Justru pada saat demikian, Dia akan mendekati dengan cinta-Nya yang besar, memanggil untuk kembali bertobat dan hidup dalam anugerah-Nya.
Allah bukanlah manusia yang kasihnya terbatas. Kasih manusia terbatas dan seringkali berakhir ketika orang yang dicintai menghianati. Namun tidak demikian dengan Allah. Itu sebabnya kita dapat dengan tenang merebahkan diri dalam naungan kasih-Nya, sebab kita tahu Dia mengayomi umatnya sampai selama-lamanya.
Rasul Petrus pernah menyangkal Yesus sampai tiga kali di hadapan orang banyak. Namun, Allah yang penuh dengan kasih setia tetap menantinya untuk kembali bertobat. Dan kita semua tahu, rasul Petrus kemudian dipulihkan bahkan melayani Tuhan dengan luar biasa.
Daud yang sangat memahami sifat Allah ini, melantunkannya dalam suatu mazmur:
Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. (Mzm 106:1)
6. Sebab Tuhan bertahta diatas pujian kita
Alkitab menulis, “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” (Mzm 22:4). Allah ternyata sangat menikmati pujian penyembahan umat-Nya. Hal itu nampak nyata dari tindakan-Nya yang “duduk bertahta” di atas puji-pujian.
Oleh karenanya, hiduplah senantiasa dalam pujian dan penyembahan. Bahkan ketika disaat-saat tersulit, kelam kelabu sedang menerpa kehidupan kita, tetaplah memuji Tuhan. Karena justru ketika kita melakukannya, maka Allah akan hadir, datang dan menikmati pujian kita.
Kehadiran Allah pasti disertai dengan hadirat kudus-Nya yang membebaskan, memulihkan, menyembuhkan, mencerahkan, menolong bahkan memberkati umat-Nya. Pertolongan kasih-Nya akan hadir dan memerdekakan kita dari beban berat, masalah dan sebagainya.
7. Indah dan baik memuji-muji Tuhan
Mazmur 147:1 menulis, “Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.” Tidak ada kenikmatan dan keindahan yang lebih besar dari menaikkan mazmur puji-pujian kepada Tuhan. Raja Daud dengan jujur bersaksi bahwa indah dan layaklah bagi kita semua untuk memuji-muji Tuhan. Oleh karenanya, marilah memuji Tuhan di segala waktu, dan tidak terbatas hanya pada saat beribadah di gereja saja. Tuhan sangat senang mendengar kidung puji-pujian yang dengan tulus keluar dari hati dan bibir umat-Nya. Haleluyah!!
8. Sebab Tuhan layak dipuji
Tidak ada pribadi yang lebih layak dipuji dan disembah selain daripada Tuhan kita Yesus Kristus. Hanya Dia saja yang layak menerima pujian dan pengagungan dari kita. Sebab Dialah pencipta yang sempurna, Tuhan yang mengampuni segala dosa dan kesalahan kita serta berjanji untuk selalu menyertai kita, sebagaimana arti dari gelar “Immanuel” yang disandang-Nya. Pujian kepada-Nya bergema di Surga: Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” Dan keempat makhluk itu berkata: “Amin”. Dan tua-tua itu jatuh tersungkur dan menyembah. (Wahyu 5:13-14) Pemazmur pun menggemakannya dalam berbagai kesempatan: “Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! (Mzm 146:1) Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. (Mzm 146:2)
9. Ada KUASA dalam pujian
1 Samuel 16:14,23 menulis, “Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN… Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.”
Suatu kisah dari Perjanjian Lama yang mengajarkan bahwa dalam puji-pujian; setan dan roh-roh jahat dapat dikalahkan. Betapa hebat kuasa dalam puji-pujian. Sebab Allah hadir, Allah bertahta dalam puji-pujian!
10. Mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! (Mazmur 43:5)
Raja Daud adalah manusia biasa sama seperti kita. Diapun pernah dan sering mengalami kesedihan maupun tekanan dalam hati dan jiwanya. Namun dalam kesemuanya itu, dia tidak menjadi putus asa maupun tenggelam dalam kesedihan.
Mazmur di atas menjelaskan bahwa Daud tetap mampu mengucap syukur meskipun sedang dalam keadaan buruk dan tertekan. Dia juga menguatkan hatinya dan berharap pada Allah. Inilah sikap yang patut kita teladani. Ubahlah keadaan buruk dan kesedihan menjadi kemenangan dengan kuasa puji-pujian.
Dalam perjalanan misinya di kota Filipi, Roma, Rasul Paulus dan Silas dimasukkan ke dalam penjara oleh orang-orang yang tidak suka dengan mereka. Bahkan sebelumnya mereka dikenakan hukuman dera. Tetapi hal ini tidak membuat mereka berkecil hati. Mereka tidak kecewa ataupun putus asa dengan keadaan yang menimpa mereka. Justru iman mereka semakin dikuatkan melalui keadaan ini. Mereka tahu bahwa segala sesuatu pasti terjadi seturut dengan kehendak Tuhan.
Masalah dan pencobaan boleh datang, tetapi sebagai umat-Nya kita harus belajar seperti Paulus dan Silas. Dalam keadaan senang ataupun susah, bahkan dalam keadaan yang paling buruk sekalipun, kita harus tetap dapat mengucap syukur dan memuji Tuhan. Jangan mengeluarkan keluhan ataupun sungut-sungut di hadapan Tuhan.
Mereka lalu berdoa dan menaikkan puji-pujian kepada Tuhan. Mereka bernyanyi dengan semangat dan suara yang keras sehingga orang-orang lainnya yang berada dalam penjara juga ikut mendengarnya. Paulus dan Silas benar-benar mengerti bahwa ada kuasa dalam puji-pujian, seperti dinyatakan firman Tuhan, “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel” (Mazmur 22:4). Mereka mengerti bahwa ketika mereka menaikkan puji-pujian, maka kuasa Allah akan turun.
Dan itulah yang kemudian terjadi…disaat mereka terus menaikkan puji-pujian kepada Allah, maka …terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah, dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua (Kisah Para Rasul 16:26).
Kalahkanlah kesedihan dan tekanan di hati Anda dengan kuasa puji-pujian. Allah sanggup mencurahkan kasih dan kuasa-Nya yang dahsyat untuk mengubah keadaan buruk menjadi kemenangan dalam kehidupan kita.
11. Sebab itulah gaya hidup kita nanti di Surga
Ketika hari-Nya tiba, kita semua akan bersama-sama dengan Tuhan di Surga. Disana kita tidak lagi akan membaca Alkitab maupun berdoa, sebab kita telah langsung bertemu dengan Allah juru selamat yang maha mulia. Apakah yang akan dilakukan orang-orang percaya disana? Tiada lain selain memuji dan menyembah Tuhan. Demikian dijelaskan kitab suci:
Yesaya 66:22-23
Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan itu, tinggal tetap di hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunanmu dan namamu akan tinggal tetap. Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman TUHAN.
Wahyu 22:1-3
Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa. Maka tidak akan ada lagi laknat. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya. Eko P. Saragi.
Haleluya Sebagai Ungkapan Iman
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan “Haleluya” sebagai sebuah istilah Kristen yang berarti ungkapan untuk menyatakan pujian, rasa syukur, atau rasa sukacita. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini juga menjelaskan bahwa kata “Haleluya” merupakan sebutan liturgis, yang diduga telah menjadi sebutan baku untuk memuji Tuhan dalam kebaktian di dalam Bait Allah sesudah masa Pembuangan.
Haleluya atau Aleluya, berasal dari kata bahasa Ibrani: הַלְלוּיָהּ, bahasa Yunani: Ἁλληλούϊα, Allelouia yang memiliki arti "Pujilah Tuhan". Haleluya banyak ditemukan dalam kitab Mazmur pasal 113-118 dan memiliki lafal serupa dalam banyak bahasa, namun tidak semua bahasa. Haleluya digunakan dalam agama Yahudi sebagai bagian dari doa Hallel (doa pujian), dan sebagai pujian kepada Tuhan dalam agama Kristen.
Apa sebenarnya arti kata itu?
Dalam bahasa Ibrani, kata “Haleluyah” terdiri dari dua kata: “Hallelu” dan “Yah”. Kata “Halelu”, berasal dari kata "Halel", dapat diartikan "marilah kita", yang terdiri dari dua huruf ibrani “he” dan “lamedh”. Huruf “he” awalnya adalah gambar seorang laki-laki dengan tangan menengadah ke atas melihat ke suatu penglihatan yang menakjubkan. Sedangkan huruf “lamed” pada mulanya gambar sebuah tongkat yang dipakai gembala untuk menggerakkan kawanan hewannya ke suatu arah. Dengan demikian penggabungan dua huruf “he” dan “lamed” itu berarti “melihat ke arah”. Sedangkan kata “Yah” merupakan kependekan dari nama sebutan Tuhan, “YHWH” atau dalam bahasa Inggris Yahweh atau Jehovah. Dengan demikian "Haleluya" dapat diartikan "melihat ke arah Tuhan".
Pengalaman bangsa Israel
Mazmur 106 mengisahkan TUHAN itu setia, sedangkan umat Israel seringkali tidak mau melihat ke arah Tuhan yang setia itu. Jika bangsa itu melihat ke arah TUHAN, maka mereka tidak akan berbuat dosa, sekalipun mengalami krisis yang berat. Dosa-dosa Israel yang dipaparkan dalam pasal itu mestinya tidak perlu terjadi: nafsu (ay.14), kecemburuan (ay.16-18), menolak negeri yang dijanjikan Allah (ay.24), bersungut-sungut (ay.32-33), dan menajiskan diri dengan berhala-berhala (ay.19-20, 36-39). Tetapi karena bangsa itu tidak melihat ke arah TUHAN, maka pada saat menghadapi laut Teberau sementara tentara Firaun dekat di belakangnya, mereka takut dan berbuat dosa (Mz. 106:6-7; Kel.14:10-12). Musa berbicara kepada mereka, supaya bangsa Israel melihat keselamatan dari TUHAN (Kel.14:13). Israel rupanya mendengar perkataan Musa. Penulis Ibrani memberi kesaksian bahwa karena iman maka mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering (Ibr. 11:29).
Penggunaan dan Implikasinya
Secara luas, Haleluya merupakan respon keyakinan iman yang paling banyak digunakan saat peribadatan dan Kebaktian Kristen. Dibaca atau dinyanyikan sebagai seruan yang digambarkan oleh Agustinus (430 M, salah satu bapa gereja terbesar) sebagai jawaban umat atas pujian altar yang dinyanyikan setelah pembacaan pertama Kitab Suci. Dalam gereja-gereja Protestan, selesai pembacaan Kitab Suci, jemaat serentak menyanyikan Haleluya sebanyak 3 kali. Makna kata Haleluyah telah jelas, yakni melihat ke arah Tuhan. Pertanyaannya : Apakah kita sebagai anak-anak Tuhan telah melihat ke arahNya dalam menyusuri perjalanan hidup kita? Sebagaimana jalan itu banyak persimpangan, demikian juga jalan hidup manusia. Jika kita tidak tahu arah, maka kita akan tersesat. Penulis kitab Ibrani menasihati kita agar pandangan kita tertuju kepada Yesus. Sebab, Yesuslah yang membangkitkan iman kita dan memeliharanya dari permulaan sampai akhir (Ibrani 12:2)
Bandingkan dengan ini: Tahmid yaitu istilah untuk frase Arab “Alḥamdulillāh” (الحمد لله) yang berarti "Pujian itu hanya untuk Allah", merupakan ungkapan atas rasa terima kasih seorang muslim atas karunia Allah. Seorang musisi reggae Indonesia Tony Q Rastafara mencoba membuat lirik lagu yang berjudul : “Haleluya Alhamdulillah”, yang mentransformasikan pemikirannya terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya agama dalam sebuah lagu untuk mengajak pendengar untuk kembali ke kesadaran pluralisme, demikian :
(Reff) : Haleluya Alhamdulillah, Haleluya Alhamdulillah; Air tanah udara matahari dan tumbuhan; Semua lelah di persembahkan bagi kehidupan; Tak kurasa ku apapun yang Tuhan limpahkan; Maka setiap tarikan nafas kita adalah karunia. (Reff) : Haleluya Alhamdulillah, Haleluya Alhamdulillah; Tak bisa kita sangkal segala macam-macam perbedaan; Tak perlu lagi kita persoalkan tentang keyakinan; Hanya cinta kasih sayang yang harus terus kita buktikan; Karna ku yakin Tuhan ada dalam diri kita; Karna ku yakin Tuhan hadir dalam nada-nada cinta.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kata “Haleluya” dipergunakan untuk menaikkan ucapan syukur kepada Tuhan, yang dalam kehidupan sehari-hari, dapat disejajarkan dengan sebutan “Puji Tuhan” karena kedua kata ini memiliki arti yang sama yaitu menyatakan penyembahan dan ucapan syukur kepada Tuhan. Makna kata Haleluya adalah kata yang sederhana namun memberi pengajaran yang luar biasa bagi kita, bagaimana kita melihat ke arah Tuhan.
Ayat pertama didalam Alkitab yang memuat Haleluya adalah Mazmur 104:35 “Biarlah habis orang-orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang-orang fasik tidak ada lagi! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Haleluya!”. Tuhan Yesus memberkati [Disadur dari beberapa sumber]. Agus Hardjanta
Haleluya atau Aleluya, berasal dari kata bahasa Ibrani: הַלְלוּיָהּ, bahasa Yunani: Ἁλληλούϊα, Allelouia yang memiliki arti "Pujilah Tuhan". Haleluya banyak ditemukan dalam kitab Mazmur pasal 113-118 dan memiliki lafal serupa dalam banyak bahasa, namun tidak semua bahasa. Haleluya digunakan dalam agama Yahudi sebagai bagian dari doa Hallel (doa pujian), dan sebagai pujian kepada Tuhan dalam agama Kristen.
Apa sebenarnya arti kata itu?
Dalam bahasa Ibrani, kata “Haleluyah” terdiri dari dua kata: “Hallelu” dan “Yah”. Kata “Halelu”, berasal dari kata "Halel", dapat diartikan "marilah kita", yang terdiri dari dua huruf ibrani “he” dan “lamedh”. Huruf “he” awalnya adalah gambar seorang laki-laki dengan tangan menengadah ke atas melihat ke suatu penglihatan yang menakjubkan. Sedangkan huruf “lamed” pada mulanya gambar sebuah tongkat yang dipakai gembala untuk menggerakkan kawanan hewannya ke suatu arah. Dengan demikian penggabungan dua huruf “he” dan “lamed” itu berarti “melihat ke arah”. Sedangkan kata “Yah” merupakan kependekan dari nama sebutan Tuhan, “YHWH” atau dalam bahasa Inggris Yahweh atau Jehovah. Dengan demikian "Haleluya" dapat diartikan "melihat ke arah Tuhan".
Pengalaman bangsa Israel
Mazmur 106 mengisahkan TUHAN itu setia, sedangkan umat Israel seringkali tidak mau melihat ke arah Tuhan yang setia itu. Jika bangsa itu melihat ke arah TUHAN, maka mereka tidak akan berbuat dosa, sekalipun mengalami krisis yang berat. Dosa-dosa Israel yang dipaparkan dalam pasal itu mestinya tidak perlu terjadi: nafsu (ay.14), kecemburuan (ay.16-18), menolak negeri yang dijanjikan Allah (ay.24), bersungut-sungut (ay.32-33), dan menajiskan diri dengan berhala-berhala (ay.19-20, 36-39). Tetapi karena bangsa itu tidak melihat ke arah TUHAN, maka pada saat menghadapi laut Teberau sementara tentara Firaun dekat di belakangnya, mereka takut dan berbuat dosa (Mz. 106:6-7; Kel.14:10-12). Musa berbicara kepada mereka, supaya bangsa Israel melihat keselamatan dari TUHAN (Kel.14:13). Israel rupanya mendengar perkataan Musa. Penulis Ibrani memberi kesaksian bahwa karena iman maka mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering (Ibr. 11:29).
