Falsafah Hidup dan Pernyataan ALLAH
“Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut oleh hukum Taurat, maka walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh dan saling membela.” (Rum 2 : 14,15)
Falsafah hidup/landasan jalan kehidupan/way of life suatu komunitas atau bangsa digali dari hati nuraninya sehingga menjadi pedoman kehidupannya, dan dengan dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, sedang hukum Taurat hanya dapat dipahami melalui Alkitab. Beraneka ragam falsafah hidup, karena terbatasnya ruang penulisan maka akan kita batasi pembahasan falsafah Jawa dan falsafah bangsa Indonesia. Sedang pernyataan Allah sebagai Khalik, Pemelihara dan Pemberi Undang-undang, perlu dikemukakan sebagai sumber utama seluruh falsafah hidup yang ada.
Atas dasar latar belakang tersebut maka diawali dengan pembahasan tentang hati nurani, falasah Jawa, falsafah bangsa Indonesia, pernyataan umum Allah, pernyataan khusus Allah, dan tentang yang terpenting pekerjaan Allah yang dinyatakan dalam Alkitab. Kritik dan saran yang membangun sangat dinantikan demi kelengkapan materi pembahasan.
HATI NURANI
Hati nurani berdasarkan Alkitab
“Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.” (Rom 8 : 27)
Hati nurani yang benar adalah yang sesuai dengan kehendak Allah berarti harus menghasilkan buah yang memuliakan namaNya, dan senantiasa berdoa dan menghasilkan kekudusan/yang dikuduskanNya.
Pengertian hati nurani pada umumnya
Pada umumnya pengertian hati nurani adalah kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati manusia tentang kebenaran dan diterapkan dalam situasi yang konkret. Kebenaran yang diyakini dalam hati nurani pada dasarnya adalah ketaatan untuk melaksanakan hukum Taurat, dan bagi bangsa yang belum mengenal hukum Taurat maka mereka mentaati falsafah komunitas/bangsanya yang merupakan kesadaran seolah-olah hukum Taurat tertulis dalam lubuk hatinya. Kebenaran yang dipahami secara umum di samping berdasar falsafah komunitas/bangsanya, bisa juga kebenaran universal, kebenaran secara idealism manusia, kebenaran yang berdasar kebajikan dan akal manusia, bahkan kebenaran dalam melaksanakan hukum Taurat.
FALSAFAH JAWA
Berbudi pekerti luhur
Budi pekerti merupakan tingkah laku, perangai dan akhlak manusia, sehingga mengandung makna perilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi, hal itu tercermin pada watak seseorang dalam perbuatan sehari-hari, terjadi karena didorong oleh kekuatan rohani, jalan pemikiran, rasa dan karsa/keinginannya, muncul menjadi perilaku yang dapat terukur dan menjadi keyataan dalam kehidupan riil. Pemikiran memiliki tabiat kecenderungan untuk ingin tahu, dan menerima yang logis, dan sebaliknya tidak mau menerima yang tidak masuk akal. Semua manusia diberi kesempatan berpikir dan mengembangkan serta membimbing akal kea rah arah yang benar. Kita harus dapat menjadi teladan atau model yang baik bagi anak-anak, dan masyarakat. Tanpa keteladann maka segala hal yang kita lakukan menjadi tanpa makna yang berarti.
Hanggayuh kasampurnaning hurip
Nenek moyang kita sudah mempunyai suatu visi hanggayuh kasampurnaning hurip (mencapai kesempurnaan hidup). Dengan berbagai usaha baik melalui keyakinan yang beraneka ragam sampai kepada monoteisme dengan Tuhan itu tunggal, ada dimana-mana yang menciptakan jagad raya seisinya, disembah seluruh manusia sejagad dengan caranya masing-masing, Tuhan ada di mana saja, dalam dirimu juga ada, namun kamu jangan berani mengaku sebagai Tuhan, Tuhan itu berada jauh namun tidak ada jarak, dekat tidak bersentuhan, Tuhan itu abadi dan tidak bisa diperumpamakan, menjadi asal dan tujuan kehidupam, Tuhan itu Maha Kasih, bumi terpelihara berkat anugerahNya.
FALSAFAH BANGSA INDONESIA
Pancasila sudah diyakini sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia dan telah dimuat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 serta sudah disepakati tidak akan diubah, sehingga perlu dihayati, dan diamalkan secara nyata untuk mejaga kelestarian demi terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia.
Dari falsafah nenek moyang kita, dalam hal ini sedikit dibahas dari falsafah Jawa dan falsafah bangsa Indonesia perlu dikaji dengan pernyataan Tuhan sehingga perlu memperoleh penjelasan yang datang dari Tuhan sendiri, oleh karena itu akan dibahas tentang pernyataan Allah.
PERNYATAAN ALLAH
Pernyataan Allah sebagai Pencipta alam beserta isinya melalui firmanNya
Semua insan memahami dan meyakini bahwa Tuhan Allah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya termasuk penciptaan manusia yang memiliki hati nurani, tetapi hanya sebagian saja yang menyadari bahwa hati nurani dan falsafah hidupnya itu bersumber dari Firman Allah dengan hukum Taurat sebagai awal yang mendasarinya. Bahkan berdasar ayat emas tersebut di atas suara hati manusia turut bersaksi dan pikirannya saling menuduh dan membela sehingga dengan usaha sendiri giat untuk mengatasi segala dosanya dengan amal dan ibadah yang diharapkan bisa mencapai kebahagian abadi, atas usaha sendiri. Tetapi kalau Allah hanya sebagai pencipta dan pemelihara saja maka manusia tetap akan binasa sehingga perlu pernyataan khusus Allah.