Penggunaan dan Implikasinya
Secara luas, Haleluya merupakan respon keyakinan iman yang paling banyak digunakan saat peribadatan dan Kebaktian Kristen. Dibaca atau dinyanyikan sebagai seruan yang digambarkan oleh Agustinus (430 M, salah satu bapa gereja terbesar) sebagai jawaban umat atas pujian altar yang dinyanyikan setelah pembacaan pertama Kitab Suci. Dalam gereja-gereja Protestan, selesai pembacaan Kitab Suci, jemaat serentak menyanyikan Haleluya sebanyak 3 kali. Makna kata Haleluyah telah jelas, yakni melihat ke arah Tuhan. Pertanyaannya : Apakah kita sebagai anak-anak Tuhan telah melihat ke arahNya dalam menyusuri perjalanan hidup kita? Sebagaimana jalan itu banyak persimpangan, demikian juga jalan hidup manusia. Jika kita tidak tahu arah, maka kita akan tersesat. Penulis kitab Ibrani menasihati kita agar pandangan kita tertuju kepada Yesus. Sebab, Yesuslah yang membangkitkan iman kita dan memeliharanya dari permulaan sampai akhir (Ibrani 12:2)
Bandingkan dengan ini: Tahmid yaitu istilah untuk frase Arab “Alḥamdulillāh” (الحمد لله) yang berarti "Pujian itu hanya untuk Allah", merupakan ungkapan atas rasa terima kasih seorang muslim atas karunia Allah. Seorang musisi reggae Indonesia Tony Q Rastafara mencoba membuat lirik lagu yang berjudul : “Haleluya Alhamdulillah”, yang mentransformasikan pemikirannya terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya agama dalam sebuah lagu untuk mengajak pendengar untuk kembali ke kesadaran pluralisme, demikian :
(Reff) : Haleluya Alhamdulillah, Haleluya Alhamdulillah; Air tanah udara matahari dan tumbuhan; Semua lelah di persembahkan bagi kehidupan; Tak kurasa ku apapun yang Tuhan limpahkan; Maka setiap tarikan nafas kita adalah karunia. (Reff) : Haleluya Alhamdulillah, Haleluya Alhamdulillah; Tak bisa kita sangkal segala macam-macam perbedaan; Tak perlu lagi kita persoalkan tentang keyakinan; Hanya cinta kasih sayang yang harus terus kita buktikan; Karna ku yakin Tuhan ada dalam diri kita; Karna ku yakin Tuhan hadir dalam nada-nada cinta.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kata “Haleluya” dipergunakan untuk menaikkan ucapan syukur kepada Tuhan, yang dalam kehidupan sehari-hari, dapat disejajarkan dengan sebutan “Puji Tuhan” karena kedua kata ini memiliki arti yang sama yaitu menyatakan penyembahan dan ucapan syukur kepada Tuhan. Makna kata Haleluya adalah kata yang sederhana namun memberi pengajaran yang luar biasa bagi kita, bagaimana kita melihat ke arah Tuhan.
Ayat pertama didalam Alkitab yang memuat Haleluya adalah Mazmur 104:35 “Biarlah habis orang-orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang-orang fasik tidak ada lagi! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Haleluya!”. Tuhan Yesus memberkati [Disadur dari beberapa sumber]. Agus Hardjanta
Halleluya - Pujilah TUHAN
Kita puji karena Tuhan memelihara dan memerintah alam seisinya. Kita tidak salah memuji dan memuliakan, serta menaruh pengharapan kepada Allah yang demikian. Allah yang kudus yang dekat dengan manusia. Allah yang hidup, dinamis dan aktif, bukan Allah yang diam saja.
Halleluyah, menurut Bible-Christianity-About.com : Is an exclamation of worship or a call to praise transliterated from two Hebrew words meaning ‘ Praise Ye the Lord’. Secara singkat dapat diartikan : ‘Pujilah Tuhan’.
‘Pujilah Tuhan’ merupakan ungkapan spontan ketika kita mengucapkan rasa syukur dan penghormatan bagi Tuhan. Kita menunjukkan rasa syukur dan penghormatan karena memang Tuhan, dengan karya-karya bagi manusia ciptaanNya, dengan sifat-sifatNya yang tidak satupun manusia dapat menandingi, bahkan illah-illah yang lain pun tidak, sehingga layak dan wajib bagi kita memuji dan menghormatiNya. Kita puji karena Tuhan memelihara alam seisinya, artinya: Tuhan menghindarkan alam dari tenaga-tenaga yang akan merusaknya. Segala sesuatu dalam alam Allah yang memerintahnya. ‘Memerintah’ artinya: Menjuruskan perkembangan kepada suatu maksud. Tuhan menjadikan segala sesuatu masing-masing dengan maksudnya sendiri, Tuhan yang mengemudikan sehingga maksudNya tercapai. Hanya Tuhan yang memimpin sejarah dan menjuruskannya kepada kedatangan KerajaanNya.
Dalam kaitan dengan sifat Tuhan yang unik, maka berikut beberapa sifat Tuhan Allah menurut Alkitab, yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus.
1. Allah adalah suci
Allah adalah suci, dalam arti yang positif ‘ Hanya Allah yang menjadi Kurios yang mutlak. Ilah-ilah yang lain adalah buatan manusia. Dialah yang harus disembah, dan Ia hanya melayani Diri sendiri. Dan pelayanan terhadap Allah harus pelayanan yang suci . Segala alat, masa, orang-orang yang termasuk dalam kebaktian terhadap Yhwh harus suci. Bangsa yang melayani Allah juga harus suci . ‘Kuduslah kamu, sebab Aku Kudus’.(1 Ptr. 1:16). Ada lagi satu sudut kesucian Allah, yaitu: bahwa kesucian ini akan membasmi segala yang tidak suci. ‘Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa dihadapan Allah’ (Mzm. 68: 3). Memang Allah adalah mysterium tremendum, rahasia yang menakutkan. Akan tetapi di dalam Yesus Kristus orang percaya tidak usah takut. Sekaraang segala bangsa diundang untuk menjadi bangsa yang suci.
2. Allah Berkuasa
Kekuasaan mempunyai dua arti, yaitu : a) hak untuk berbuat sesuatu, yang disebut wewenang, dan b) kecakapan untuk berbuat sesuatu. Kedua-duanya Allah mempunyaiNya. Allah adalah bebas mutlak., bahkan Dialah yang telah menciptakan segala sesuatu. Maka tak ada sesuatu yang mengikat Dia. Ia berkuasa untuk menentukan sikap, dan Ia berkuasa untuk melaksanakan kehendakNya. Memang kekuasaan adalah sifat Allah yang penting. Akan tetapi jangan sampai tekanan pada kekuasaan ini terlalu berat. Karena kalau demikian maka Allah kita pandang sebagai raja yang tak mengenal hukum dan hanya memakai kekuasaannya dengan semau-maunya sendiri saja. Pandangan demikian ini kita jumpai pada agama lain. Dalam Kitab Suci dinyatakan, bahwa kekuasaan Allah adalah sesuai dengan hakekat Allah. “Ia tidak dapat menyangkal Dirinya. Ia tak akan berbuat hal yang tidak sesuai dengan hakekatnya. Ia tidak dapat berubah. Bahkan dinyatakan, bahwa Ia tidak dapat berbuat sesuatu: Ia tidak dapat berdusta.”
Jangan lupa, bahwa Tuhan adalah Tuhan kita dalam Yesus Kristus. Dalam Yesus Kristuslah Allah telah menyatakan diri. Ia berkenan untuk mengikat diri dalam pernyataanNya sendiri, yaitu firmanNya, Kitab Suci, yang berpusat pada Yesus Kristus. Ia bukannya seperti seorang raja yang tidak dapat diperhitungkan perbuatan-perbuatannya. Melainkan Ia tentu akan berbuat menurut pernyataanNya sendiri, yang telah diberikan kepada umatNya dalam Kitab Suci.
3. Allah Mahatahu
Yang dimaksudkan di sini ialah bahwa Allah mengetahui segala sesuatu dan mengenalnya secara mutlak. Ciri lain daripada pengenalan Tuhan adalah, bahwa Ia mengenal segala sesuatu sebelum terjadi. Karena Ia adalah Pencipta daripada segala hal, maka Ialah yang menciptakan segala perkembangan dan segala jalan dari segenap makhluk. Segi yang istimewa daripada pengenalan Allah ialah kebijaksanaan. Kebijaksanaan disini dimaksudkan adalah efek dari suatu perbuatan. Bahwa perbuatan Allah mencapai hasil yang baik. Pernyataan-pernyataan tentang kebijaksanaan Allah berpusat pada jalan penyelamataan, yang diberikan Allah kepada manusia: Yesus Kristus yang menjadi kuasa Allah dan hikmat Allah.
4. Allah Adalah Mulia
Kemuliaan Allah dengan sendirinya mendatangkan kebahagiaan kepada orang percaya. Karena itu dalam Kitab suci sering difirmankan:“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat”. Keselamatan tentu akan dirasakan, kalau ada kepercayaan yang demikian. Dosa telah membelokkan tujuan segala sesuatu. Jalan yang diberikan oleh Tuhan untuk memuliakan namaNya telah dirusak. Dosa adalah perusak hukum Allah. Akan tetapi Kristus telah mengalahkan dosa. Maka pada akhirnya kemuliaan Allah akan tercapai.
5. Allah adalah Kasih
Kasih Tuhan merupakan sifat utama dari Tuhan menurut Alkitab. Tuhan mempunyai rasa kasih kepada ciptaanNya, terutama manusia. Kasih Allah kepada manusia dalam arti agape. Artinya: 1. Yang dikasihi tidak usah mempunyai sesuatu yang diinginkan oleh yang mengasihi, 2. Bahwa norma yang berlaku di sini norma pada yang dikasihi, melainkan norma daripada Dia yang mengasihi. Bahwa Allah mengasihi umatNya, terang sekali. Umat Israel adalah bangsa yang keras kepala dan senantiasa bercenderung meninggalkan Tuhannya. Akan tetapi Tuhan selalu sabar hati dan mencari umat Israel. Jadi kasih Allah tidak disebabkan adanya sifat pada manusia, melainkan kasih ini memberikan sifat yang diinginkan. Sifat kasih Allah di dalam Yesus Kristus adalah unik. Di dalam agama-agama lain memang ada pengertian “belas kasihan” atau “murah hati”. Tetapi kedua pengertian ini bukan kasih; orang yang berbelas kasihan atau bermurah hati kepada orang lain tidak merendahkan diri. Tetapi Tuhan mengasihi manusia, maknanya ialah, bahwa Ia merendahkan Diri dan menjadi manusia. Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita.
6. Allah adalah Penyelamat
Tuhan menyediakan keselamatan gratis (anugerah)buat manusia melalui Juruselamat.
Sebelum Tuhan menjadikan langit dan bumi, sebelum manusia lahir, Tuhan sudah tahu akan jatuhnya manusia ke dalam dosa; dan Tuhan berniat untuk menyelamatkan manusia. Manusia akan diselamatkan kalau syarat-syarat dipenuhi. Bagi orang yang percaya diberikan segala sesuatu yang akan menyelamatkan, bagi orang yang tidak percaya diberikan kesaksian terhadap Tuhan Yesus yang lebih memberatkan hukuman. Karena datangnya dosa, manusia akan dihukum, dijatuhi hukuman mati. Akan tetapi Perjanjian Penyelamatan yang kekal menahan hukuman yang penuh, yaitu: Kelenyapan dari hidup. Intinya manusia tidak akan dilenyapkan, akan tetapi akan menerima hidup yang baka. Untuk tetap mempertahankan keselamatan, orang percaya harus tidak mempunyai ilah yang lain, kecuali Allah yang menyatakan diri di dalam Yesus Kristus.
7. Allah adalah Adil dan Benar
Dalam Perjanjian Baru ‘adil dan benar’ dikatakan dengan satu kata ‘ dikaios’. Artinya:
Benar = berbuat sesuai dengan norma-norma.
Adil = memelihara norma-norma.
Keadilan Allah mempunyai sudut yang positif, yaitu memberi pahala kepada orang yang taat kepadaNya, dan sudut yang negatif, ialah menjatuhkan hukuman atas orang yang salah. Dalam Perjanjian Baru keadilan Tuhan berkilau seterang mungkin. Disini teranglah bahwa Ia menuntut kebenaran yang sempurna. Maka kalau diukur dengan norma ini sungguh tidak ada seorangpun yang akan dibebaskan. Yang mengancam manusia ialah hukuman yang kekal. Hanya Dia, yang sungguh-sungguh benar dengan sempurna dan allah yang sejatiadanya, hanya Dialah yang dapat menahan keadilan Allah dan dapat membebaskan manusia dari hukuman Allah. Allah melihat orang percaya melalui Kristus. Maka orang percaya di hadapan Allah menjadi benar.
8. Kebebasan Allah
Allah adalah esa, tidak ada lain dari padaNya. Ia adalah yang dulu ada, sekarang ada, dan yang akan datang ada. Ia berada sebelum segala hal ada, dan hal-hal ini berada oleh karena Dia. Ia mempunyai hidup dalam diriNya sendiri. Ia adalah Alfa dan Omega. Memang Tuhan adalah bebas. Akan tetapi Ia adalah kasih juga. Kebebasan dan kasih tidak bertentangan. Jadi kebebasan Tuhan tidak menjadikan Dia Allah yang bertindak semau-maunya. Akan tetapi Ia bertindak sesuai dengan pernyataan yang diberikanNya sendiri kepada orang percaya. Ia akan selalu mencari kebaikan orang percaya seperti seorang ayah selalu mencari kebaikan anaknya. Maka sikap orang percaya bukan hanya memuncak pada menyerah saja, melainkan pada keyakinan, bahwa tak ada sesuatupun yang dapat memisahkan dia dari kasih Allah.
Penutup
Dengan melihat segala kuasa, kemuliaan dan kelebihan Allah – Alkitab, maka kita tidak salah memuji dan memuliakan, serta menaruh pengharapan kepada Allah yang demikian, bukan ilah-ilah yang lain. Allah yang kudus yang dekat dengan manusia. Allah yang hidup, dinamis dan aktif, bukan Allah yang diam saja. Semoga bermanfaat. Dari beberapa sumber. Depok, 27 November 2014. Munari.
Halleluyah, menurut Bible-Christianity-About.com : Is an exclamation of worship or a call to praise transliterated from two Hebrew words meaning ‘ Praise Ye the Lord’. Secara singkat dapat diartikan : ‘Pujilah Tuhan’.
‘Pujilah Tuhan’ merupakan ungkapan spontan ketika kita mengucapkan rasa syukur dan penghormatan bagi Tuhan. Kita menunjukkan rasa syukur dan penghormatan karena memang Tuhan, dengan karya-karya bagi manusia ciptaanNya, dengan sifat-sifatNya yang tidak satupun manusia dapat menandingi, bahkan illah-illah yang lain pun tidak, sehingga layak dan wajib bagi kita memuji dan menghormatiNya. Kita puji karena Tuhan memelihara alam seisinya, artinya: Tuhan menghindarkan alam dari tenaga-tenaga yang akan merusaknya. Segala sesuatu dalam alam Allah yang memerintahnya. ‘Memerintah’ artinya: Menjuruskan perkembangan kepada suatu maksud. Tuhan menjadikan segala sesuatu masing-masing dengan maksudnya sendiri, Tuhan yang mengemudikan sehingga maksudNya tercapai. Hanya Tuhan yang memimpin sejarah dan menjuruskannya kepada kedatangan KerajaanNya.
Dalam kaitan dengan sifat Tuhan yang unik, maka berikut beberapa sifat Tuhan Allah menurut Alkitab, yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus.
1. Allah adalah suci
Allah adalah suci, dalam arti yang positif ‘ Hanya Allah yang menjadi Kurios yang mutlak. Ilah-ilah yang lain adalah buatan manusia. Dialah yang harus disembah, dan Ia hanya melayani Diri sendiri. Dan pelayanan terhadap Allah harus pelayanan yang suci . Segala alat, masa, orang-orang yang termasuk dalam kebaktian terhadap Yhwh harus suci. Bangsa yang melayani Allah juga harus suci . ‘Kuduslah kamu, sebab Aku Kudus’.(1 Ptr. 1:16). Ada lagi satu sudut kesucian Allah, yaitu: bahwa kesucian ini akan membasmi segala yang tidak suci. ‘Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa dihadapan Allah’ (Mzm. 68: 3). Memang Allah adalah mysterium tremendum, rahasia yang menakutkan. Akan tetapi di dalam Yesus Kristus orang percaya tidak usah takut. Sekaraang segala bangsa diundang untuk menjadi bangsa yang suci.
2. Allah Berkuasa
Kekuasaan mempunyai dua arti, yaitu : a) hak untuk berbuat sesuatu, yang disebut wewenang, dan b) kecakapan untuk berbuat sesuatu. Kedua-duanya Allah mempunyaiNya. Allah adalah bebas mutlak., bahkan Dialah yang telah menciptakan segala sesuatu. Maka tak ada sesuatu yang mengikat Dia. Ia berkuasa untuk menentukan sikap, dan Ia berkuasa untuk melaksanakan kehendakNya. Memang kekuasaan adalah sifat Allah yang penting. Akan tetapi jangan sampai tekanan pada kekuasaan ini terlalu berat. Karena kalau demikian maka Allah kita pandang sebagai raja yang tak mengenal hukum dan hanya memakai kekuasaannya dengan semau-maunya sendiri saja. Pandangan demikian ini kita jumpai pada agama lain. Dalam Kitab Suci dinyatakan, bahwa kekuasaan Allah adalah sesuai dengan hakekat Allah. “Ia tidak dapat menyangkal Dirinya. Ia tak akan berbuat hal yang tidak sesuai dengan hakekatnya. Ia tidak dapat berubah. Bahkan dinyatakan, bahwa Ia tidak dapat berbuat sesuatu: Ia tidak dapat berdusta.”
Jangan lupa, bahwa Tuhan adalah Tuhan kita dalam Yesus Kristus. Dalam Yesus Kristuslah Allah telah menyatakan diri. Ia berkenan untuk mengikat diri dalam pernyataanNya sendiri, yaitu firmanNya, Kitab Suci, yang berpusat pada Yesus Kristus. Ia bukannya seperti seorang raja yang tidak dapat diperhitungkan perbuatan-perbuatannya. Melainkan Ia tentu akan berbuat menurut pernyataanNya sendiri, yang telah diberikan kepada umatNya dalam Kitab Suci.