Pernyataan khusus Allah
Manusia dengan sengaja telah memutuskan hubungan dengan Tuhan dengan telah berbuat dpsa. Manusia telah tidak menyadari / membantah hak Allah atas hidup kita. Manusia telah memberontak kepada kekuasaan Allah, dan sekarang Tuhan berfirman dalam kekudusanNya dan telah menciptakan rencana akan melepaskan kita dari dosa, supaya dunia yang telah jatuh ini dikembalikan kepada tujuan semula sehingga kita tertolong dari kebinasaan, dipimpin kepada hidup yang kekal. Dengan bermacam-macam cara Tuhan telah memberitakan di dalam sejarah kepada bangsaa pilihanNya. Rancangan telah diberitakan melalui janji, wahyu dengan perantaraan nabi-nabi, imam-imam, raja-raja, dan akhirnya melalui Yesus Kristus yang diutusNya ke dunia ini disertai perintah melaksanakan penyelamatan bagi segala bangsa dan meletakkan dasar-dasar untuk dunia yang baru. Sehingga hanya Alkitablah yang menjadi sumber pengetahuan tentang pernyataan khusus Allah.
Alkitab sumber pernyataan khusus Allah
Alkitab adalah kitab di atas segala kitab, Alkitab menerangi hidup manusia di hadirat Allah, dan hidup penuh rahasia yang tidak bisa duga, Alkitab juga memiliki nilai kebudayaan yang sangat tinggi, musik Bach dan Handel, seni syair Dante dan Vondel, seni sastra Selma Lagerlof dan Dostojewsky, seni pahat Rafael dan Rodin, seni lukis Michael Angelo dan Rembrandt, perjuangan kemajuan sosial dan kemerdekaan politik, kemajuan perjuangan wanita, pembaruan hidup keluarga, perkawinan dan tata susila kebangsaan. Alkitab itu bagaikan lampu/lentera yang tahan hujan dan angin, yang sungguh kita perlukan dalam kegelapan rohani dan kegelisahan. Hanya dengan Alkitab kita memperoleh terang agar tidak tersesat dalam kegelapan.
Pernyataan terpenting Allah dalam Alkitab
Isi terpenting dari Alkitab adalah berita tentang keselamatan oleh Tuhan, yang dalam Tuhan Yesus telah meletakkan jembatan di atas jurang antara Allah dan manusia, serta memanggil setiap manusia supaya bersedia diperdamaikan dengan Tuhan. Jadi yang dipentingkan Alkitab adalah Allah, sehingga segala sesuatu harus dipandang dari Allah. Alkitab bukan buku pedoman suatu ilmu tertentu tetapi Alkitab yang terpenting adalah Allah dan kepadaNyalah segala makhluk harus tunduk. Allah yang memperbarui makhluk/ manusia dan alam yang ada ini dijadikan langit baru dan bumi baru. Jadi yang terpenting dalam Alkitab adalah pekerjaan Allah untuk manusia sebagai gambar Allah yang telah jatuh dalam dosa yang harus dibebaskan, diampuni untuk masuk kepada persekutuan Allah.
Alkitab mengupas manusia, memanggil manusia kembali ke asal mulanya dan menunjukkan kepada kita hidup manusia pada latar belakang kesucian Allah. Dalam hubungan antara Allah dan manusia, Yesus Kristus mengambil tempat yang sentral. Dengan kata lain pernyataan terpenting Allah dalam Alkitab adalah Yesus Kristus yang menjadi manusia, disalib dan bangkit kembali, Dialah pusat pernyataan Allah yang tetap dan sempurna.Luther pernah berkata bahwa Alkitab seolah-oleh palungan dimana Yesus diletakkan. Paulus mengatakan bawa Alkitab bagaikan cermin yang menyinarkan cahaya kemulliaan Tuhan. Tiada satu halaman dari Alkitab yang tidak memberi kesaksian hal Yesus.
Keajaiban Alkitab
Allah berfirman dengan penuh kekuasaan dan kewibawaan dalam Alkitab yang tersusun selama 1500 tahun lebih tetap mmpunyai keutuhan dalam isinya yang mentakjubkan, orang-orang yang menulis surat-surat dalam Alkitab mendapat pimpinan yang istimewa dari Roh Kudus. “Datangnya dari Allah, diucapkan oleh orang yang digerakkan oleh Roh kudus.” (2 Pet 1 : 21). Penulis Alkitab hidup dalam zaman yang berbeda-beda , mereka mempunyai gaya bahasa, tabiat dan pikiran masing-masing, akan tetapi Roh Kudus mendorong mereka supaya berkata dan menulis. Sehingga Alkitab mempunyai kekuasaan dan kewibawaab Ilahi. Allah sendiri yang berfirman kepada kita, dan kesaksian Tuhan itu nyata dan dapat dipercaya. Kita dapat berpegang pada kesaksian itu, baik pada masa hidup maupan pada waktu mati. Hidup kita bisa kita alaskan pada alas batu yang tidak akan bergoyang. Oleh karena Alkitab itu Firman Tuhan, maka berdasarkan keajaiban itu, Alkitab juga perlu sekali kita jaga kewibawaannya dengan pimpinan Roh Kudus. Segala falsafah hidup, segala tradisi tidak boleh dianggap lebih tinggi dari Alkitab. Hanya Alkitab merupakan sumber khusus dari Allah, yang cukup merupakan pelita yang bercahaya dalam kegelapan pandangan dan pikiran manusia. Melalui Alkitab dengan pimpina Roh Kudus kita dapat mengenal Allah, mengenal diri kita sendiri dan mengenal Tuhan Yesus Kristus.
Alkitab berwibawa dalam hidup kita
Karena Alkitab itu Firman Allah maka Alkitab berhak atas kewibawaan untuk menguasai hidup kita. Okeh karena itu kita wajib bergaul dengan Alkitab setiap hari, sehingga makin lama kita dapat mengenal Allah melalui Alkitab. Luther pernah berkata :”Alkitab itu telah saya baca bertahun-tahun, berulang-ulang, setiap tahun saya baca dua kali sampai habis, seandainya Alkitab itu bagaikan pohon yang rindang dan besar, maka setiap hari saya guncang semua ranting dan dahannya, maka setiap saya guncang saya memperoleh buah yang sangat lezat dan menyegarkan, menyehatkan, sehingga saya menjadi sehat dan bugar.” Kekayaan Alkitab tidak akan ada habisnya. Kiranya terang Alkitab memimpin kita dalam segala situasi saat remaja maupun tua serta saat hidup ataupun saat mati. Pada saat kehidupan setelah kematian kita tidak memakai Alkitab, dan akan bergaul langsung dengan Tuhan sendiri berhadapan muka dengan Tuhan Allah dalam Yesus Kristus.
FALSAFAH HIDUP DAN PERNYATAAN ALLAH
Pada awalnya kita memiliki hati nurani yang sebenarnya adalah hukum Taurat yang seakan-akan tertulis dalam hati kita, berkembang menjadi falsafah hidup dalam komunitas dan dasar-dasar falsafah berbangsa, pernyataan Allah melalui alam semesta beserta seluruh isinya, segala pemahaman melalui pendidikan, pengalaman hidup, persekutuam, kesaksian melalui Alkitab menerangi hidup kita dengan pertolongan Roh Kudus kita dapat mengenal Allah dalam Yesus Kristus yang telah menyelamatkan hidup kita untuk memperoleh hidup kekal, maka kita wajib bergaul dengan Tuhan yang telah menyampaikan pernyataan khusus dalam Alkitab yang harus kita baca setiap saat sehingga kita senantiasa memperoleh buah yang menyehatkan dan hidup kita menjadi bugar atas kasih karunia Allah. Kita juga harus sadar bahwa Allah juga berbicara dengan cara lain, ekspresi tertimggi Allah kepada kita adalah melalui AnakNya, Allah tidak berhenti berfirman, Ia masih berbicara kepada kita Karena Kristus adalah Firman Allah dan Ia hidup serta aktif di dalam diri kita. Amin. JS/PI.
Falsafah hidup/landasan jalan kehidupan/way of life suatu komunitas atau bangsa digali dari hati nuraninya sehingga menjadi pedoman kehidupannya, dan dengan dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, sedang hukum Taurat hanya dapat dipahami melalui Alkitab. Beraneka ragam falsafah hidup, karena terbatasnya ruang penulisan maka akan kita batasi pembahasan falsafah Jawa dan falsafah bangsa Indonesia. Sedang pernyataan Allah sebagai Khalik, Pemelihara dan Pemberi Undang-undang, perlu dikemukakan sebagai sumber utama seluruh falsafah hidup yang ada.
Atas dasar latar belakang tersebut maka diawali dengan pembahasan tentang hati nurani, falasah Jawa, falsafah bangsa Indonesia, pernyataan umum Allah, pernyataan khusus Allah, dan tentang yang terpenting pekerjaan Allah yang dinyatakan dalam Alkitab. Kritik dan saran yang membangun sangat dinantikan demi kelengkapan materi pembahasan.
HATI NURANI
Hati nurani berdasarkan Alkitab
“Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.” (Rom 8 : 27)
Hati nurani yang benar adalah yang sesuai dengan kehendak Allah berarti harus menghasilkan buah yang memuliakan namaNya, dan senantiasa berdoa dan menghasilkan kekudusan/yang dikuduskanNya.
Pengertian hati nurani pada umumnya
Pada umumnya pengertian hati nurani adalah kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati manusia tentang kebenaran dan diterapkan dalam situasi yang konkret. Kebenaran yang diyakini dalam hati nurani pada dasarnya adalah ketaatan untuk melaksanakan hukum Taurat, dan bagi bangsa yang belum mengenal hukum Taurat maka mereka mentaati falsafah komunitas/bangsanya yang merupakan kesadaran seolah-olah hukum Taurat tertulis dalam lubuk hatinya. Kebenaran yang dipahami secara umum di samping berdasar falsafah komunitas/bangsanya, bisa juga kebenaran universal, kebenaran secara idealism manusia, kebenaran yang berdasar kebajikan dan akal manusia, bahkan kebenaran dalam melaksanakan hukum Taurat.