3. Allah Mahatahu
Yang dimaksudkan di sini ialah bahwa Allah mengetahui segala sesuatu dan mengenalnya secara mutlak. Ciri lain daripada pengenalan Tuhan adalah, bahwa Ia mengenal segala sesuatu sebelum terjadi. Karena Ia adalah Pencipta daripada segala hal, maka Ialah yang menciptakan segala perkembangan dan segala jalan dari segenap makhluk. Segi yang istimewa daripada pengenalan Allah ialah kebijaksanaan. Kebijaksanaan disini dimaksudkan adalah efek dari suatu perbuatan. Bahwa perbuatan Allah mencapai hasil yang baik. Pernyataan-pernyataan tentang kebijaksanaan Allah berpusat pada jalan penyelamataan, yang diberikan Allah kepada manusia: Yesus Kristus yang menjadi kuasa Allah dan hikmat Allah.
4. Allah Adalah Mulia
Kemuliaan Allah dengan sendirinya mendatangkan kebahagiaan kepada orang percaya. Karena itu dalam Kitab suci sering difirmankan:“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat”. Keselamatan tentu akan dirasakan, kalau ada kepercayaan yang demikian. Dosa telah membelokkan tujuan segala sesuatu. Jalan yang diberikan oleh Tuhan untuk memuliakan namaNya telah dirusak. Dosa adalah perusak hukum Allah. Akan tetapi Kristus telah mengalahkan dosa. Maka pada akhirnya kemuliaan Allah akan tercapai.
5. Allah adalah Kasih
Kasih Tuhan merupakan sifat utama dari Tuhan menurut Alkitab. Tuhan mempunyai rasa kasih kepada ciptaanNya, terutama manusia. Kasih Allah kepada manusia dalam arti agape. Artinya: 1. Yang dikasihi tidak usah mempunyai sesuatu yang diinginkan oleh yang mengasihi, 2. Bahwa norma yang berlaku di sini norma pada yang dikasihi, melainkan norma daripada Dia yang mengasihi. Bahwa Allah mengasihi umatNya, terang sekali. Umat Israel adalah bangsa yang keras kepala dan senantiasa bercenderung meninggalkan Tuhannya. Akan tetapi Tuhan selalu sabar hati dan mencari umat Israel. Jadi kasih Allah tidak disebabkan adanya sifat pada manusia, melainkan kasih ini memberikan sifat yang diinginkan. Sifat kasih Allah di dalam Yesus Kristus adalah unik. Di dalam agama-agama lain memang ada pengertian “belas kasihan” atau “murah hati”. Tetapi kedua pengertian ini bukan kasih; orang yang berbelas kasihan atau bermurah hati kepada orang lain tidak merendahkan diri. Tetapi Tuhan mengasihi manusia, maknanya ialah, bahwa Ia merendahkan Diri dan menjadi manusia. Ia telah menyerahkan nyawaNya untuk kita.
6. Allah adalah Penyelamat
Tuhan menyediakan keselamatan gratis (anugerah)buat manusia melalui Juruselamat.
Sebelum Tuhan menjadikan langit dan bumi, sebelum manusia lahir, Tuhan sudah tahu akan jatuhnya manusia ke dalam dosa; dan Tuhan berniat untuk menyelamatkan manusia. Manusia akan diselamatkan kalau syarat-syarat dipenuhi. Bagi orang yang percaya diberikan segala sesuatu yang akan menyelamatkan, bagi orang yang tidak percaya diberikan kesaksian terhadap Tuhan Yesus yang lebih memberatkan hukuman. Karena datangnya dosa, manusia akan dihukum, dijatuhi hukuman mati. Akan tetapi Perjanjian Penyelamatan yang kekal menahan hukuman yang penuh, yaitu: Kelenyapan dari hidup. Intinya manusia tidak akan dilenyapkan, akan tetapi akan menerima hidup yang baka. Untuk tetap mempertahankan keselamatan, orang percaya harus tidak mempunyai ilah yang lain, kecuali Allah yang menyatakan diri di dalam Yesus Kristus.
7. Allah adalah Adil dan Benar
Dalam Perjanjian Baru ‘adil dan benar’ dikatakan dengan satu kata ‘ dikaios’. Artinya:
Benar = berbuat sesuai dengan norma-norma.
Adil = memelihara norma-norma.
Keadilan Allah mempunyai sudut yang positif, yaitu memberi pahala kepada orang yang taat kepadaNya, dan sudut yang negatif, ialah menjatuhkan hukuman atas orang yang salah. Dalam Perjanjian Baru keadilan Tuhan berkilau seterang mungkin. Disini teranglah bahwa Ia menuntut kebenaran yang sempurna. Maka kalau diukur dengan norma ini sungguh tidak ada seorangpun yang akan dibebaskan. Yang mengancam manusia ialah hukuman yang kekal. Hanya Dia, yang sungguh-sungguh benar dengan sempurna dan allah yang sejatiadanya, hanya Dialah yang dapat menahan keadilan Allah dan dapat membebaskan manusia dari hukuman Allah. Allah melihat orang percaya melalui Kristus. Maka orang percaya di hadapan Allah menjadi benar.
8. Kebebasan Allah
Allah adalah esa, tidak ada lain dari padaNya. Ia adalah yang dulu ada, sekarang ada, dan yang akan datang ada. Ia berada sebelum segala hal ada, dan hal-hal ini berada oleh karena Dia. Ia mempunyai hidup dalam diriNya sendiri. Ia adalah Alfa dan Omega. Memang Tuhan adalah bebas. Akan tetapi Ia adalah kasih juga. Kebebasan dan kasih tidak bertentangan. Jadi kebebasan Tuhan tidak menjadikan Dia Allah yang bertindak semau-maunya. Akan tetapi Ia bertindak sesuai dengan pernyataan yang diberikanNya sendiri kepada orang percaya. Ia akan selalu mencari kebaikan orang percaya seperti seorang ayah selalu mencari kebaikan anaknya. Maka sikap orang percaya bukan hanya memuncak pada menyerah saja, melainkan pada keyakinan, bahwa tak ada sesuatupun yang dapat memisahkan dia dari kasih Allah.
Penutup
Dengan melihat segala kuasa, kemuliaan dan kelebihan Allah – Alkitab, maka kita tidak salah memuji dan memuliakan, serta menaruh pengharapan kepada Allah yang demikian, bukan ilah-ilah yang lain. Allah yang kudus yang dekat dengan manusia. Allah yang hidup, dinamis dan aktif, bukan Allah yang diam saja. Semoga bermanfaat. Dari beberapa sumber. Depok, 27 November 2014. Munari.
Mazmur - Halleluya
“Jika kamu ingin kehidupan rohanimu maju, penuh berkat dan kuasa Allah menjadi nyata maka pelajarilah baik-baik mazmur Daud dan surat-surat kiriman Rasul Paulus,”
Demikianlah pesan J. Sidlow Baxter dalam bukunya berjudul Explore the book. Ada beberapa jenis Mazmur salah satunya adalah Mazmur Haleluya yang akan kita bahas dalam tulisan ini agar dapat kita pelajari dengan baik dan kiranya menjadi berkat bagi kita sehingga kuasa Allah menjadi nyata dalam kehidupan kita. Ada 10 ayat istimewa karena diawali dengan kata Haleluya yang berarti Puji Tuhan merupakan ucapan dalam ibadah Ibrani yang sama nilainya dengan Gloria, Patria dalam ibadah Kristus. Perlu diawali dengan Mazmur Haleluya, Mazmur penyesalan, Mazmur saling melengkapi, Mazmur tentang Pusat Karajaan Tuhan, Mazmur perpisahan. Dilengkapi dengan Mazmut kutukan, dan Mazmur yang terindah.
Kritik dan saran yang membangun senantiasa dinantikan demi kelengkapan materi pembahasan, dan kiranya apa yang kita ucapkan, lakukan, pikirkan, doakan, bahkan yang kita tulis dapat menyatakan kemuliaan Allah, dalam persekutuan, pelayanan serta kesaksian kita sehingga Haleluya menggema secara nyata.
MAZMUR
Kitab Mazmur atau Zabur terdapat puisi yang dapat menandingi dan bahkan mengalahkan karya sastrawan-sastrawan dan pujangga-pujangga kenamaan, karena isinya berdasarkan teologi praktis dan tidak sekedar teoritis, berdasarkan pengalaman manusia yang nyata dan hidup, sehingga menjadi perbendaharaan berharga bagi jemaat yang beribadah. Kitab Mazmur ibarat telaga jernih yang memantulkan setiap keadaan hati manusia yang senantiasa berganti-ganti, bahkan sebagai sungai penghiburan, meski banjir dengan air mata, tidak pernah gagal untuk membangkitkan semangat, karena ibarat alat musik yang melagukan setiap nada pujian dan doa, kemenangan dari segala kesusahan, kegembiraan dan dukacita, pengharapan dan ketakutan, itu semua mempersatukan nada dalam nyanyian pengalaman manusia yang menakjubkan Tentang Mazmur. Calvin berkata :”Tiap orang akan menemukan atau merasakan dalamnya gambaran dirinya sendiri, sekan-akan dalam cermin. Dan terlihat dukacita, kesedihan, ketakutan, kebimbangan, pengharapan, kesusahan, kekhawatiran, semua gelora yang mengguncangkan, dengan pikiran manusia yang diombang ambingkan kehidupan tetapi memperoleh penghiburan dan kekuatan oleh Roh Kudus. Inti Kitab Mazmur ialah PUJIAN MELALUI DOA sehingga keluhan berubah menjadi nyanyian doa, isi seluruhnya terjalin dalam Mazmur Haleluya.
MAZMUR HALELUYA
Pertama Mazmur 106 yang diawali :” Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.” Dan diakhiri : “Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, dan biarlah seluruh umat mengatakan :”Amin !” Haleluya!
Kedua Mazmur 111 :”Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah.”
Ketiga Mazmur 112 : ”Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintahNya.
Keempat Mazmur 113 :”Haleluya ! Pujilah hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN !
Kelima Mazmur 135 :”Haleluya ! Pujilah nama TUHAN.
Keenam Mazmur 146 diawali dengan “:Haleluya! Pujilah TUHAN, Hai jiwaku! dan diakhiri dengan :”TUHAN itu Raja untuk selama-lamanaya. Allahmu ya Sion, turun temurun.Haleluya! “
Ketujuh Mazmur 147; ’Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuj -muji itu.
Kedelapan Mazmur 148 :”Haleluya! Pujilah TUHAN di surga, pujilah Dia di tempat tinggi!
Kesembilan Mazmur 149 : ”Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru ! Pujilah Dia dalam jemaah orang-otrang saleh
Keasepuluh Mazmur 150 : ” Haleluya ! Pujilah Allah dalam tempat kudusNya ! Pujilah Dia dalam cakrawalaNya yang kuat. Dan ditutup Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN ! Haleluya “
Mazmur Haleluya semuanya mempunyai cirri yang istimewa yaitu masing-masing dimulai dengan ucapan “Haleluya“ atau “Puji Tuhan“ bahkan dua mazmur masing-masing diakhitri juga dengan ucapan “Haleluya”
Haleluya diwajibkan untuk diucapkan/ dinyanyikan dengan segenap hati kepada setiap orang beriman, bahkan dalam penutup Mazmur menyarankan kepada segala yang bernafas memuji TUHAN : ”Haleluya” termasuk seluruh manusia dan binatang, serta tumbuh-tumbuhan yang bernafas
Haleluya yang berarti Puji TUHAN sangat berarti mulia untuk TUHAN seharusnya tidak boleh diucapakan dengan sekadar latah dalam kehidupan sehari-hari, karena bisa dikatagorikan menyebut Allah dengan sia-sia, kita sebagai orang beriman akan lebih berarti kalau Haleluya berkonotasi sakral..
Kita sebagai orang beriman dianjurkan untuk suka menjelajahi pebendaharaan Kitab Mazmur dan sambil berdoa. Sukacita dengan berkelimpahab yang didatangkan oleh 150 Mazmur yang menceritakan pengalaman hati manusia dan yang diilhamkan oleh Tuhan kepada segala umat sepanjang abad, tak terkatakan banyaknya, Sehingga kita dikuiatkan untuk mengarungi hidup penuh kasih karuniaNya sehingga kita senantiasa mengucap syukur terutama seperti dalam Mazmur Haleluya.
MAZMUR PENYESALAN
Untuk dapat mengumandangkan Mazmur Haleluya kita diwajibkan menyadari akan kelemahan kita, hal itu terpancar dalam Mazmur penyesalan yang jumlahnya ada tujuh yaitu :
Pertama Mazmur 6 yang terpancar mulai ayat 2 : ”Ya TUHAN janganlah menghukum aku dalam murkaMu, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarahMu.”..
Kedua Mazmur 32 ayat 2 : ”Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan tidak berjiwa penipu.”
Ketiga Mazmur 38 ayat 2 : ”TUHAN janganlah menghukum aku dalam geramMU, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarahMu”
Keempat Mazmur 39 ayat 3 : ”Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik, tetapi penderitaanku semakin berat.”
Kelima Mazmur 51 ayat 3 : ”Kasihinilah aku ya Allah, menurut kasih setiaMyu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmatMu yang besar!”
Keenam Mazmur 102 ayat 2 : ”TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepadaMu.”
Ketujuh Mazmur 143 ayat 1 : ”TUHAN, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada permohonanku! Jawablah aku dalam kesetianMu, dan keadilanMu!”
Masih banyak Mazmur penyesalan pendek atau panjang dalam Mazmur yang lain, ketujuh Mazmur di atas adalah contoh inti, yang dapat kita sampaikan dalam doa atau pujian kita sebagai ungkapan penyesalan akan kelemahan dan dosa kita.
MAZMUR SALING MELENGKAPI
Rangkaian yang terdiri dari dua, tiga, atau lebih dari Mazmur, misalnya Mazmur 22, 23 dan 24 merupakan tiga serangkai. Mazmur 22 tentang Juru Selamat, yang menanggung sengsara, Mazmur 23 tentang Juru Selamat selaku Gembala yang hidup sedang Mazmur 24 tentang Juru Selamat selaku Raja yang dipermuliakan.
Rangkaian Mazmur 46, 47 dan 48 merupakan Mazmur nubuatan, Mazmur 46 memberitahukan tentang KEDATANGAN Kerajaan Tuhan, Mazmur 47 menjelaskan tentang luasnya Kerajaan Tuhan dan Mazmur 48 memberitakan tentang PUSAT Kerajaan Tuhan yaitu “Sion kota Allah.”
Sesungguhnya masih banyak contoh lagi, tetapi gambaran Mazmur di atas cukup menunjukkan aneka warna hal-hal yang indah dan menyenangkan dan bersifat pelajaran yang dapat kita temui dalam Kitab Mazmur yang tidak ada bandingannya.
HATI, PIKIRAN, JALAN DAN PERKATAAN KITA, TUHAN TAHU
Segenap budi manusia sudah tercakup dalam hati, pikiran, jalan / peri laku, dan perkataan, dan hal itu telah tercakup dalam syair yang indah sekali kesusasteraannya, seimbang dengan keluhuran amanat rohani yang dibentangkan pada Mazmur 139. Segala ayat-ayatnya disusun dengan teratur seecara metodis. Enam ayat pertama memberitakan tentang Allah yang MAHAHADIR, sajak ketiga tentang Allah yang MAHAKUASA, dan sajak keempat menyatakan berita-berita yang indah, diakhiri dengan suatu doa, renungannya mengenai sifat-sifat Allah sehingga kita wajib bertelut ,dan ,persembahkan doa.
TUHAN GEMBALAKU
Mazmur yang umum disukai orang adalah Mazmur 23, kata pembukaanya adalah : ” takkan kekurangan aku”, merupakan kunci bagi segenap Mazmur itu. “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau” dan ditutup ayat 6 : ”Kebajikan dan kemurahan berlaku akan mengikuti aku, seumur hidupku, dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.”
MAZMUR KUTUKAN
Mazmur yang menyatakan kemarahan dan kutukan kepada musuh atau orang-orang jahat, itu terselip ayat-ayat yang mengutuk, dengan alasan, pendirian, dari jiwa yang mengungkapkan perasaan yang terbit dari dasar kodrat manusia, bukan keinginan untuk membalas dendam, dan sebaiknya sentimen itu dilarang.
HALELUYA
“Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di surga; katanya : Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita.: (Wah 19 : 1).
Dari Mazmur Haleluya dari zaman Raja Daud, sampai Yohanes yang telah berusia lanjut di pulau Patmos, kita melihat pentahbisan sejarah dengan harta karun yang tak terhimgga nilainya! Inilah milik pusaka yang menyenangkan hatiku (Maz 16 : 6). Marilah kita berimsn dan berusaha memiliki tanah itu! Marilah kita melihat kepada lukisan yang terakhir dari pada Tuhan Yesus dan orang suci yang ditebusNya dalam kemuliaanNya. Dan kita akan mengalami tujuh hal yang merupakan kemuliaan yang tinggi sekali yaitu :
Tidak ada lagi laknat = kesucian yang abadi
Takhta Allah dan takhta Anak Domba = pemerintahan yang sempurna
Hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya = ibadah yang sempurna
Mereka akan melihat wajahNya = penglihatan yang sempurna
Namanya akan tertulis di di dahi mereka = keserupaan yang sempurna
Tuhan Allah akan menerangi mereka = pengertian yang semprna
Mereka akan memerintah sebagai raja = kebahagiaan yang sempurna.
Kesempurnaan telah terbuka! Marilah kita menutup dengan doa, dalam kerinduan kita bersama: “AMIN, DATANGLAH TUHAN YESUS , HALELUYA“. JS/PI.
Demikianlah pesan J. Sidlow Baxter dalam bukunya berjudul Explore the book. Ada beberapa jenis Mazmur salah satunya adalah Mazmur Haleluya yang akan kita bahas dalam tulisan ini agar dapat kita pelajari dengan baik dan kiranya menjadi berkat bagi kita sehingga kuasa Allah menjadi nyata dalam kehidupan kita. Ada 10 ayat istimewa karena diawali dengan kata Haleluya yang berarti Puji Tuhan merupakan ucapan dalam ibadah Ibrani yang sama nilainya dengan Gloria, Patria dalam ibadah Kristus. Perlu diawali dengan Mazmur Haleluya, Mazmur penyesalan, Mazmur saling melengkapi, Mazmur tentang Pusat Karajaan Tuhan, Mazmur perpisahan. Dilengkapi dengan Mazmut kutukan, dan Mazmur yang terindah.
Kritik dan saran yang membangun senantiasa dinantikan demi kelengkapan materi pembahasan, dan kiranya apa yang kita ucapkan, lakukan, pikirkan, doakan, bahkan yang kita tulis dapat menyatakan kemuliaan Allah, dalam persekutuan, pelayanan serta kesaksian kita sehingga Haleluya menggema secara nyata.
MAZMUR
Kitab Mazmur atau Zabur terdapat puisi yang dapat menandingi dan bahkan mengalahkan karya sastrawan-sastrawan dan pujangga-pujangga kenamaan, karena isinya berdasarkan teologi praktis dan tidak sekedar teoritis, berdasarkan pengalaman manusia yang nyata dan hidup, sehingga menjadi perbendaharaan berharga bagi jemaat yang beribadah. Kitab Mazmur ibarat telaga jernih yang memantulkan setiap keadaan hati manusia yang senantiasa berganti-ganti, bahkan sebagai sungai penghiburan, meski banjir dengan air mata, tidak pernah gagal untuk membangkitkan semangat, karena ibarat alat musik yang melagukan setiap nada pujian dan doa, kemenangan dari segala kesusahan, kegembiraan dan dukacita, pengharapan dan ketakutan, itu semua mempersatukan nada dalam nyanyian pengalaman manusia yang menakjubkan Tentang Mazmur. Calvin berkata :”Tiap orang akan menemukan atau merasakan dalamnya gambaran dirinya sendiri, sekan-akan dalam cermin. Dan terlihat dukacita, kesedihan, ketakutan, kebimbangan, pengharapan, kesusahan, kekhawatiran, semua gelora yang mengguncangkan, dengan pikiran manusia yang diombang ambingkan kehidupan tetapi memperoleh penghiburan dan kekuatan oleh Roh Kudus. Inti Kitab Mazmur ialah PUJIAN MELALUI DOA sehingga keluhan berubah menjadi nyanyian doa, isi seluruhnya terjalin dalam Mazmur Haleluya.
MAZMUR HALELUYA
Pertama Mazmur 106 yang diawali :” Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya.” Dan diakhiri : “Terpujilah TUHAN, Allah Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, dan biarlah seluruh umat mengatakan :”Amin !” Haleluya!
Kedua Mazmur 111 :”Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah.”
Ketiga Mazmur 112 : ”Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintahNya.
Keempat Mazmur 113 :”Haleluya ! Pujilah hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN !
Kelima Mazmur 135 :”Haleluya ! Pujilah nama TUHAN.
Keenam Mazmur 146 diawali dengan “:Haleluya! Pujilah TUHAN, Hai jiwaku! dan diakhiri dengan :”TUHAN itu Raja untuk selama-lamanaya. Allahmu ya Sion, turun temurun.Haleluya! “
Ketujuh Mazmur 147; ’Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuj -muji itu.
Kedelapan Mazmur 148 :”Haleluya! Pujilah TUHAN di surga, pujilah Dia di tempat tinggi!
Kesembilan Mazmur 149 : ”Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru ! Pujilah Dia dalam jemaah orang-otrang saleh
Keasepuluh Mazmur 150 : ” Haleluya ! Pujilah Allah dalam tempat kudusNya ! Pujilah Dia dalam cakrawalaNya yang kuat. Dan ditutup Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN ! Haleluya “
Mazmur Haleluya semuanya mempunyai cirri yang istimewa yaitu masing-masing dimulai dengan ucapan “Haleluya“ atau “Puji Tuhan“ bahkan dua mazmur masing-masing diakhitri juga dengan ucapan “Haleluya”
Haleluya diwajibkan untuk diucapkan/ dinyanyikan dengan segenap hati kepada setiap orang beriman, bahkan dalam penutup Mazmur menyarankan kepada segala yang bernafas memuji TUHAN : ”Haleluya” termasuk seluruh manusia dan binatang, serta tumbuh-tumbuhan yang bernafas
Haleluya yang berarti Puji TUHAN sangat berarti mulia untuk TUHAN seharusnya tidak boleh diucapakan dengan sekadar latah dalam kehidupan sehari-hari, karena bisa dikatagorikan menyebut Allah dengan sia-sia, kita sebagai orang beriman akan lebih berarti kalau Haleluya berkonotasi sakral..
Kita sebagai orang beriman dianjurkan untuk suka menjelajahi pebendaharaan Kitab Mazmur dan sambil berdoa. Sukacita dengan berkelimpahab yang didatangkan oleh 150 Mazmur yang menceritakan pengalaman hati manusia dan yang diilhamkan oleh Tuhan kepada segala umat sepanjang abad, tak terkatakan banyaknya, Sehingga kita dikuiatkan untuk mengarungi hidup penuh kasih karuniaNya sehingga kita senantiasa mengucap syukur terutama seperti dalam Mazmur Haleluya.
MAZMUR PENYESALAN
Untuk dapat mengumandangkan Mazmur Haleluya kita diwajibkan menyadari akan kelemahan kita, hal itu terpancar dalam Mazmur penyesalan yang jumlahnya ada tujuh yaitu :
Pertama Mazmur 6 yang terpancar mulai ayat 2 : ”Ya TUHAN janganlah menghukum aku dalam murkaMu, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarahMu.”..
Kedua Mazmur 32 ayat 2 : ”Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan tidak berjiwa penipu.”
Ketiga Mazmur 38 ayat 2 : ”TUHAN janganlah menghukum aku dalam geramMU, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarahMu”
Keempat Mazmur 39 ayat 3 : ”Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik, tetapi penderitaanku semakin berat.”
Kelima Mazmur 51 ayat 3 : ”Kasihinilah aku ya Allah, menurut kasih setiaMyu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmatMu yang besar!”
Keenam Mazmur 102 ayat 2 : ”TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepadaMu.”
Ketujuh Mazmur 143 ayat 1 : ”TUHAN, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada permohonanku! Jawablah aku dalam kesetianMu, dan keadilanMu!”
Masih banyak Mazmur penyesalan pendek atau panjang dalam Mazmur yang lain, ketujuh Mazmur di atas adalah contoh inti, yang dapat kita sampaikan dalam doa atau pujian kita sebagai ungkapan penyesalan akan kelemahan dan dosa kita.
MAZMUR SALING MELENGKAPI
Rangkaian yang terdiri dari dua, tiga, atau lebih dari Mazmur, misalnya Mazmur 22, 23 dan 24 merupakan tiga serangkai. Mazmur 22 tentang Juru Selamat, yang menanggung sengsara, Mazmur 23 tentang Juru Selamat selaku Gembala yang hidup sedang Mazmur 24 tentang Juru Selamat selaku Raja yang dipermuliakan.
Rangkaian Mazmur 46, 47 dan 48 merupakan Mazmur nubuatan, Mazmur 46 memberitahukan tentang KEDATANGAN Kerajaan Tuhan, Mazmur 47 menjelaskan tentang luasnya Kerajaan Tuhan dan Mazmur 48 memberitakan tentang PUSAT Kerajaan Tuhan yaitu “Sion kota Allah.”
Sesungguhnya masih banyak contoh lagi, tetapi gambaran Mazmur di atas cukup menunjukkan aneka warna hal-hal yang indah dan menyenangkan dan bersifat pelajaran yang dapat kita temui dalam Kitab Mazmur yang tidak ada bandingannya.
HATI, PIKIRAN, JALAN DAN PERKATAAN KITA, TUHAN TAHU
Segenap budi manusia sudah tercakup dalam hati, pikiran, jalan / peri laku, dan perkataan, dan hal itu telah tercakup dalam syair yang indah sekali kesusasteraannya, seimbang dengan keluhuran amanat rohani yang dibentangkan pada Mazmur 139. Segala ayat-ayatnya disusun dengan teratur seecara metodis. Enam ayat pertama memberitakan tentang Allah yang MAHAHADIR, sajak ketiga tentang Allah yang MAHAKUASA, dan sajak keempat menyatakan berita-berita yang indah, diakhiri dengan suatu doa, renungannya mengenai sifat-sifat Allah sehingga kita wajib bertelut ,dan ,persembahkan doa.
TUHAN GEMBALAKU
Mazmur yang umum disukai orang adalah Mazmur 23, kata pembukaanya adalah : ” takkan kekurangan aku”, merupakan kunci bagi segenap Mazmur itu. “Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau” dan ditutup ayat 6 : ”Kebajikan dan kemurahan berlaku akan mengikuti aku, seumur hidupku, dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.”
MAZMUR KUTUKAN
Mazmur yang menyatakan kemarahan dan kutukan kepada musuh atau orang-orang jahat, itu terselip ayat-ayat yang mengutuk, dengan alasan, pendirian, dari jiwa yang mengungkapkan perasaan yang terbit dari dasar kodrat manusia, bukan keinginan untuk membalas dendam, dan sebaiknya sentimen itu dilarang.
HALELUYA
“Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di surga; katanya : Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita.: (Wah 19 : 1).
Dari Mazmur Haleluya dari zaman Raja Daud, sampai Yohanes yang telah berusia lanjut di pulau Patmos, kita melihat pentahbisan sejarah dengan harta karun yang tak terhimgga nilainya! Inilah milik pusaka yang menyenangkan hatiku (Maz 16 : 6). Marilah kita berimsn dan berusaha memiliki tanah itu! Marilah kita melihat kepada lukisan yang terakhir dari pada Tuhan Yesus dan orang suci yang ditebusNya dalam kemuliaanNya. Dan kita akan mengalami tujuh hal yang merupakan kemuliaan yang tinggi sekali yaitu :
Tidak ada lagi laknat = kesucian yang abadi
Takhta Allah dan takhta Anak Domba = pemerintahan yang sempurna
Hamba-hambaNya akan beribadah kepadaNya = ibadah yang sempurna
Mereka akan melihat wajahNya = penglihatan yang sempurna
Namanya akan tertulis di di dahi mereka = keserupaan yang sempurna
Tuhan Allah akan menerangi mereka = pengertian yang semprna
Mereka akan memerintah sebagai raja = kebahagiaan yang sempurna.
Kesempurnaan telah terbuka! Marilah kita menutup dengan doa, dalam kerinduan kita bersama: “AMIN, DATANGLAH TUHAN YESUS , HALELUYA“. JS/PI.
Istilah Gerejawi
Auditorium - Ikrar pada awal Kebaktian yang berisi pengakuan akan pertolongan Tuhan
Advent - (Bahasa Latin, Adventus = Kedatangan). Masa Advent adalah masa persiapan untuk menghayati makna kedatangan Kristus.
Amin - Bahasa Ibrani yang berarti: Pasti, sungguh, benar. Biasa diucapkan dibelakang ucapan-ucapan yang khidmat, misalnya ucapan berkat pemuliaan Allah, khotbah dan doa.
Apokrip - (Bahasa Yunani yang berarti: terselubung, rahasia), yaitu Kitab-kitab yang dipakai oleh Gereja Katolok namun tidak masuk dalam Kanon (Daftar Kitab yang dipakai oleh gereja Protestan). Disebut juga dengan istilah Deuterokanonik.
Atestasi - Surat keterangan pindah Gereja yang menjelaskan keadaan seseorang sebagai warga gereja.
Bijbelkring - Kelompok Pemahaman Alkitab
Bidstond - Kebaktian doa, persekutuan doa.
Dekalog - (Bahasa Yunani: Deka = 10, logos = sabda). Sepuluh hokum Tuhan yang tertulis di Keluaran 20: 1-17 dan Ulangan 5: 6-21.
Denominasi - Gereja atau sekumpulan gereja tertentu
Deputat - Orang atau sekelompok orang yang ditugasi oleh Sidang Klasis/Sinode untuk melaksanakan keputusan Sidang Klasis/Sinode.
Diaken - (Yunani: Diakonos = utusan, abdi, pelayan rumah, pelayan dalam perjamuan makan). Anggota Majelis Gereja yang bertugas memelihara dan memperhatikan kehidupan jasmani warga gereja dan masyarakat.
Diakonia - Pelayanan gereja kepada warganya dan masyarakat.
Dogma - Ajaran Gereja.
Doksologi - Ucapan atau nyanyian untuk memuliakan Tuhan.
Emeritat - Pendeta yang sudah tidak melayani sepenuh waktu (pensiun).
Eskatologi - Ajaran Gereja tentang akhir jaman.
Epifani - (Yunani: Epifaneia = penampakan, pernyataan) peringatan penampakan, tampilnya Tuhan Yesus kepada orang-orang non Yahudi yang ditandai dengan kedatangan para orang Majus.
Evangelis - Orang yang melakukan tugas pekabarab Injil.
Gereformeerd - Aliran Gereja yang merumuskan kembali ajaran reformasi (khususnya Calvinisme).
Halleluya - (Bahasa Ibrani: Hallelu = puji, Yahweh = Tuhan). Artinya Puji Tuhan.
INRI - Singkatan dari: Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum, artinya Yesus dari Nazaret Raja orang Yahudi. Kata-kata yang diperintahkan oleh Pilatus untuk dituliskan di kayu salib Kristus.
Introitus - Bagian awal dari rangkaian ibadah yang berisi nas pendahuluan atau nas pembimbing, yang ditanggapi jemaat dengan nyanyian pujian.
Kanon - Kumpulan kitab yang diakui oleh gereja sebagai yang memiliki wibawa ilahi, yaitu Alkitab.
Katekisasi - Pengajaran tentang iman Kristen.
Konkordansi - Daftar kata dan ayat dalam Alkitab yang disusun berdasarkan urutan abjad.
Konsisturi - Tempat majelis Gereja berkumpul, berdoa, bersidang.
Konsulen - Pendeta yang ditugasi oleh Sidang Klasis untuk menggembalakan suatu jemaat yang belum memiliki Pendeta.
Kontrakta - Sidang terbatas (sudah ditentukan waktu, peserta dan materi) di luar sidang regular.
Klasis - Kesatuan Wilayah Gereja.
Kredensi - Surat tanda utusan yang berisi pemberian kepercayaan kepada seseorang untuk menjadi utusan Jemaat dalam Sidang Klasis atau utusan Klasis ke Sidang Sinode.
Litani - Doa yang dilakukan secara bersahut-sahutan antara pemimpin ibadah dengan jemaat.
Liturgi - Tata urutan peribadahan/kebaktian.
Moderamen - Pimpinan persidangan yang bertugas sebagai pengendali pembicaraan.
Oikoumene - Keesaan/kesatuan Gereja-gereja.
Pamerdi - Penggembalaan khusus oleh Gereja kepada warga Gereja yang jatuh dosa supaya bertobat.
Paranpara - Orang yang ditunjuk sebagai penasehat persidangan.
Presbiterial - Sistem pemerintahan Gereja yang menekankan keseimbangan antar kedaulatan gereja tertentu yang dipimpin oleh Majelis Gereja. (Presbiter: Tua-tua) dan kebersamaan dengan gereja-gereja yang seazas melalui persidangan dan visitasi.
Pastori - Tempat tinggal/rumah Pendeta.
Penahbisan - Pelantikan seseorang kedalam jabatan kegerejaan.
Pepanthan - Sekelompok warga gereja di wilayah tertentu yang telah menyelenggarakan kebaktian sendiri, sebagai bagian dari suatu gereja.
Peremtoir - Ujian untuk meneliti iman, ajaran dan kehidupan calon Pendeta.
Pertelaan - (Jawa: pratelan) Penjelasan tentang makna suatu pelayanan khusus yang dilakukan dalam kebaktian jemaat.
Primus - Utusan persidangan Klasis/Sinode yang memiliki hak suara (utusan Utama).
Rekomendasi - Surat keterangan yang berisi anjuran.
Sekundus - Utusan persidangan Klasis/Sinode yang tidak mempunyai hak suara (utusan pengganti).
Sensuramorium - Pemeriksaan tobat dan kehendak sebelum mengikuti perjamuan Kudus menjelang diakhirinya suatu persidangan.
Sinode - Ikatan Gereja-gereja yang terikat dalam kesatuan institusi, Tata Gereja dan ajaran gereja yang sama/satu.
Visitasi - Perkunjungan ke Jemaat/Klasis yang diutus oleh Klasis/Sinode sebagai wujud persekutuan dan untuk mengetahui perkembangan.
Visitator - Orang yang ditugasi melakukan visitasi.
Votum - Rumusan pengakuan pada awal kebaktian. *Sumber : Sinode GKJ
Advent - (Bahasa Latin, Adventus = Kedatangan). Masa Advent adalah masa persiapan untuk menghayati makna kedatangan Kristus.
Amin - Bahasa Ibrani yang berarti: Pasti, sungguh, benar. Biasa diucapkan dibelakang ucapan-ucapan yang khidmat, misalnya ucapan berkat pemuliaan Allah, khotbah dan doa.