FALSAFAH JAWA
Berbudi pekerti luhur
Budi pekerti merupakan tingkah laku, perangai dan akhlak manusia, sehingga mengandung makna perilaku yang baik, bijaksana dan manusiawi, hal itu tercermin pada watak seseorang dalam perbuatan sehari-hari, terjadi karena didorong oleh kekuatan rohani, jalan pemikiran, rasa dan karsa/keinginannya, muncul menjadi perilaku yang dapat terukur dan menjadi keyataan dalam kehidupan riil. Pemikiran memiliki tabiat kecenderungan untuk ingin tahu, dan menerima yang logis, dan sebaliknya tidak mau menerima yang tidak masuk akal. Semua manusia diberi kesempatan berpikir dan mengembangkan serta membimbing akal kea rah arah yang benar. Kita harus dapat menjadi teladan atau model yang baik bagi anak-anak, dan masyarakat. Tanpa keteladann maka segala hal yang kita lakukan menjadi tanpa makna yang berarti.
Hanggayuh kasampurnaning hurip
Nenek moyang kita sudah mempunyai suatu visi hanggayuh kasampurnaning hurip (mencapai kesempurnaan hidup). Dengan berbagai usaha baik melalui keyakinan yang beraneka ragam sampai kepada monoteisme dengan Tuhan itu tunggal, ada dimana-mana yang menciptakan jagad raya seisinya, disembah seluruh manusia sejagad dengan caranya masing-masing, Tuhan ada di mana saja, dalam dirimu juga ada, namun kamu jangan berani mengaku sebagai Tuhan, Tuhan itu berada jauh namun tidak ada jarak, dekat tidak bersentuhan, Tuhan itu abadi dan tidak bisa diperumpamakan, menjadi asal dan tujuan kehidupam, Tuhan itu Maha Kasih, bumi terpelihara berkat anugerahNya.
FALSAFAH BANGSA INDONESIA
Pancasila sudah diyakini sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia dan telah dimuat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 serta sudah disepakati tidak akan diubah, sehingga perlu dihayati, dan diamalkan secara nyata untuk mejaga kelestarian demi terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia.
Dari falsafah nenek moyang kita, dalam hal ini sedikit dibahas dari falsafah Jawa dan falsafah bangsa Indonesia perlu dikaji dengan pernyataan Tuhan sehingga perlu memperoleh penjelasan yang datang dari Tuhan sendiri, oleh karena itu akan dibahas tentang pernyataan Allah.
PERNYATAAN ALLAH
Pernyataan Allah sebagai Pencipta alam beserta isinya melalui firmanNya
Semua insan memahami dan meyakini bahwa Tuhan Allah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya termasuk penciptaan manusia yang memiliki hati nurani, tetapi hanya sebagian saja yang menyadari bahwa hati nurani dan falsafah hidupnya itu bersumber dari Firman Allah dengan hukum Taurat sebagai awal yang mendasarinya. Bahkan berdasar ayat emas tersebut di atas suara hati manusia turut bersaksi dan pikirannya saling menuduh dan membela sehingga dengan usaha sendiri giat untuk mengatasi segala dosanya dengan amal dan ibadah yang diharapkan bisa mencapai kebahagian abadi, atas usaha sendiri. Tetapi kalau Allah hanya sebagai pencipta dan pemelihara saja maka manusia tetap akan binasa sehingga perlu pernyataan khusus Allah.
Pernyataan khusus Allah
Manusia dengan sengaja telah memutuskan hubungan dengan Tuhan dengan telah berbuat dpsa. Manusia telah tidak menyadari / membantah hak Allah atas hidup kita. Manusia telah memberontak kepada kekuasaan Allah, dan sekarang Tuhan berfirman dalam kekudusanNya dan telah menciptakan rencana akan melepaskan kita dari dosa, supaya dunia yang telah jatuh ini dikembalikan kepada tujuan semula sehingga kita tertolong dari kebinasaan, dipimpin kepada hidup yang kekal. Dengan bermacam-macam cara Tuhan telah memberitakan di dalam sejarah kepada bangsaa pilihanNya. Rancangan telah diberitakan melalui janji, wahyu dengan perantaraan nabi-nabi, imam-imam, raja-raja, dan akhirnya melalui Yesus Kristus yang diutusNya ke dunia ini disertai perintah melaksanakan penyelamatan bagi segala bangsa dan meletakkan dasar-dasar untuk dunia yang baru. Sehingga hanya Alkitablah yang menjadi sumber pengetahuan tentang pernyataan khusus Allah.
Alkitab sumber pernyataan khusus Allah
Alkitab adalah kitab di atas segala kitab, Alkitab menerangi hidup manusia di hadirat Allah, dan hidup penuh rahasia yang tidak bisa duga, Alkitab juga memiliki nilai kebudayaan yang sangat tinggi, musik Bach dan Handel, seni syair Dante dan Vondel, seni sastra Selma Lagerlof dan Dostojewsky, seni pahat Rafael dan Rodin, seni lukis Michael Angelo dan Rembrandt, perjuangan kemajuan sosial dan kemerdekaan politik, kemajuan perjuangan wanita, pembaruan hidup keluarga, perkawinan dan tata susila kebangsaan. Alkitab itu bagaikan lampu/lentera yang tahan hujan dan angin, yang sungguh kita perlukan dalam kegelapan rohani dan kegelisahan. Hanya dengan Alkitab kita memperoleh terang agar tidak tersesat dalam kegelapan.