Apokrip - (Bahasa Yunani yang berarti: terselubung, rahasia), yaitu Kitab-kitab yang dipakai oleh Gereja Katolok namun tidak masuk dalam Kanon (Daftar Kitab yang dipakai oleh gereja Protestan). Disebut juga dengan istilah Deuterokanonik.
Atestasi - Surat keterangan pindah Gereja yang menjelaskan keadaan seseorang sebagai warga gereja.
Bijbelkring - Kelompok Pemahaman Alkitab
Bidstond - Kebaktian doa, persekutuan doa.
Dekalog - (Bahasa Yunani: Deka = 10, logos = sabda). Sepuluh hokum Tuhan yang tertulis di Keluaran 20: 1-17 dan Ulangan 5: 6-21.
Denominasi - Gereja atau sekumpulan gereja tertentu
Deputat - Orang atau sekelompok orang yang ditugasi oleh Sidang Klasis/Sinode untuk melaksanakan keputusan Sidang Klasis/Sinode.
Diaken - (Yunani: Diakonos = utusan, abdi, pelayan rumah, pelayan dalam perjamuan makan). Anggota Majelis Gereja yang bertugas memelihara dan memperhatikan kehidupan jasmani warga gereja dan masyarakat.
Diakonia - Pelayanan gereja kepada warganya dan masyarakat.
Dogma - Ajaran Gereja.
Doksologi - Ucapan atau nyanyian untuk memuliakan Tuhan.
Emeritat - Pendeta yang sudah tidak melayani sepenuh waktu (pensiun).
Eskatologi - Ajaran Gereja tentang akhir jaman.
Epifani - (Yunani: Epifaneia = penampakan, pernyataan) peringatan penampakan, tampilnya Tuhan Yesus kepada orang-orang non Yahudi yang ditandai dengan kedatangan para orang Majus.
Evangelis - Orang yang melakukan tugas pekabarab Injil.
Gereformeerd - Aliran Gereja yang merumuskan kembali ajaran reformasi (khususnya Calvinisme).
Halleluya - (Bahasa Ibrani: Hallelu = puji, Yahweh = Tuhan). Artinya Puji Tuhan.
INRI - Singkatan dari: Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum, artinya Yesus dari Nazaret Raja orang Yahudi. Kata-kata yang diperintahkan oleh Pilatus untuk dituliskan di kayu salib Kristus.
Introitus - Bagian awal dari rangkaian ibadah yang berisi nas pendahuluan atau nas pembimbing, yang ditanggapi jemaat dengan nyanyian pujian.
Kanon - Kumpulan kitab yang diakui oleh gereja sebagai yang memiliki wibawa ilahi, yaitu Alkitab.
Katekisasi - Pengajaran tentang iman Kristen.
Konkordansi - Daftar kata dan ayat dalam Alkitab yang disusun berdasarkan urutan abjad.
Konsisturi - Tempat majelis Gereja berkumpul, berdoa, bersidang.
Konsulen - Pendeta yang ditugasi oleh Sidang Klasis untuk menggembalakan suatu jemaat yang belum memiliki Pendeta.
Kontrakta - Sidang terbatas (sudah ditentukan waktu, peserta dan materi) di luar sidang regular.
Klasis - Kesatuan Wilayah Gereja.
Kredensi - Surat tanda utusan yang berisi pemberian kepercayaan kepada seseorang untuk menjadi utusan Jemaat dalam Sidang Klasis atau utusan Klasis ke Sidang Sinode.
Litani - Doa yang dilakukan secara bersahut-sahutan antara pemimpin ibadah dengan jemaat.
Liturgi - Tata urutan peribadahan/kebaktian.
Moderamen - Pimpinan persidangan yang bertugas sebagai pengendali pembicaraan.
Oikoumene - Keesaan/kesatuan Gereja-gereja.
Pamerdi - Penggembalaan khusus oleh Gereja kepada warga Gereja yang jatuh dosa supaya bertobat.
Paranpara - Orang yang ditunjuk sebagai penasehat persidangan.
Presbiterial - Sistem pemerintahan Gereja yang menekankan keseimbangan antar kedaulatan gereja tertentu yang dipimpin oleh Majelis Gereja. (Presbiter: Tua-tua) dan kebersamaan dengan gereja-gereja yang seazas melalui persidangan dan visitasi.
Pastori - Tempat tinggal/rumah Pendeta.
Penahbisan - Pelantikan seseorang kedalam jabatan kegerejaan.
Pepanthan - Sekelompok warga gereja di wilayah tertentu yang telah menyelenggarakan kebaktian sendiri, sebagai bagian dari suatu gereja.
Peremtoir - Ujian untuk meneliti iman, ajaran dan kehidupan calon Pendeta.
Pertelaan - (Jawa: pratelan) Penjelasan tentang makna suatu pelayanan khusus yang dilakukan dalam kebaktian jemaat.
Primus - Utusan persidangan Klasis/Sinode yang memiliki hak suara (utusan Utama).
Rekomendasi - Surat keterangan yang berisi anjuran.
Sekundus - Utusan persidangan Klasis/Sinode yang tidak mempunyai hak suara (utusan pengganti).
Sensuramorium - Pemeriksaan tobat dan kehendak sebelum mengikuti perjamuan Kudus menjelang diakhirinya suatu persidangan.
Sinode - Ikatan Gereja-gereja yang terikat dalam kesatuan institusi, Tata Gereja dan ajaran gereja yang sama/satu.
Visitasi - Perkunjungan ke Jemaat/Klasis yang diutus oleh Klasis/Sinode sebagai wujud persekutuan dan untuk mengetahui perkembangan.
Visitator - Orang yang ditugasi melakukan visitasi.
Votum - Rumusan pengakuan pada awal kebaktian. *Sumber : Sinode GKJ
Berpikir Positif
Judul di atas merupakan tema dari seminar/sarasehan yang digelar Komisi Adiyuswa GKJ Nehemia tanggal, 28 Nopember’14 di GSG lt. 4. Sarasehan dengan narasumber Dwi Prihandini SPsi, MSi dari UI dan Pdt. Izack Sipasulta STh, MSi dari GKI Cawang ini mengajak para Adiyuswa untuk selalu berpikir positif/berprasangka baik dan menggali hal-hal terbaik dari diri kita untuk disumbangkan kepada kehidupan dan lingkungan.
Acara yang dibuka oleh Ketua Majelis ini karena sesuatu dan lain hal agak mundur dari jadwal, namun tidak mengurangi semangat para Adiyuswa yang hadir. Dari sekitar 300 orang Adiyuswa yang tercatat di GKJ Nehemia, yang aktif sekitar 60-90 orang, sementara yang hadir dalam Sarasehan kali ini sekitar 32 orang.
Tahap pertama masing-masing diminta untuk memperkenalkan diri dan harapan apa yang paling baik dalam hidup masing-masing. Tetapi karena saking semangatnya sehingga yang mestinya cukup satu kalimat saja yang diminta yaitu harapan paling baik apa yang dikehendaki, menjadi ajang kesaksian sehingga waktu semakin molor. Hal itu bisa dimaklumi karena kapan lagi mereka bisa bersaksi dan curhat, mumpung ada kesempatan dan kebetulan narasumbernya Psikolog yang diharapkan dapat mengurai ruwet rentengnya permasalahan yang dihadapi.
Kemudian peserta dibagi dua-dua duduk saling berhadapan untuk saling mengisahkan kehidupan masing-masing dalam konteks menggali hal-hal terbaik dalam diri masing-masing untuk disumbangkan bagi kehidupan orang lain dan lingkungannya. Tentu saja banyak hal yang ingin dikisahkan meski cuma diberi waktu sekitar 10 menit. Namun apa yang disampaikan itu paling tidak sudah mengurangi beban pemikiran yang dialami.
Selanjutnya peserta dibagi dalam empat kelompok yang masing-masing beranggotakan 8 orang dengan duduk melingkar. Masing-masing menunjuk Ketua kelompok yang akan merangkum seluruh apresiasi dari anggota kelompoknya untuk dipresentasikan didepan peserta yang lain. Para Ketua kelompok yang kebetulan semua laki-laki ini adalah pak Sugiyarto DS, pak Danardana, pak Gatot Konsepsi dan pak Andreas Hutomo. Seluruh kelompok diberi waktu sekitar 20 menit untuk membahas apa sebenarnya harapan mereka untuk bisa berpikir positif dan selalu mengucap syukur dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika ketua masing-masing kelompok mempresentasikan hasil rembugan mereka didampingi anggota kelompoknya terjadi hal-hal yang cukup menarik bahkan juga menimbulkan gelak tawa sehingga sarasehan kali ini betul-betul membuat wajah berseri-seri karena sukacita.
Sayang waktu yang disediakan dirasa kurang cukup, mungkin acara yang begini lebih pas kalau diadakan pada acara retreat sehingga waktunya bisa lebih panjang dan masing-masing merasa terpuaskan. Acara sarasehan ditutup oleh pak Singgih dan sekaligus dengan doa makan siang. Selamat untuk Adiyuswa!
Acara yang dibuka oleh Ketua Majelis ini karena sesuatu dan lain hal agak mundur dari jadwal, namun tidak mengurangi semangat para Adiyuswa yang hadir. Dari sekitar 300 orang Adiyuswa yang tercatat di GKJ Nehemia, yang aktif sekitar 60-90 orang, sementara yang hadir dalam Sarasehan kali ini sekitar 32 orang.
Tahap pertama masing-masing diminta untuk memperkenalkan diri dan harapan apa yang paling baik dalam hidup masing-masing. Tetapi karena saking semangatnya sehingga yang mestinya cukup satu kalimat saja yang diminta yaitu harapan paling baik apa yang dikehendaki, menjadi ajang kesaksian sehingga waktu semakin molor. Hal itu bisa dimaklumi karena kapan lagi mereka bisa bersaksi dan curhat, mumpung ada kesempatan dan kebetulan narasumbernya Psikolog yang diharapkan dapat mengurai ruwet rentengnya permasalahan yang dihadapi.
Kemudian peserta dibagi dua-dua duduk saling berhadapan untuk saling mengisahkan kehidupan masing-masing dalam konteks menggali hal-hal terbaik dalam diri masing-masing untuk disumbangkan bagi kehidupan orang lain dan lingkungannya. Tentu saja banyak hal yang ingin dikisahkan meski cuma diberi waktu sekitar 10 menit. Namun apa yang disampaikan itu paling tidak sudah mengurangi beban pemikiran yang dialami.
Selanjutnya peserta dibagi dalam empat kelompok yang masing-masing beranggotakan 8 orang dengan duduk melingkar. Masing-masing menunjuk Ketua kelompok yang akan merangkum seluruh apresiasi dari anggota kelompoknya untuk dipresentasikan didepan peserta yang lain. Para Ketua kelompok yang kebetulan semua laki-laki ini adalah pak Sugiyarto DS, pak Danardana, pak Gatot Konsepsi dan pak Andreas Hutomo. Seluruh kelompok diberi waktu sekitar 20 menit untuk membahas apa sebenarnya harapan mereka untuk bisa berpikir positif dan selalu mengucap syukur dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika ketua masing-masing kelompok mempresentasikan hasil rembugan mereka didampingi anggota kelompoknya terjadi hal-hal yang cukup menarik bahkan juga menimbulkan gelak tawa sehingga sarasehan kali ini betul-betul membuat wajah berseri-seri karena sukacita.
Sayang waktu yang disediakan dirasa kurang cukup, mungkin acara yang begini lebih pas kalau diadakan pada acara retreat sehingga waktunya bisa lebih panjang dan masing-masing merasa terpuaskan. Acara sarasehan ditutup oleh pak Singgih dan sekaligus dengan doa makan siang. Selamat untuk Adiyuswa!
Gathering Keluarga Muda Klasis Jakarta Bagian Barat
Kegiatan besar yang diagendakan oleh Klasis Jakarta Bagian Barat untuk para keluarga muda yaitu Gathering Keluarga Muda seKlasis Jakarta Bagian Barat dengan tema “Kembali ke Sekolah” terlaksana pada tanggal 25 Oktober 2014. Acara yang diikuti oleh sekitar 500 peserta dari 9 Gereja Kristen Jawa klasis Jakarta bagian barat bertempat di Sekolah Pelita Harapan,Karawaci, berlangsung dengan sangat meriah dan menyenangkan.
Persekutuan Keluarga Muda GKJ Kanaan yang ditunjuk sebagai gereja penghimpun dan panitia benar-benar mengemas acara dan kegiatan dengan sukses dan meriah. Sebuah tantangan yang cukup berat untuk Persekutuan Keluarga Muda GKJ Kanaan yang termasuk gereja “kecil”, harus dihadapkan pada suatu kegiatan yang melibatkan 9 gereja klasis. Suatu hal yang luar biasa bahkan mungkin bagi persekutuan keluarga muda yang sudah lama berdiri seperti Eben Haezer atau persekutuan keluarga muda dari gereja yang lebih besar seperti GKJ Nehemia misalnya, dan hal ini tidak menjadi penghalang bagi persekutuan keluarga muda GKJ Kanaan untuk mewujudkan hal tersebut, karena tidak hanya membawa nama komisi, akan tetapi GKJ Kanaan secara keseluruhan.
Ternyata masih saja tidak mudah mengundang para keluarga muda di GKJ Nehemia untuk ikut berpartisipasi dalam acara gathering ini, GKJ Nehemia merupakan gereja yang paling besar dalam lingkup klasis bagian barat dan diharapkan mampu mengumpulkan sekitar 30 KK akan tetapi pada hari H, hanya terkumpul sekitar 15 KK, salah satu penyebabnya adanya retreat wilayah yang lumayan menyedot peserta dari jemaat GKJ Nehemia itu sendiri. Panitia dari GKJ Nehemia yang tadinya berencana menyewa bus akhirnya urung dan memutuskan menggunakan kendaran pribadi masing-masing dan semua bisa terlaksana dengan baik.
Kegiatan gathering klasis ini awalnya dikumpulkan di aula baik anak-anak dan dewasa, diiringi band komplit pemuda dari GKJ Kanaan yang bermain apik dan luar biasa menambah suasana menjadi sangat riang. Acara dalam aula tersebut diisi dengan acara perkenalan, permainan, pembagian pengurus masing-masing gereja dan yang paling penting pengesahan Ketua Keluarga Muda Klasis JBB untuk 3 tahun mendatang yang kali dijabat dari GKJ Eben Haezer.
Acara dilanjutkan dengan permainan team work baik untuk dewasa maupun anak-anak, kegiatan yang benar-benar membuat semua peserta menjadi gembira dan tentu saja keringatan, mulai dari melemparkan pesan melewati kolam renang (GKJ Nehemia menjadi pemenang dengan hadiah gratis photo booth untuk semua keluarga), pembuatan majalah dinding (GKJ Nehemia merebut juara ke-2 dengan hadiah tempat minum tupperware untuk seluruh keluarga juga), rebut benteng serta permainan kebersamaan lainnya dan luar biasanya lagi ditengah musim yang tidak menentu ini, Tuhan memberikan cuaca yang sangat bagus, tidak hujan dan tidak terlalu panas. Kegembiraan dan kemeriahan acara ini semakin lengkap dengan konsumsi yang seakan tidak putus-putusnya, mulai dari snack sampai makan siang, bahkan sampai akhir acara pun masih bisa dibawa oleh sebagian peserta.
Acara kemudian dilanjutkanpembagian hadiah dan refleksi sesudah makan siang pada pukul 13.30, khusus anak-anak dipisahkan di ruangan tersendiri dengan pendampingan guru-guru sekolah minggu. Pada acara inilah sebagian peserta dapat mengakrabkan diri pada keluarga masing-masing dan bertemu dengan kawan-kawan lama dari gereja lain. Sebagian peserta lain menghabiskan waktunya untuk bercanda dengan anak-anaknya di kolam renang.
Acara gathering akhirnya ditutup tepat pada pukul 16.00, dengan acara yang sedemikian menyenangkan dan meriah ini tidak heran banyak peserta yang menanyakan kapan lagi acara semacam ini diadakan lagi, dengan suksesnya acara ini panitia keluarga muda GKJ Kanaan merasa tidak sia-sia untuk waktu dan jerih payahnya menjadikan acara gathering keluarga muda klasis sebagai tolok ukur atau panduan bagi kegiatan-kegiatan keluarga muda yang lain, baik dalam skala gereja lokal atau pun klasis. Sungguh pertolongan dan berkat Tuhan indah pada waktunya. Sampai jumpa di gathering keluarga muda klasis tahun berikutnya!
Persekutuan Keluarga Muda GKJ Kanaan yang ditunjuk sebagai gereja penghimpun dan panitia benar-benar mengemas acara dan kegiatan dengan sukses dan meriah. Sebuah tantangan yang cukup berat untuk Persekutuan Keluarga Muda GKJ Kanaan yang termasuk gereja “kecil”, harus dihadapkan pada suatu kegiatan yang melibatkan 9 gereja klasis. Suatu hal yang luar biasa bahkan mungkin bagi persekutuan keluarga muda yang sudah lama berdiri seperti Eben Haezer atau persekutuan keluarga muda dari gereja yang lebih besar seperti GKJ Nehemia misalnya, dan hal ini tidak menjadi penghalang bagi persekutuan keluarga muda GKJ Kanaan untuk mewujudkan hal tersebut, karena tidak hanya membawa nama komisi, akan tetapi GKJ Kanaan secara keseluruhan.