Pernyataan terpenting Allah dalam Alkitab
Isi terpenting dari Alkitab adalah berita tentang keselamatan oleh Tuhan, yang dalam Tuhan Yesus telah meletakkan jembatan di atas jurang antara Allah dan manusia, serta memanggil setiap manusia supaya bersedia diperdamaikan dengan Tuhan. Jadi yang dipentingkan Alkitab adalah Allah, sehingga segala sesuatu harus dipandang dari Allah. Alkitab bukan buku pedoman suatu ilmu tertentu tetapi Alkitab yang terpenting adalah Allah dan kepadaNyalah segala makhluk harus tunduk. Allah yang memperbarui makhluk/ manusia dan alam yang ada ini dijadikan langit baru dan bumi baru. Jadi yang terpenting dalam Alkitab adalah pekerjaan Allah untuk manusia sebagai gambar Allah yang telah jatuh dalam dosa yang harus dibebaskan, diampuni untuk masuk kepada persekutuan Allah.
Alkitab mengupas manusia, memanggil manusia kembali ke asal mulanya dan menunjukkan kepada kita hidup manusia pada latar belakang kesucian Allah. Dalam hubungan antara Allah dan manusia, Yesus Kristus mengambil tempat yang sentral. Dengan kata lain pernyataan terpenting Allah dalam Alkitab adalah Yesus Kristus yang menjadi manusia, disalib dan bangkit kembali, Dialah pusat pernyataan Allah yang tetap dan sempurna.Luther pernah berkata bahwa Alkitab seolah-oleh palungan dimana Yesus diletakkan. Paulus mengatakan bawa Alkitab bagaikan cermin yang menyinarkan cahaya kemulliaan Tuhan. Tiada satu halaman dari Alkitab yang tidak memberi kesaksian hal Yesus.
Keajaiban Alkitab
Allah berfirman dengan penuh kekuasaan dan kewibawaan dalam Alkitab yang tersusun selama 1500 tahun lebih tetap mmpunyai keutuhan dalam isinya yang mentakjubkan, orang-orang yang menulis surat-surat dalam Alkitab mendapat pimpinan yang istimewa dari Roh Kudus. “Datangnya dari Allah, diucapkan oleh orang yang digerakkan oleh Roh kudus.” (2 Pet 1 : 21). Penulis Alkitab hidup dalam zaman yang berbeda-beda , mereka mempunyai gaya bahasa, tabiat dan pikiran masing-masing, akan tetapi Roh Kudus mendorong mereka supaya berkata dan menulis. Sehingga Alkitab mempunyai kekuasaan dan kewibawaab Ilahi. Allah sendiri yang berfirman kepada kita, dan kesaksian Tuhan itu nyata dan dapat dipercaya. Kita dapat berpegang pada kesaksian itu, baik pada masa hidup maupan pada waktu mati. Hidup kita bisa kita alaskan pada alas batu yang tidak akan bergoyang. Oleh karena Alkitab itu Firman Tuhan, maka berdasarkan keajaiban itu, Alkitab juga perlu sekali kita jaga kewibawaannya dengan pimpinan Roh Kudus. Segala falsafah hidup, segala tradisi tidak boleh dianggap lebih tinggi dari Alkitab. Hanya Alkitab merupakan sumber khusus dari Allah, yang cukup merupakan pelita yang bercahaya dalam kegelapan pandangan dan pikiran manusia. Melalui Alkitab dengan pimpina Roh Kudus kita dapat mengenal Allah, mengenal diri kita sendiri dan mengenal Tuhan Yesus Kristus.
Alkitab berwibawa dalam hidup kita
Karena Alkitab itu Firman Allah maka Alkitab berhak atas kewibawaan untuk menguasai hidup kita. Okeh karena itu kita wajib bergaul dengan Alkitab setiap hari, sehingga makin lama kita dapat mengenal Allah melalui Alkitab. Luther pernah berkata :”Alkitab itu telah saya baca bertahun-tahun, berulang-ulang, setiap tahun saya baca dua kali sampai habis, seandainya Alkitab itu bagaikan pohon yang rindang dan besar, maka setiap hari saya guncang semua ranting dan dahannya, maka setiap saya guncang saya memperoleh buah yang sangat lezat dan menyegarkan, menyehatkan, sehingga saya menjadi sehat dan bugar.” Kekayaan Alkitab tidak akan ada habisnya. Kiranya terang Alkitab memimpin kita dalam segala situasi saat remaja maupun tua serta saat hidup ataupun saat mati. Pada saat kehidupan setelah kematian kita tidak memakai Alkitab, dan akan bergaul langsung dengan Tuhan sendiri berhadapan muka dengan Tuhan Allah dalam Yesus Kristus.