Ternyata masih saja tidak mudah mengundang para keluarga muda di GKJ Nehemia untuk ikut berpartisipasi dalam acara gathering ini, GKJ Nehemia merupakan gereja yang paling besar dalam lingkup klasis bagian barat dan diharapkan mampu mengumpulkan sekitar 30 KK akan tetapi pada hari H, hanya terkumpul sekitar 15 KK, salah satu penyebabnya adanya retreat wilayah yang lumayan menyedot peserta dari jemaat GKJ Nehemia itu sendiri. Panitia dari GKJ Nehemia yang tadinya berencana menyewa bus akhirnya urung dan memutuskan menggunakan kendaran pribadi masing-masing dan semua bisa terlaksana dengan baik.
Kegiatan gathering klasis ini awalnya dikumpulkan di aula baik anak-anak dan dewasa, diiringi band komplit pemuda dari GKJ Kanaan yang bermain apik dan luar biasa menambah suasana menjadi sangat riang. Acara dalam aula tersebut diisi dengan acara perkenalan, permainan, pembagian pengurus masing-masing gereja dan yang paling penting pengesahan Ketua Keluarga Muda Klasis JBB untuk 3 tahun mendatang yang kali dijabat dari GKJ Eben Haezer.
Acara dilanjutkan dengan permainan team work baik untuk dewasa maupun anak-anak, kegiatan yang benar-benar membuat semua peserta menjadi gembira dan tentu saja keringatan, mulai dari melemparkan pesan melewati kolam renang (GKJ Nehemia menjadi pemenang dengan hadiah gratis photo booth untuk semua keluarga), pembuatan majalah dinding (GKJ Nehemia merebut juara ke-2 dengan hadiah tempat minum tupperware untuk seluruh keluarga juga), rebut benteng serta permainan kebersamaan lainnya dan luar biasanya lagi ditengah musim yang tidak menentu ini, Tuhan memberikan cuaca yang sangat bagus, tidak hujan dan tidak terlalu panas. Kegembiraan dan kemeriahan acara ini semakin lengkap dengan konsumsi yang seakan tidak putus-putusnya, mulai dari snack sampai makan siang, bahkan sampai akhir acara pun masih bisa dibawa oleh sebagian peserta.
Acara kemudian dilanjutkanpembagian hadiah dan refleksi sesudah makan siang pada pukul 13.30, khusus anak-anak dipisahkan di ruangan tersendiri dengan pendampingan guru-guru sekolah minggu. Pada acara inilah sebagian peserta dapat mengakrabkan diri pada keluarga masing-masing dan bertemu dengan kawan-kawan lama dari gereja lain. Sebagian peserta lain menghabiskan waktunya untuk bercanda dengan anak-anaknya di kolam renang.
Acara gathering akhirnya ditutup tepat pada pukul 16.00, dengan acara yang sedemikian menyenangkan dan meriah ini tidak heran banyak peserta yang menanyakan kapan lagi acara semacam ini diadakan lagi, dengan suksesnya acara ini panitia keluarga muda GKJ Kanaan merasa tidak sia-sia untuk waktu dan jerih payahnya menjadikan acara gathering keluarga muda klasis sebagai tolok ukur atau panduan bagi kegiatan-kegiatan keluarga muda yang lain, baik dalam skala gereja lokal atau pun klasis. Sungguh pertolongan dan berkat Tuhan indah pada waktunya. Sampai jumpa di gathering keluarga muda klasis tahun berikutnya!
Kongres Kebudayaan Jawa
Sejak akhir abad XIX sampai menginjak abad XXI ditengarai bahwa kebudayaan Jawa telah mengalami kemerosotan dan kemunduran, sehingga perlu adanya pemikiran reaktualisasi kebudayaan Jawa agar generasi muda kita tidak kehilangan jejak.
Sementara itu sejak kemerdekaan Indonesia 69 tahun yang lalu, keprihatinan terhadap kondisi budaya Jawa rasanya belum pernah terpikirkan. Dalam catatan sejarah budaya, barulah pada tanggal 5-7 juli 1918 komunitas Jawa sadar sehingga menggelar Congres voor Javansche Cultuur Ontwikkeling di Surakarta atas sponsor KGPAP Prangwadana VII. Oleh karena itu Yayasan Studi Bahasa Jawa Kanthil bersama para pandhemen budaya Jawa akhirnya menggelar Kongres Kebudayaan Jawa sebagai puncak keprihatinan komunitas Jawa terhadap keberadaan kebudayaannya.
Kongres Kebudayaan Jawa yang pertama kali ini diselenggarakan di kota Surakarta pada tanggal 10-13 Nopember’14. Kongres ini diselenggarakan atas kerjasama Yayasan Studi Bahasa Jawa Kanthil, Kemenko Kesra, Depdikbud, Pemda Jateng, Jatim dan DIY dengan tema “Revitalisasi nilai-nilai dalam Kebudayaan Jawa yang relevan untuk kejayaan Bangsa dan Negara.”
Pembukaan Kongres kebudayaan Jawa 2014 dilaksanakan yanggal 10 Nopember’14 pukul 19.00 di Pendapa Agung Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta diawali dengan persembahan tari Bedhaya Lala yang diperagakan 9 orang Mahasiswi ISI dengan kostum serba merah. Dalam kesempatan ini hadir Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo yang menandatangani Nota Kesepahaman bersama Rektor ISI Prof. Dr. Sri Rochana Widyastutieningrum, S.Kar, M.Hum.
Dalam sambutannya Ganjar Pranowo yang lahir di Karanganyar ini menyampaikan rasa mirisnya melihat para wakil Rakyat yang baru saja dilantik membuat keributan yang tentu saja tidak sesuai dengan budaya rembugan (musyawarah) untuk mufakat. Menurut Ganjar, rembugan merupakan salah satu budaya yang bisa diterapkan baik dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat. Dalam makalah yang ditulisnya Ganjar menyampaikan bahwa budaya Jawa itu kalau mau kita onceki ora ana enteke (kita bahas tidak ada habisnya). Dari Bahasa, tulisan, budaya, semua mengandung filosofi. Contoh, Bahasa Jawa itu sangat kaya dalam hal paramasastra (tata Bahasa), unggah-ungguhing basa (tingkatan Bahasa), perbendaharaan kata dan lain-lain. Bahasa Jawa termasuk Bahasa yang paling komplit dan tergolong Bahasa sempurna. Tercermin dari adanya kandungan filsafat, tataran berbahasa serta aksara yang dimilikinya. Bahkan memiliki tingkatan seperti ngoko, krama, krama inggil dll, yang penggunaannya mencerminkan tingkatan status sosial.
Dalam acara pembukaan tersebut hadir pula Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo, Mantan Gubernur Jateng dan Mendagri Mardiyanto, juga Dirjen Kebudayaan Prof. Kacung Marijan, PhD dan sesepuh Yayasan Kanthil Prof. Dr. Soetomo WE. Kemudian acara ditutup dengan pagelaran wayang kulit pakeliran padat selama satu jam oleh dalang Ki Purbo Asmoro, SSi.
Hari berikutnya Kongres dilaksanakan di Hotel Lor In Surakarta pukul 08.00 dan diawali dengan persembahan tari Rebana dari ISI Surakarta dan tari Gebyar Batik dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DIY. Sebagai pembicara kunci hadir Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam pemaparannya Sri Sultan menyampaikan bahwa watak njawani seharusnya sudah merasuk dalam segala aktifitas dan tindakan. Tidak usah berteriak bahwa budaya kita telah tergerus oleh budaya asing kalau sehari-hari masih memakai produk luar negeri. Memang harus bijaksana dan bisa memilah mengingat banyak hal-hal yang tidak bisa kita hindari berkaitan dengan budaya luar negeri. Yang penting bisa mulai meresapi sikap dan tindakan yang memang sesuai dengan budaya Jawa.
Prof. Dr. Sri Hastanto dari ISI Surakarta (sering memberikan ceramah di Sinode GKJ dan Juri Festival Gendhing) dalam makalahnya yang berjudul Karya Seni, Pelestarian, Pengembangan dan inovasi antara lain menjelaskan bahwa masuknya budaya asing kedalam kehidupan bangsa ini merupakan konsekuensi logis dari kemajuan teknologi terutama bidang komunikasi. Budaya asing itu akan menambah kekayaan budaya sebuah bangsa kalau bangsa itu mempunyai sikap yang semestinya sesuai dengan kepantasan budayanya. Hal ini tergantung pada ketahanan budaya bangsa tersebut.
Kalau hal ini kita tarik kedalam ranah kesenian Jawa, maka secara ringkas dapat dikatakan, kalau seseorang mempunyai bekal pengetahuan, penghayatan seni dan pengalaman berkesenian secara mendalam, maka dalam dirinya telah terbangun parameter secara otomatis yang dapat membedakan unsur budaya mana yang appropriate untuk dirinya dan mana yang inappropriate. Seorang pesinden yang mempunyai bekal dan pengalaman cukup dalam kehidupan karawitan Jawa akan tidak tertarik dengan lagu-lagu yang hanya berisi hiburan ringan seperti Cucakrawa dan Iwak peyek.
Tetapi setelah konsumeristik melanda masyarakat kita, ada juga pesinden kategori ini yang tergiur menyanyikan lagu-lagu tersebut demi uang. Berbeda dengan Pesinden yang bekal dan pengalaman pas-pasan, dalam dirinya tidak terbangun filter budaya sama sekali sehingga mereka menjadi lahan subur tumbuhnya jenis-jenis seni yang hanya mementingkan hiburan yang dangkal. Jadi yang penting didalam mempromosikan seni (budaya Jawa) sebagi filter masuknya budaya asing yang tidak appropriate bagi budaya bangsa adalah mendalami seni di bidangnya baik pengetahuannya maupun berkeseniannya.
Kathryn Emerson yang biasa dipanggil Kitsie dari Michigan USA dan bergelar MA in Music dari City of New York University, Queen College tiba di Jawa pada tahun 1991. Pada awalnya menjadi penabuh gender dan kemudian dikenal sebagai pesinden yang handal dalam berbagai pagelaran wayang kulit. Kitsie sebagai pembicara berikutnya menuturkan bahwa sebenarnya Wonogiri merupakan gudang aliran tradisional. Namun mulai 1990 suatu jenis tren menyebar ke sebagian daerah Jawa Tengah dan pada tahun 1994 masuk pula ke Wonogiri. Tren yang dimaksud adalah merebaknya wayang hura-hura (hiburan murahan tak bermakna) atau wayang neka-neka (campur aduk atraksi-atraksi tak relevan dan patut diragukan). Beberapa dalang yang cukup terkenal mulai terpengaruh dengan cara memperpanjang selingan secara signifikan dalam pentas wayang sekaligus mempersingkat waktu untuk alur cerita, diskripsi, narasi dan dialog. Hal ini barangkali untuk menyaingi tayangan televisi, film-film dan musik pop Barat.
Salah satu faktor penyebab tren ini adalah pentas-pentas di tahun 90-an yang ditampilkan oleh sebuah kelompok yang didukung pejabat kaya yang disebut Pantap atau Panitia Tetap Apresiasi dan Pengembangan Seni Pedalangan yang menampilkan beberapa dalang hura-hura dengan beberapa layar, yang ditujukan untuk membuat sensasi dan secara umum disebut wayang spektakuler. Dalam berbagai jenis hiburan pemuas penonton, pertunjukan sekedar tontonan ini selingan khas-nya (Limbukan dimulai sekitar pk. 23.00 dan Gara-gara dimulai pk. 02.00) berlangsung sekitar 2 jam lebih. Pelawak-pelawak tunggal diajak tampil lama di atas panggung, biduan-biduan diminta berdiri dan menari dengan lagak menggoda di depan penonton, band-band musik pop tampil bergantian dengan gamelan, tamu-tamu terkemuka diminta untuk naik ke atas panggung dan diberi kesempatan menyanyi tak peduli berbakat atau tidak.
Adegan perang gagal sering diperpanjang dari 20 menit sampai 1 jam lebih, lampu-lampu kilat, efek suara elektronik, kerlap-kerlip cahaya dan peralatan-peralatan pembuat sensasi lainnya digunakan. Wayang yang kalah perang untuk menimbulkan kesan gempar, dilempar jauh sampai jatuh di tempat gamelan bahkan sampai ke tempat para penonton. Bahkan saya pernah menyaksikan seorang dalang yang mengangkat kakinya sampai di atas batang pisang untuk menendang tokoh wayang dengan kakinya. Dalam sebuah pentas wayang saya pernah saksikan selingan Gara-gara dari pk. 01.00 sampai pk. 04.00. Duapuluh persen pentas yang bukan adegan perang atau hiburan terasa hambar, dan iringan gamelan terdengar kasar serta menyakitkan telinga. Saya kemudian beristirahat dari mengiringi pertunjukan wayang saat itu dan beralih ke studi-studi gamelan lainnya.
Kongres Kebudayaan Jawa ini dibagi dalam 4 Klaster yaitu,
Klaster I Budaya Jawa dengan Politik, Hukum dan Pemerintahan dengan 14 orang pembicara.
Klaster II Budaya Jawa dengan Pendidikan dan Budi Pekerti dengan 15 orang pembicara.
Klaster III Budaya Jawa dengan Karya Seni dengan 15 pembicara.
Klaster IV Budaya Jawa dengan Filosofi dan Religi dengan 16 pembicara.
Sementara ada 9 Pembicara Utama dan 2 Pembicara Kunci.
Total yang dibahas ada 60 buah makalah, diikuti sekitar 500 peserta dari Jateng, Jatim, DIY, Jakarta dan Bali.
Kongres Kebudayaan Jawa ditutup Rabu pk. 19.00 oleh Sekda Prop. Jateng mewakili Gubernur Ganjar Pranowo, Laporan Ketua Panitia Prof. Dr. Soetomo WE, kesan Peserta oleh Narko “Sodrun” Budiman dari Sanggar Triwida Tulungagung dan persembahan Campursari Bank Jateng. Kongres berikutnya akan dilaksanakan pada bulan Juli 2018 di Surabaya. Andreas Hutomo.
Sementara itu sejak kemerdekaan Indonesia 69 tahun yang lalu, keprihatinan terhadap kondisi budaya Jawa rasanya belum pernah terpikirkan. Dalam catatan sejarah budaya, barulah pada tanggal 5-7 juli 1918 komunitas Jawa sadar sehingga menggelar Congres voor Javansche Cultuur Ontwikkeling di Surakarta atas sponsor KGPAP Prangwadana VII. Oleh karena itu Yayasan Studi Bahasa Jawa Kanthil bersama para pandhemen budaya Jawa akhirnya menggelar Kongres Kebudayaan Jawa sebagai puncak keprihatinan komunitas Jawa terhadap keberadaan kebudayaannya.
Kongres Kebudayaan Jawa yang pertama kali ini diselenggarakan di kota Surakarta pada tanggal 10-13 Nopember’14. Kongres ini diselenggarakan atas kerjasama Yayasan Studi Bahasa Jawa Kanthil, Kemenko Kesra, Depdikbud, Pemda Jateng, Jatim dan DIY dengan tema “Revitalisasi nilai-nilai dalam Kebudayaan Jawa yang relevan untuk kejayaan Bangsa dan Negara.”
Pembukaan Kongres kebudayaan Jawa 2014 dilaksanakan yanggal 10 Nopember’14 pukul 19.00 di Pendapa Agung Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta diawali dengan persembahan tari Bedhaya Lala yang diperagakan 9 orang Mahasiswi ISI dengan kostum serba merah. Dalam kesempatan ini hadir Gubernur Jawa Tengah H. Ganjar Pranowo yang menandatangani Nota Kesepahaman bersama Rektor ISI Prof. Dr. Sri Rochana Widyastutieningrum, S.Kar, M.Hum.
Dalam sambutannya Ganjar Pranowo yang lahir di Karanganyar ini menyampaikan rasa mirisnya melihat para wakil Rakyat yang baru saja dilantik membuat keributan yang tentu saja tidak sesuai dengan budaya rembugan (musyawarah) untuk mufakat. Menurut Ganjar, rembugan merupakan salah satu budaya yang bisa diterapkan baik dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat. Dalam makalah yang ditulisnya Ganjar menyampaikan bahwa budaya Jawa itu kalau mau kita onceki ora ana enteke (kita bahas tidak ada habisnya). Dari Bahasa, tulisan, budaya, semua mengandung filosofi. Contoh, Bahasa Jawa itu sangat kaya dalam hal paramasastra (tata Bahasa), unggah-ungguhing basa (tingkatan Bahasa), perbendaharaan kata dan lain-lain. Bahasa Jawa termasuk Bahasa yang paling komplit dan tergolong Bahasa sempurna. Tercermin dari adanya kandungan filsafat, tataran berbahasa serta aksara yang dimilikinya. Bahkan memiliki tingkatan seperti ngoko, krama, krama inggil dll, yang penggunaannya mencerminkan tingkatan status sosial.
Dalam acara pembukaan tersebut hadir pula Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo, Mantan Gubernur Jateng dan Mendagri Mardiyanto, juga Dirjen Kebudayaan Prof. Kacung Marijan, PhD dan sesepuh Yayasan Kanthil Prof. Dr. Soetomo WE. Kemudian acara ditutup dengan pagelaran wayang kulit pakeliran padat selama satu jam oleh dalang Ki Purbo Asmoro, SSi.