FALSAFAH HIDUP DAN PERNYATAAN ALLAH
Pada awalnya kita memiliki hati nurani yang sebenarnya adalah hukum Taurat yang seakan-akan tertulis dalam hati kita, berkembang menjadi falsafah hidup dalam komunitas dan dasar-dasar falsafah berbangsa, pernyataan Allah melalui alam semesta beserta seluruh isinya, segala pemahaman melalui pendidikan, pengalaman hidup, persekutuam, kesaksian melalui Alkitab menerangi hidup kita dengan pertolongan Roh Kudus kita dapat mengenal Allah dalam Yesus Kristus yang telah menyelamatkan hidup kita untuk memperoleh hidup kekal, maka kita wajib bergaul dengan Tuhan yang telah menyampaikan pernyataan khusus dalam Alkitab yang harus kita baca setiap saat sehingga kita senantiasa memperoleh buah yang menyehatkan dan hidup kita menjadi bugar atas kasih karunia Allah. Kita juga harus sadar bahwa Allah juga berbicara dengan cara lain, ekspresi tertimggi Allah kepada kita adalah melalui AnakNya, Allah tidak berhenti berfirman, Ia masih berbicara kepada kita Karena Kristus adalah Firman Allah dan Ia hidup serta aktif di dalam diri kita. Amin. JS/PI.
Falsafah Hidup Wong Jawa Dalam membangun Kedamaian Hidup
Filosofi Jawa dinilai sebagai hal yang kuno, ndeso dan ketinggalan jaman. Padahal, filosofi leluhur sebagai pandangan hidup tersebut berlaku terus sepanjang hidup yang diuntai dalam kalimat-kalimat bijaksana. Warisan budaya pemikiran orang Jawa ini bahkan mampu menambah wawasan kebijaksanaan dan mengajarkan hidup kita agar senantiasa “Eling lan Waspada”. Orang kristen telah menerima Yesus Kristus Sang Mesias sebagai Juruselamat. Namun tidak dapat disangkal bahwa orang beriman yang lahir dari kebudayaan tertentu khususnya Jawa; tidak perlu membuang warisan kebudayaan Jawa seluruhnya. Haruslah bisa memilih dan memilah, apabila ada yang tidak sesuai ajaran kristen harus kita buang.
Kebudayaan Jawa adalah “jangkep” (lengkap) dan “adi luhung” (agung) :
1. Urip iku Urup.
Hidup itu Menyala; hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat.
Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku dan keadilan-Ku akan dinyatakan (Yesaya 56:1). Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:39)
2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara.
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. (Yohanes 8:51). Tetapi apabila seseorang berlaku angkara terhadap sesamanya, hingga ia membunuhnya dengan tipu daya, maka engkau harus mengambil orang itu dari mezbah-Ku, supaya ia mati dibunuh. (Kejadian 21:14)
3. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Déning Pangastuti.
Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.
Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan (Yakubus 3:13). Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman (Ibrani 3:15). Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. (1 Petrus 3:7) .
4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasoraké, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha.
Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan.
Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng (2 Korintus 10:3-4). Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi (1 Timotius 6:18). Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Filipi 4:19)
5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kélangan.
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya (Kolose 1:23). Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa (2 Korintus 4:8).
6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagètan, Aja Aleman.
Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut-kejut, jangan mudah ngambeg, dan jangan manja.
Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang yang kekal (1Yohanes 5:13). Supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba. Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! (2 Tesalonika 2:2-3).
7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman.
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.
Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya (Galatia 3:22). Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya (Matius 7:15).
8. Aja Kuminter Mundhak Keblinger, Aja Cidra Mundhak Cilaka.
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, dan jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
Sebab saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, akau mau agar kamu mengetahui rahasia ini (Roma 11:25a).
9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundhak Kendho.
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.
Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu (Keluaran 20:17).
10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna.
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti. Jaga kelakuan dan tatakrama, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan, ataupun latarbelakangmu.
Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini (Ulangan 8:17). Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena Tuhan itu Allah mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji (1Samuel 2:3).
Selain dari 10 falsafah tersebut, karena mengikuti perkembangan maka ditambah lagi dengan:
11. Alang-alang Dudu Aling-aling Margining Kautaman
Persoalan-persoalan dalam kehidupan bukanlah penghambat jalannya kesempurnaan.
Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan seperti yang telah kami pesankan kepadamu (1 Tesalonika 4:11).
12. Sapa Weruh ing Panuju, Sasat Sugih Pager Wesi.
Dalam kehidupan, siapa yang punya cita-cita luhur (pasti) jalannya seakan tertuntun.
Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya (Mazmur 95:7). Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala (Yohanes 10:16).
13. Alon-alon Waton Klakon.
Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang keselamatan (safety). Padahal kandungan maknanya sangat dalam. Filosofi ini mengisyaratkan tentang kehati-hatian, waspada, keuletan.
Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu (Amsal 16:3). Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan teraksana (Lukas 1:45).
14. Nerima Ing Pandum.
Makna dari kata tersebut mengandung arti yang mendalam menunjukan pada sikap kejujuran, keiklasan, ringan dalam bekerja dan ketidakinginan untuk korupsi. Inti filosofi ini adalah orang harus iklas menerima hasil dari usaha yang sudah dia kerjakan.
Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskankepada setiap orang menurut perbuatannya (Wahyu 22:12).
15. Saiki Jaman Edan, Yèn Ora Edan Ora Komanan; Sing Beja, Sing Eling lan Waspada.
Artinya sekarang zaman gila, yang tidak gila tidak bakal kebagian; Hanya orang yang ingat kepada Allah yang beruntung. Disini saja juga tidak cukup dan waspada terhadap duri-duri kehidupan yang setiap saat bisa datang dan menghujam kehidupan, sehingga bisa mengakibatkan musibah yang berkepanjangan.
Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan .. (Matius 24:4-5).
16. Mangan Ora Mangan, Sing Penting Ngumpul.
Artinya Makan tidak makan yang terpenting adalah dapat berkumpul (kebersamaan).
Filosofi ini adalah sebuah peribahasa. Dan sangat penting bagi kehidupan berdemokrasi. Kalimat ‘Mangan ora mangan sing penting (padha) kumpul’ adalah filosofi yang cocok yang bisa mendasari kehidupan demokrasi bangsa yang berpegang teguh pada persatuan untuk mencapai tujuan bangsa ini. Yang tidak dapat apa-apa tetap legowo atau menerima dengan lapang dada.
Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka (Matius 18:20).
17. Wong Jawa iki Gampang Ditekuk-tekuk.
Filosofi ini juga berupa ungkapan peribahasa yang dalam bahasa Indonesia adalah 'Orang Jawa itu mudah ditekuk-tekuk'. Ungkapan ini menunjukan fleksibelitas (keluwesan) dari orang jawa dalam kehidupan. Kemudahan bergaul dan kemampuan hidup di level manapun, baik miskin, kaya, pejabat atau pesuruh sekalipun. Orang yang memegang filosofi ini akan selalu giat bekerja dan selalu ulet dalam meraih cita-citanya.
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa (Roma 12:12).
Itulah beberapa pandangan hidup orang jawa, pedoman dan prinsip yang diterapkan sejak dahulu yang biasa menjadi nasehat orang jawa meskipun kini semakin luntur dimakan zaman. Jika saja semua mampu mendalami makna di atas, dan benar-benar menerapkan ke dalam kehidupannya dan mampu mencari dan memadukan ‘nasihat atau petuah yang sesuai ajaran Kristus’ di dalam Alkitab; tentunya negara ini akan tentram, guyub, rukun, damai, dan sentosa. Semoga generasi penerus/pengganti, tidak serta merta melupakan warisan budaya luhur ini.
Pikirkan istilah ini : Dadi wong Jawa sing ngristeni, Apa dadi wong Kristen sing njawani (Jadi orang Jawa kristen, atau jadi orang Kristen jawa). Bekasi, Juli 2015. Agus Hardjanta DS.
Kebudayaan Jawa adalah “jangkep” (lengkap) dan “adi luhung” (agung) :
1. Urip iku Urup.
Hidup itu Menyala; hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat.
Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku dan keadilan-Ku akan dinyatakan (Yesaya 56:1). Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:39)
2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara.
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. (Yohanes 8:51). Tetapi apabila seseorang berlaku angkara terhadap sesamanya, hingga ia membunuhnya dengan tipu daya, maka engkau harus mengambil orang itu dari mezbah-Ku, supaya ia mati dibunuh. (Kejadian 21:14)
3. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Déning Pangastuti.
Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.
Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan (Yakubus 3:13). Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman (Ibrani 3:15). Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. (1 Petrus 3:7) .
4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasoraké, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha.
Berjuang tanpa perlu membawa massa. Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan atau keturunan. Kaya tanpa didasari kebendaan.
Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng (2 Korintus 10:3-4). Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi (1 Timotius 6:18). Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus (Filipi 4:19)
5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kélangan.
Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya (Kolose 1:23). Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa (2 Korintus 4:8).
6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagètan, Aja Aleman.
Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut-kejut, jangan mudah ngambeg, dan jangan manja.
Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang yang kekal (1Yohanes 5:13). Supaya kamu jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh maupun oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba. Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! (2 Tesalonika 2:2-3).
7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman.
Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.
Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya (Galatia 3:22). Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya (Matius 7:15).
8. Aja Kuminter Mundhak Keblinger, Aja Cidra Mundhak Cilaka.
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, dan jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
Sebab saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, akau mau agar kamu mengetahui rahasia ini (Roma 11:25a).
9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundhak Kendho.
Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.
Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu (Keluaran 20:17).
10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna.
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti. Jaga kelakuan dan tatakrama, jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan, ataupun latarbelakangmu.
Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini (Ulangan 8:17). Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena Tuhan itu Allah mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji (1Samuel 2:3).
Selain dari 10 falsafah tersebut, karena mengikuti perkembangan maka ditambah lagi dengan:
11. Alang-alang Dudu Aling-aling Margining Kautaman
Persoalan-persoalan dalam kehidupan bukanlah penghambat jalannya kesempurnaan.
Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan seperti yang telah kami pesankan kepadamu (1 Tesalonika 4:11).
12. Sapa Weruh ing Panuju, Sasat Sugih Pager Wesi.
Dalam kehidupan, siapa yang punya cita-cita luhur (pasti) jalannya seakan tertuntun.
Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya (Mazmur 95:7). Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala (Yohanes 10:16).
13. Alon-alon Waton Klakon.
Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang keselamatan (safety). Padahal kandungan maknanya sangat dalam. Filosofi ini mengisyaratkan tentang kehati-hatian, waspada, keuletan.
Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu (Amsal 16:3). Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan teraksana (Lukas 1:45).
14. Nerima Ing Pandum.
Makna dari kata tersebut mengandung arti yang mendalam menunjukan pada sikap kejujuran, keiklasan, ringan dalam bekerja dan ketidakinginan untuk korupsi. Inti filosofi ini adalah orang harus iklas menerima hasil dari usaha yang sudah dia kerjakan.
Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskankepada setiap orang menurut perbuatannya (Wahyu 22:12).