Hari berikutnya Kongres dilaksanakan di Hotel Lor In Surakarta pukul 08.00 dan diawali dengan persembahan tari Rebana dari ISI Surakarta dan tari Gebyar Batik dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DIY. Sebagai pembicara kunci hadir Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam pemaparannya Sri Sultan menyampaikan bahwa watak njawani seharusnya sudah merasuk dalam segala aktifitas dan tindakan. Tidak usah berteriak bahwa budaya kita telah tergerus oleh budaya asing kalau sehari-hari masih memakai produk luar negeri. Memang harus bijaksana dan bisa memilah mengingat banyak hal-hal yang tidak bisa kita hindari berkaitan dengan budaya luar negeri. Yang penting bisa mulai meresapi sikap dan tindakan yang memang sesuai dengan budaya Jawa.
Prof. Dr. Sri Hastanto dari ISI Surakarta (sering memberikan ceramah di Sinode GKJ dan Juri Festival Gendhing) dalam makalahnya yang berjudul Karya Seni, Pelestarian, Pengembangan dan inovasi antara lain menjelaskan bahwa masuknya budaya asing kedalam kehidupan bangsa ini merupakan konsekuensi logis dari kemajuan teknologi terutama bidang komunikasi. Budaya asing itu akan menambah kekayaan budaya sebuah bangsa kalau bangsa itu mempunyai sikap yang semestinya sesuai dengan kepantasan budayanya. Hal ini tergantung pada ketahanan budaya bangsa tersebut.
Kalau hal ini kita tarik kedalam ranah kesenian Jawa, maka secara ringkas dapat dikatakan, kalau seseorang mempunyai bekal pengetahuan, penghayatan seni dan pengalaman berkesenian secara mendalam, maka dalam dirinya telah terbangun parameter secara otomatis yang dapat membedakan unsur budaya mana yang appropriate untuk dirinya dan mana yang inappropriate. Seorang pesinden yang mempunyai bekal dan pengalaman cukup dalam kehidupan karawitan Jawa akan tidak tertarik dengan lagu-lagu yang hanya berisi hiburan ringan seperti Cucakrawa dan Iwak peyek.
Tetapi setelah konsumeristik melanda masyarakat kita, ada juga pesinden kategori ini yang tergiur menyanyikan lagu-lagu tersebut demi uang. Berbeda dengan Pesinden yang bekal dan pengalaman pas-pasan, dalam dirinya tidak terbangun filter budaya sama sekali sehingga mereka menjadi lahan subur tumbuhnya jenis-jenis seni yang hanya mementingkan hiburan yang dangkal. Jadi yang penting didalam mempromosikan seni (budaya Jawa) sebagi filter masuknya budaya asing yang tidak appropriate bagi budaya bangsa adalah mendalami seni di bidangnya baik pengetahuannya maupun berkeseniannya.
Kathryn Emerson yang biasa dipanggil Kitsie dari Michigan USA dan bergelar MA in Music dari City of New York University, Queen College tiba di Jawa pada tahun 1991. Pada awalnya menjadi penabuh gender dan kemudian dikenal sebagai pesinden yang handal dalam berbagai pagelaran wayang kulit. Kitsie sebagai pembicara berikutnya menuturkan bahwa sebenarnya Wonogiri merupakan gudang aliran tradisional. Namun mulai 1990 suatu jenis tren menyebar ke sebagian daerah Jawa Tengah dan pada tahun 1994 masuk pula ke Wonogiri. Tren yang dimaksud adalah merebaknya wayang hura-hura (hiburan murahan tak bermakna) atau wayang neka-neka (campur aduk atraksi-atraksi tak relevan dan patut diragukan). Beberapa dalang yang cukup terkenal mulai terpengaruh dengan cara memperpanjang selingan secara signifikan dalam pentas wayang sekaligus mempersingkat waktu untuk alur cerita, diskripsi, narasi dan dialog. Hal ini barangkali untuk menyaingi tayangan televisi, film-film dan musik pop Barat.
Salah satu faktor penyebab tren ini adalah pentas-pentas di tahun 90-an yang ditampilkan oleh sebuah kelompok yang didukung pejabat kaya yang disebut Pantap atau Panitia Tetap Apresiasi dan Pengembangan Seni Pedalangan yang menampilkan beberapa dalang hura-hura dengan beberapa layar, yang ditujukan untuk membuat sensasi dan secara umum disebut wayang spektakuler. Dalam berbagai jenis hiburan pemuas penonton, pertunjukan sekedar tontonan ini selingan khas-nya (Limbukan dimulai sekitar pk. 23.00 dan Gara-gara dimulai pk. 02.00) berlangsung sekitar 2 jam lebih. Pelawak-pelawak tunggal diajak tampil lama di atas panggung, biduan-biduan diminta berdiri dan menari dengan lagak menggoda di depan penonton, band-band musik pop tampil bergantian dengan gamelan, tamu-tamu terkemuka diminta untuk naik ke atas panggung dan diberi kesempatan menyanyi tak peduli berbakat atau tidak.
Adegan perang gagal sering diperpanjang dari 20 menit sampai 1 jam lebih, lampu-lampu kilat, efek suara elektronik, kerlap-kerlip cahaya dan peralatan-peralatan pembuat sensasi lainnya digunakan. Wayang yang kalah perang untuk menimbulkan kesan gempar, dilempar jauh sampai jatuh di tempat gamelan bahkan sampai ke tempat para penonton. Bahkan saya pernah menyaksikan seorang dalang yang mengangkat kakinya sampai di atas batang pisang untuk menendang tokoh wayang dengan kakinya. Dalam sebuah pentas wayang saya pernah saksikan selingan Gara-gara dari pk. 01.00 sampai pk. 04.00. Duapuluh persen pentas yang bukan adegan perang atau hiburan terasa hambar, dan iringan gamelan terdengar kasar serta menyakitkan telinga. Saya kemudian beristirahat dari mengiringi pertunjukan wayang saat itu dan beralih ke studi-studi gamelan lainnya.
Kongres Kebudayaan Jawa ini dibagi dalam 4 Klaster yaitu,
Klaster I Budaya Jawa dengan Politik, Hukum dan Pemerintahan dengan 14 orang pembicara.
Klaster II Budaya Jawa dengan Pendidikan dan Budi Pekerti dengan 15 orang pembicara.
Klaster III Budaya Jawa dengan Karya Seni dengan 15 pembicara.
Klaster IV Budaya Jawa dengan Filosofi dan Religi dengan 16 pembicara.
Sementara ada 9 Pembicara Utama dan 2 Pembicara Kunci.
Total yang dibahas ada 60 buah makalah, diikuti sekitar 500 peserta dari Jateng, Jatim, DIY, Jakarta dan Bali.
Kongres Kebudayaan Jawa ditutup Rabu pk. 19.00 oleh Sekda Prop. Jateng mewakili Gubernur Ganjar Pranowo, Laporan Ketua Panitia Prof. Dr. Soetomo WE, kesan Peserta oleh Narko “Sodrun” Budiman dari Sanggar Triwida Tulungagung dan persembahan Campursari Bank Jateng. Kongres berikutnya akan dilaksanakan pada bulan Juli 2018 di Surabaya. Andreas Hutomo.
CERPEN - Pasrah
Widarto masih duduk termenung di teras rumahnya di sore yang cerah oleh sinar candhik ayu. Kopi kental kegemarannya sudah dingin dan tak pernah disentuhnya, sementara surat kabar yang dipegang tak pernah dibacanya. Ingatannya melayang pada kejadian tadi pagi ketika selesai Kebaktian Minggu tiba-tiba bertemu Widarti yang masih kelihatan cantik di usia senja. Matanya menerawang jauh mengenang kembali masa lalu waktu masih sekolah hampir setengah abad yang lalu. Widarto sekolah di STM dan Widarti di SMA 4 yang gedung sekolahnya bersebelahan hanya dipisahkan jalan kecil di Manahan-Sala.
Awal perkenalannya dengan Widarti ketika diadakan pertandingan persahabatan bola voli antara murid STM dan SMA 4. Pertandingan berjalan cukup seru karena permainannya memang berimbang baik dalam menyerang maupun bertahan. Widarto sebagai pemain andalan STM bermain cukup apik dengan smash yang tajam dan keras sehingga banyak suporter yang meneriakkan namanya. Suporter dari SMA disamping anak laki-laki tentu saja juga banyak anak perempuan yang rata-rata berwajah cantik. Ketika suporter STM berteriak memberi semangat: “Widarto . . Widarto . .” tiba-tiba suporter SMA gantian berteriak: “Widarti . . Widarti . .” sehingga menimbulkan gelak tawa para suporter. Namun rupanya memang ada anak SMA yang bernama Widarti dan karena namanya mirip maka nama itu diteriakkan untuk memecah konsentrasi Widarto.
Dan benar saja, sejak teriakan-teriakan itu berkumandang Widarto buyar konsentrasinya sehingga permainannya menjadi kacau dan smash-smashnya banyak yang nyangkut atau keluar. Hal ini menambah semangat para pemain SMA yang mendapat dukungan penuh dari para suporternya terutama anak-anak perempuan. Tiba-tiba pertandingan menjadi ricuh karena beberapa pemain tidak tahan mendengar ejekan dari para suporter, dan nyaris terjadi tawuran antar pemain maupun antar suporter. Untung segera bisa didamaikan, masing-masing menyadari kesalahannya karena tersulut emosi dan kembali ke ruang belajar sementara pertandingan berakhir tanpa score alias bubar di tengah jalan.
Sejak peristiwa itu Widarto menjadi penasaran dan ingin bertemu dengan anak yang bernama Widarti. Tentu saja tidak sulit dicari karena di samping sekolahnya bersebelahan, Widarti mudah diketemukan karena selain cantik juga murid yang pintar. Bahkan ketika pertama kali bertemu, Widarto menjadi terkagum-kagum akan kecantikan Widarti. Dengan agak gemetaran dijabatnya tangan Widarti yang lembut. Selanjutnya selepas pertemuan itu mereka pun segera menjalin persahabatan dan sejak itu mereka sering berjalan berdua baik waktu berangkat maupun pulang sekolah sehingga menimbulkan rasa iri baik dari anak-anak STM maupun anak-anak SMA itu sendiri. Ketika Widarti naik ke kelas dua, Widarto lulus sekolah dan langsung pergi mengadu nasib ke ibu kota Jakarta karena tidak mungkin untuk melanjutkan sekolah melihat kondisi ekonomi orang tuanya yang bekerja di pabrik tenun Gremet itu hidup pas-pasan.
Ketika Widarti meneruskan sekolah di Fakultas Ekonomi Gajah Mada, masih sempat surat-suratan dengan Widarto. Namun ketika hubungan mereka akan berlanjut, ayah Widarti yang Pengusaha batik itu melarang mereka untuk meneruskan hubungan karena mengetahui status sosial keluarga Widarto. Di samping itu mereka juga berbeda kepercayaan. Itulah barangkali yang menjadi pertimbangan dari ayah Widarti. Mereka berdua merasakan betapa sakit di hati akibat persahabatannya diputuskan, namun bagi Widarto tidak tenggelam dalam kesedihan dan justru tergerak untuk hidup mandiri dengan bekerja lebih giat lagi sambil meneruskan sekolah. Kemudian hari dia menikah dengan gadis tetangganya dan dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Halpito. Sementara itu kabar tentang Widarti tidak pernah terdengar sama-sekali.
Sudah seminggu ini Widarto berada di Solo untuk menengok anaknya semata wayang yang bekerja di sebuah perusahaan Kontraktor Bangunan setelah menamatkan kuliahnya di Fakultas Teknik Sipil Universitas Gajah Mada. Dan Minggu pagi kemarin itu tiba-tiba saja dia bertemu Widarti setelah selesai kebaktian di gereja. Dia menjadi heran, sejak kapan Widarti menjadi murid Tuhan dan pergi ke gereja.
Dalam pertemuan selanjutnya mereka saling berkisah tentang kehidupannya masing-masing. Setelah wisuda, Widarti bekerja di perusahaan milik ayahnya dan menikah dengan Hendarso yang juga anak juragan batik. Dari hasil perkawinannya dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik mirip ibunya dan diberi nama Hapsari yang kemudian juga kuliah di jurusan Ekonomi Gajah Mada tempat ibunya menimba ilmu. Ketika duduk di semester enam, Hendarso ayah Hapsari mengalami musibah ketika pesawat yang ditumpanginya tercebur ke laut dan jenasahnya tak pernah diketemukan lagi. Sejak kejadian itu kehidupan Widarti mengalami goncangan yang hebat meski secara materi tidak, karena Hendarso memiliki perusahaan batik.
Beberapa bulan nyaris perusahaannya tidak terurus karena selalu memikirkan kehilangan suami tercinta. Lalu datanglah Hapsari yang sudah menjadi anak Tuhan memberikan penghiburan yang tiada henti kepada ibunya untuk menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan yang Maha kasih sehingga kemudian tergerak hatinya untuk mengikut Tuhan. Widarti mengakhiri kisah hidupnya dengan berurai air mata. Widarto pun kemudian mulai mengisahkan hidupnya dengan nada sendu. Setelah hidup berbahagia bersama isteri tercinta, setahun setelah dia pensiun isterinya meninggal karena kanker payudara. Kemudian dia hidup dirundung kesedihan dan kesepian karena hanya berdua dengan pembantunya yang sudah renta. Akhirnya seluruh hidupnya dicurahkan untuk memuliakan nama Tuhan dengan mengikuti kegiatan di gereja. Kegiatan lansia di gerejanya diikuti seluruhnya agar bisa melupakan kesedihan sejak ditinggal mendiang isterinya yang kini sudah terbaring damai di Kampung Kandang.
Karena merasa senasib dan masing-masing dilanda kesepian tiada tara karena tidak ada teman berbincang berbagi rasa, mereka ingin merajut kembali tali kasih masa silam yang terputus ketika masih bersekolah.
“Widarti, kamu masih ingat nggak ketika kita berboncengan sepeda ke pemandian Pengging menjelang bulan Puasa?”
“Ya, tentu aku masih ingat mas.”
“Waktu kita melewati pematang sawah dan jalannya menanjak itu sebetulnya tenagaku hampir habis. Tapi aku malu padamu, sehingga meski ngos-ngosan kugenjot terus sepeda itu.”
Widarti tertawa kecil sambil mencubit lengan Widarto dan menyahut.
“Sebenarnya aku juga tahu, tapi kamu gengsi kan? Begitu sampai Pengging mak klempus, Lalu kita makan tahu bacem berdua di bawah pohon.”
Mereka berdua tertawa geli mengingat kejadian yang lucu itu.
“Ingat juga kan ketika kita pergi rame-rame ke waduk Cengklik?”
“Iya, kita makan pecel wader lalu pulangnya kehujanan dan kita berteduh di gardu ronda. Sampai di rumah aku dimarahin bapak karena bajuku basah semua tapi dibela ibu, he . . he . .”
Mereka pun tertawa lepas mengenang masa-masa indah bersama dulu. Meski sekarang sudah sama-sama tua rupanya kenangan lama itu sulit dilupakan. Saat itu rasanya dunia cuma milik mereka berdua, yang lain numpang. Sungguh suatu kenangan yang tak pernah bisa dilupakan. Untuk mengembalikan kenangan masa lalu itu kemudian mereka bersepakat untuk kembali merajut tali kasih yang telah terputus kemudian membangun rumah tangga, setelah mereka masing-masing mendapat persetujuan dari anaknya.
Suatu malam di sebuah café di pinggiran barat kota Sala, Halpito sedang minum bersama dengan seorang gadis cantik dalam perbincangan yang cukup serius.
“Rasanya sudah cukup lama kita menjalin kasih, dik. Sudah saatnya kita melanjutkan hubungan ini lebih serius lagi. Saya punya rencana menjelang Natal nanti akan mohon pak Pendeta untuk memberkati pernikahan kita. Minggu depan saya akan mengajak ayah untuk melamarmu.”
“Ya terserah mas Halpito saja, nanti aku matur ibu kalau mas Halpito minggu depan mau melamarku.”
Memasuki Minggu Adven pertama, Halpito segera menghadap ayahandanya untuk mohon kesediaannya melamarkan seorang gadis idamannya sebagai calon isterinya, karena mereka sudah saling mencinta dan sudah sepakat untuk melanjutkan hubungan ke jenjang perkawinan. Halpito sudah merasa mampu untuk mulai membina rumah tangga karena pekerjaannya sudah mapan, di samping itu calon isterinya juga sudah bekerja.
“Calon iterimu itu anak siapa, nak?” spontan saja Widarto bertanya.
“Hanya anak seorang janda, ayah. Tapi dia cantik dan patuh.”
Kembali teringat ketika hubungannya diputuskan hanya karena status sosial, hati Widarto justru menjadi trenyuh bahwa kini anaknya mau menikah dengan anak seorang janda. Tidak terbersit sedikitpun rasa kecewa dalam hatinya mengenang masa lalunya itu, karena kini pikirannya sudah semakin mengendap dan bahkan saat ini menjadi Majelis sebuah gereja besar di Jakarta.
“Baiklah, nak. Segala sesuatunya akan ayah persiapkan dengan mengajak keluarga dekat baik yang di Jakarta maupun yang tinggal di Sala.”
“Apa tidak malah merepotkan, ayah?”
“Tidak, nak. Kamu anakku satu-satunya dan kini menjadi tanggung jawab ayah sepenuhnya
melamar seorang gadis untuk calon isterimu.”
Pada hari yang sudah ditentukan Widarto dengan pakaian rapi beserta keluarga dekatnya mengantar Halpito untuk melamar gadis pujaannya. Sesampai di tempat calon besan disambut dengan cukup meriah oleh keluarga besarnya. Rupanya acara lamaran ini sudah disiapkan cukup matang sehingga terkesan meriah. Tetapi ketika hendak memasuki halaman rumah betapa terkejutnya Widarto, dengan setengah tidak percaya dipandangnya dengan tajam calon besan yang akan ditemuinya itu karena ternyata Widarti yang tak kalah pula terkejutnya melihat kedatangan Widarto. Rupanya calon isteri Halpito itu adalah Hapsari, anak Widarti. Dengan rasa galau serta haru tak karuan antara sedih dan senang, Widarto dan Widarti kemudian berembug berdua dan sepakat untuk membatalkan rencana mereka berumah tangga, karena ternyata kini anak-anak mereka yang ingin membangun rumah tangga sendiri. Mereka berdua pun pasrah. Permata Hijau, akhir Nopember’14.
Awal perkenalannya dengan Widarti ketika diadakan pertandingan persahabatan bola voli antara murid STM dan SMA 4. Pertandingan berjalan cukup seru karena permainannya memang berimbang baik dalam menyerang maupun bertahan. Widarto sebagai pemain andalan STM bermain cukup apik dengan smash yang tajam dan keras sehingga banyak suporter yang meneriakkan namanya. Suporter dari SMA disamping anak laki-laki tentu saja juga banyak anak perempuan yang rata-rata berwajah cantik. Ketika suporter STM berteriak memberi semangat: “Widarto . . Widarto . .” tiba-tiba suporter SMA gantian berteriak: “Widarti . . Widarti . .” sehingga menimbulkan gelak tawa para suporter. Namun rupanya memang ada anak SMA yang bernama Widarti dan karena namanya mirip maka nama itu diteriakkan untuk memecah konsentrasi Widarto.
Dan benar saja, sejak teriakan-teriakan itu berkumandang Widarto buyar konsentrasinya sehingga permainannya menjadi kacau dan smash-smashnya banyak yang nyangkut atau keluar. Hal ini menambah semangat para pemain SMA yang mendapat dukungan penuh dari para suporternya terutama anak-anak perempuan. Tiba-tiba pertandingan menjadi ricuh karena beberapa pemain tidak tahan mendengar ejekan dari para suporter, dan nyaris terjadi tawuran antar pemain maupun antar suporter. Untung segera bisa didamaikan, masing-masing menyadari kesalahannya karena tersulut emosi dan kembali ke ruang belajar sementara pertandingan berakhir tanpa score alias bubar di tengah jalan.
Sejak peristiwa itu Widarto menjadi penasaran dan ingin bertemu dengan anak yang bernama Widarti. Tentu saja tidak sulit dicari karena di samping sekolahnya bersebelahan, Widarti mudah diketemukan karena selain cantik juga murid yang pintar. Bahkan ketika pertama kali bertemu, Widarto menjadi terkagum-kagum akan kecantikan Widarti. Dengan agak gemetaran dijabatnya tangan Widarti yang lembut. Selanjutnya selepas pertemuan itu mereka pun segera menjalin persahabatan dan sejak itu mereka sering berjalan berdua baik waktu berangkat maupun pulang sekolah sehingga menimbulkan rasa iri baik dari anak-anak STM maupun anak-anak SMA itu sendiri. Ketika Widarti naik ke kelas dua, Widarto lulus sekolah dan langsung pergi mengadu nasib ke ibu kota Jakarta karena tidak mungkin untuk melanjutkan sekolah melihat kondisi ekonomi orang tuanya yang bekerja di pabrik tenun Gremet itu hidup pas-pasan.
Ketika Widarti meneruskan sekolah di Fakultas Ekonomi Gajah Mada, masih sempat surat-suratan dengan Widarto. Namun ketika hubungan mereka akan berlanjut, ayah Widarti yang Pengusaha batik itu melarang mereka untuk meneruskan hubungan karena mengetahui status sosial keluarga Widarto. Di samping itu mereka juga berbeda kepercayaan. Itulah barangkali yang menjadi pertimbangan dari ayah Widarti. Mereka berdua merasakan betapa sakit di hati akibat persahabatannya diputuskan, namun bagi Widarto tidak tenggelam dalam kesedihan dan justru tergerak untuk hidup mandiri dengan bekerja lebih giat lagi sambil meneruskan sekolah. Kemudian hari dia menikah dengan gadis tetangganya dan dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Halpito. Sementara itu kabar tentang Widarti tidak pernah terdengar sama-sekali.
Sudah seminggu ini Widarto berada di Solo untuk menengok anaknya semata wayang yang bekerja di sebuah perusahaan Kontraktor Bangunan setelah menamatkan kuliahnya di Fakultas Teknik Sipil Universitas Gajah Mada. Dan Minggu pagi kemarin itu tiba-tiba saja dia bertemu Widarti setelah selesai kebaktian di gereja. Dia menjadi heran, sejak kapan Widarti menjadi murid Tuhan dan pergi ke gereja.
Dalam pertemuan selanjutnya mereka saling berkisah tentang kehidupannya masing-masing. Setelah wisuda, Widarti bekerja di perusahaan milik ayahnya dan menikah dengan Hendarso yang juga anak juragan batik. Dari hasil perkawinannya dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik mirip ibunya dan diberi nama Hapsari yang kemudian juga kuliah di jurusan Ekonomi Gajah Mada tempat ibunya menimba ilmu. Ketika duduk di semester enam, Hendarso ayah Hapsari mengalami musibah ketika pesawat yang ditumpanginya tercebur ke laut dan jenasahnya tak pernah diketemukan lagi. Sejak kejadian itu kehidupan Widarti mengalami goncangan yang hebat meski secara materi tidak, karena Hendarso memiliki perusahaan batik.
Beberapa bulan nyaris perusahaannya tidak terurus karena selalu memikirkan kehilangan suami tercinta. Lalu datanglah Hapsari yang sudah menjadi anak Tuhan memberikan penghiburan yang tiada henti kepada ibunya untuk menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan yang Maha kasih sehingga kemudian tergerak hatinya untuk mengikut Tuhan. Widarti mengakhiri kisah hidupnya dengan berurai air mata. Widarto pun kemudian mulai mengisahkan hidupnya dengan nada sendu. Setelah hidup berbahagia bersama isteri tercinta, setahun setelah dia pensiun isterinya meninggal karena kanker payudara. Kemudian dia hidup dirundung kesedihan dan kesepian karena hanya berdua dengan pembantunya yang sudah renta. Akhirnya seluruh hidupnya dicurahkan untuk memuliakan nama Tuhan dengan mengikuti kegiatan di gereja. Kegiatan lansia di gerejanya diikuti seluruhnya agar bisa melupakan kesedihan sejak ditinggal mendiang isterinya yang kini sudah terbaring damai di Kampung Kandang.
Karena merasa senasib dan masing-masing dilanda kesepian tiada tara karena tidak ada teman berbincang berbagi rasa, mereka ingin merajut kembali tali kasih masa silam yang terputus ketika masih bersekolah.
“Widarti, kamu masih ingat nggak ketika kita berboncengan sepeda ke pemandian Pengging menjelang bulan Puasa?”
“Ya, tentu aku masih ingat mas.”
“Waktu kita melewati pematang sawah dan jalannya menanjak itu sebetulnya tenagaku hampir habis. Tapi aku malu padamu, sehingga meski ngos-ngosan kugenjot terus sepeda itu.”
Widarti tertawa kecil sambil mencubit lengan Widarto dan menyahut.
“Sebenarnya aku juga tahu, tapi kamu gengsi kan? Begitu sampai Pengging mak klempus, Lalu kita makan tahu bacem berdua di bawah pohon.”
Mereka berdua tertawa geli mengingat kejadian yang lucu itu.
“Ingat juga kan ketika kita pergi rame-rame ke waduk Cengklik?”
“Iya, kita makan pecel wader lalu pulangnya kehujanan dan kita berteduh di gardu ronda. Sampai di rumah aku dimarahin bapak karena bajuku basah semua tapi dibela ibu, he . . he . .”
Mereka pun tertawa lepas mengenang masa-masa indah bersama dulu. Meski sekarang sudah sama-sama tua rupanya kenangan lama itu sulit dilupakan. Saat itu rasanya dunia cuma milik mereka berdua, yang lain numpang. Sungguh suatu kenangan yang tak pernah bisa dilupakan. Untuk mengembalikan kenangan masa lalu itu kemudian mereka bersepakat untuk kembali merajut tali kasih yang telah terputus kemudian membangun rumah tangga, setelah mereka masing-masing mendapat persetujuan dari anaknya.
Suatu malam di sebuah café di pinggiran barat kota Sala, Halpito sedang minum bersama dengan seorang gadis cantik dalam perbincangan yang cukup serius.
“Rasanya sudah cukup lama kita menjalin kasih, dik. Sudah saatnya kita melanjutkan hubungan ini lebih serius lagi. Saya punya rencana menjelang Natal nanti akan mohon pak Pendeta untuk memberkati pernikahan kita. Minggu depan saya akan mengajak ayah untuk melamarmu.”
“Ya terserah mas Halpito saja, nanti aku matur ibu kalau mas Halpito minggu depan mau melamarku.”
Memasuki Minggu Adven pertama, Halpito segera menghadap ayahandanya untuk mohon kesediaannya melamarkan seorang gadis idamannya sebagai calon isterinya, karena mereka sudah saling mencinta dan sudah sepakat untuk melanjutkan hubungan ke jenjang perkawinan. Halpito sudah merasa mampu untuk mulai membina rumah tangga karena pekerjaannya sudah mapan, di samping itu calon isterinya juga sudah bekerja.
“Calon iterimu itu anak siapa, nak?” spontan saja Widarto bertanya.
“Hanya anak seorang janda, ayah. Tapi dia cantik dan patuh.”
Kembali teringat ketika hubungannya diputuskan hanya karena status sosial, hati Widarto justru menjadi trenyuh bahwa kini anaknya mau menikah dengan anak seorang janda. Tidak terbersit sedikitpun rasa kecewa dalam hatinya mengenang masa lalunya itu, karena kini pikirannya sudah semakin mengendap dan bahkan saat ini menjadi Majelis sebuah gereja besar di Jakarta.
“Baiklah, nak. Segala sesuatunya akan ayah persiapkan dengan mengajak keluarga dekat baik yang di Jakarta maupun yang tinggal di Sala.”
“Apa tidak malah merepotkan, ayah?”
“Tidak, nak. Kamu anakku satu-satunya dan kini menjadi tanggung jawab ayah sepenuhnya
melamar seorang gadis untuk calon isterimu.”
Pada hari yang sudah ditentukan Widarto dengan pakaian rapi beserta keluarga dekatnya mengantar Halpito untuk melamar gadis pujaannya. Sesampai di tempat calon besan disambut dengan cukup meriah oleh keluarga besarnya. Rupanya acara lamaran ini sudah disiapkan cukup matang sehingga terkesan meriah. Tetapi ketika hendak memasuki halaman rumah betapa terkejutnya Widarto, dengan setengah tidak percaya dipandangnya dengan tajam calon besan yang akan ditemuinya itu karena ternyata Widarti yang tak kalah pula terkejutnya melihat kedatangan Widarto. Rupanya calon isteri Halpito itu adalah Hapsari, anak Widarti. Dengan rasa galau serta haru tak karuan antara sedih dan senang, Widarto dan Widarti kemudian berembug berdua dan sepakat untuk membatalkan rencana mereka berumah tangga, karena ternyata kini anak-anak mereka yang ingin membangun rumah tangga sendiri. Mereka berdua pun pasrah. Permata Hijau, akhir Nopember’14.
Gembala Punya Cerita - Cangkir Ilang
Wakidin sahabat saya yang baru datang dari ndesa berkunjung karena sudah kangen ingin menengok saya yang sudah belasan tahun tidak pernah bertemu lagi. Sahabat saya yang satu ini adalah kawan bermain dan angon kebo waktu kecil dan selalu membantu teman yang lain karena dia yang paling gede badannya. Kalau ada keributan sesama teman maka sudah bisa dipastikan akan diselesaikan olehnya. Pernah suatu saat ada teman yang ribut bahkan hampir berkelahi karena berebut buah dhuwet atau jamblang sewaktu angon kebo. Wakidin segera memetik buah jamblang yang cukup banyak, kalau ditimbang lebih dari dua kilo. Kemudian dua anak yang rebutan jamblang tadi dipanggil untuk menghabiskan seluruh jamblang yang baru saja dipetiknya.
Pada mulanya mereka senang-senang saja karena rasanya enak-enak manis. Tetapi ketika jamblang tinggal separoh, makannya mulai plendak-plendek dan merasa tidak sanggup menghabiskan buah tersebut. Tetapi Wakidin memaksa mereka berdua harus makan buah jamblang itu sampai habis. Karena takutnya akhirnya habis juga buah jamblang itu dimakan mereka berdua. Besoknya mereka berdua tidak ikut angon kebo karena perutnya sakit dan buang-buang air. Sejak kejadian itu semua anak-anak tidak ada lagi yang berani berebut apapun pada waktu mereka sama-sama angon kebo.
Teman-teman dari kampung sebanyak empat orang saya ajak bersama untuk menyambut kedatangan Wakidin dan berangkatlah kami bersama-sama ke sebuah vila milik sahabat saya. Sore itu cuaca memang dingin meski baru jam 5 sore dan kami minum kopi bersama yang sungguh terasa nikmat. Sengaja kami memilih minum kopi di dekat pagar halaman karena lebih leluasa ngobrol dan bercanda. Banyak juga orang yang lewat di situ karena letaknya di pinggir jalan desa. Salah satu teman masuk ke dalam rumah untuk mengambil lagi makanan kecil karena habis. Tiba-tiba terdengar jeritan dari dalam rumah dan semua segera lari termasuk Wakidin yang berada paling depan. Rupanya teman tadi hampir menginjak tikus yang uber-uberan di dalam rumah. Semua menjadi tertawa terbahak-bahak. Wakidin sambil berteriak ngeledek teman yang penakut itu, karena memang dari ndesa dulu dia termasuk penakut.
Kemudian mereka kembali ke tempat ngopi tadi, tetapi betapa terkejut mereka karena ada tiga cangkir yang hilang. Mungkin ada orang lewat yang iseng kemudian mengambil cangkir tersebut. Kebetulan salah satunya cangkir yang dipakai Wakidin. Sambil menggerutu dia mondar-mandir tidak karuan. Teman-teman yang lain justru tertawa melihat tingkah Wakidin. Tak berapa lama datang seorang pengamen yang langsung menyanyikan sebuah lagu Sunda.
“Cangkerileung . . . cangkerileung . . . . “
Tiba-tiba Wakidin berteriak dengan gusar.
“Nyindir ya, cangkir ilang . . cangkir ilang. Sudah tahu cangkir ilang malah dinyanyiin. Pergi sana!”
Pada mulanya mereka senang-senang saja karena rasanya enak-enak manis. Tetapi ketika jamblang tinggal separoh, makannya mulai plendak-plendek dan merasa tidak sanggup menghabiskan buah tersebut. Tetapi Wakidin memaksa mereka berdua harus makan buah jamblang itu sampai habis. Karena takutnya akhirnya habis juga buah jamblang itu dimakan mereka berdua. Besoknya mereka berdua tidak ikut angon kebo karena perutnya sakit dan buang-buang air. Sejak kejadian itu semua anak-anak tidak ada lagi yang berani berebut apapun pada waktu mereka sama-sama angon kebo.
Teman-teman dari kampung sebanyak empat orang saya ajak bersama untuk menyambut kedatangan Wakidin dan berangkatlah kami bersama-sama ke sebuah vila milik sahabat saya. Sore itu cuaca memang dingin meski baru jam 5 sore dan kami minum kopi bersama yang sungguh terasa nikmat. Sengaja kami memilih minum kopi di dekat pagar halaman karena lebih leluasa ngobrol dan bercanda. Banyak juga orang yang lewat di situ karena letaknya di pinggir jalan desa. Salah satu teman masuk ke dalam rumah untuk mengambil lagi makanan kecil karena habis. Tiba-tiba terdengar jeritan dari dalam rumah dan semua segera lari termasuk Wakidin yang berada paling depan. Rupanya teman tadi hampir menginjak tikus yang uber-uberan di dalam rumah. Semua menjadi tertawa terbahak-bahak. Wakidin sambil berteriak ngeledek teman yang penakut itu, karena memang dari ndesa dulu dia termasuk penakut.
Kemudian mereka kembali ke tempat ngopi tadi, tetapi betapa terkejut mereka karena ada tiga cangkir yang hilang. Mungkin ada orang lewat yang iseng kemudian mengambil cangkir tersebut. Kebetulan salah satunya cangkir yang dipakai Wakidin. Sambil menggerutu dia mondar-mandir tidak karuan. Teman-teman yang lain justru tertawa melihat tingkah Wakidin. Tak berapa lama datang seorang pengamen yang langsung menyanyikan sebuah lagu Sunda.
“Cangkerileung . . . cangkerileung . . . . “
Tiba-tiba Wakidin berteriak dengan gusar.
“Nyindir ya, cangkir ilang . . cangkir ilang. Sudah tahu cangkir ilang malah dinyanyiin. Pergi sana!”