15. Saiki Jaman Edan, Yèn Ora Edan Ora Komanan; Sing Beja, Sing Eling lan Waspada.
Artinya sekarang zaman gila, yang tidak gila tidak bakal kebagian; Hanya orang yang ingat kepada Allah yang beruntung. Disini saja juga tidak cukup dan waspada terhadap duri-duri kehidupan yang setiap saat bisa datang dan menghujam kehidupan, sehingga bisa mengakibatkan musibah yang berkepanjangan.
Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan .. (Matius 24:4-5).
16. Mangan Ora Mangan, Sing Penting Ngumpul.
Artinya Makan tidak makan yang terpenting adalah dapat berkumpul (kebersamaan).
Filosofi ini adalah sebuah peribahasa. Dan sangat penting bagi kehidupan berdemokrasi. Kalimat ‘Mangan ora mangan sing penting (padha) kumpul’ adalah filosofi yang cocok yang bisa mendasari kehidupan demokrasi bangsa yang berpegang teguh pada persatuan untuk mencapai tujuan bangsa ini. Yang tidak dapat apa-apa tetap legowo atau menerima dengan lapang dada.
Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka (Matius 18:20).
17. Wong Jawa iki Gampang Ditekuk-tekuk.
Filosofi ini juga berupa ungkapan peribahasa yang dalam bahasa Indonesia adalah 'Orang Jawa itu mudah ditekuk-tekuk'. Ungkapan ini menunjukan fleksibelitas (keluwesan) dari orang jawa dalam kehidupan. Kemudahan bergaul dan kemampuan hidup di level manapun, baik miskin, kaya, pejabat atau pesuruh sekalipun. Orang yang memegang filosofi ini akan selalu giat bekerja dan selalu ulet dalam meraih cita-citanya.
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa (Roma 12:12).
Itulah beberapa pandangan hidup orang jawa, pedoman dan prinsip yang diterapkan sejak dahulu yang biasa menjadi nasehat orang jawa meskipun kini semakin luntur dimakan zaman. Jika saja semua mampu mendalami makna di atas, dan benar-benar menerapkan ke dalam kehidupannya dan mampu mencari dan memadukan ‘nasihat atau petuah yang sesuai ajaran Kristus’ di dalam Alkitab; tentunya negara ini akan tentram, guyub, rukun, damai, dan sentosa. Semoga generasi penerus/pengganti, tidak serta merta melupakan warisan budaya luhur ini.
Pikirkan istilah ini : Dadi wong Jawa sing ngristeni, Apa dadi wong Kristen sing njawani (Jadi orang Jawa kristen, atau jadi orang Kristen jawa). Bekasi, Juli 2015. Agus Hardjanta DS.
Filsafat Membuat Manusia Lebih Kritis
Filsafat adalah suatu pencarian akan kebenaran. Berfilsafat merupakan kemungkinan yang terbuka bagi setiap orang. Agama berbeda dengan ilmu dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi. Pekabaran Injil merupakan tugas gereja yang tidak pernah berubah. Dengan pendekatan budaya yang mempunyai makna religius-filsafati penginjilan di Jawa dapat diterima dengan baik.
Dewasa ini pengertian filsafat sudah tidak asing lagi. Pengertiannya dalam sejarah berbeda-beda, karena pengertian tentang maksud dan tujuan ilmu itu berbeda dari jaman ke jaman. Hampir setiap orang mempunyai tafsiran sendiri-sendiri. Filsafat berubah-ubah, karena manusia berubah pula di dalam perkembangan sejarah hidup serta cara berpikirnya. Oleh karena itu setiap penjabaran apriori mengenai pengertian filsafat yang berpangkal dari kodrat manusia harus dapat dihindari.
Menurut Walter Kaufmann, filsafat adalah suatu pencarian akan kebenaran dengan pertolongan fakta-fakta dan argumentasi-argumentasi, tanpa memerlukan kekuasaan dan tanpa mengetahui hasilnya terlebih dahulu. (Chairul Arifin 1998). Karena itu dikatakan, bahwa berfilsafat adalah suatu usaha untuk mencari kebenaran.
Berfilsafat
Berfilsafat merupakan salah satu kemungkinan yang terbuka bagi setiap orang, ketika ia mampu menerobos lingkaran kebiasaan yang tidak mempersoalkan hal ihwal yang rutin sifatnya. Rasa heran dan kagum manusia atas alam semesta dengan segala isi yang dilihatnya, menyebabkan manusia itu kemudian mengajukan berbagai macam pertanyaan yang berkaitan dengan cara bagaimana terjadinya alam semesta beserta isinya itu.
Dengan demikian sikap kritis terhadap dirinya sendiri termasuk hakekat filsafat. Filsafat memang harus mencari jawaban-jawaban, tetapi jawaban-jawaban tersebut tidak pernah abadi. Apa yang sering dianggap sebagai kelemahan, yaitu bahwa filsafat dalam akhir abad ke 20 masih sibuk dengan problema-problema sama seperti yang sudah dipersoalkan 2500 tahun yang lalu ternyata membuktikan bahwa filsafat tetap setia pada ‘metodenya’ sendiri. Problema-problema filsafat tidak pernah dapat selesai, justru karena bersifat filsafat. Tugas yang sangat penting dari pada filsafat adalah membangkitkan akal budi manusia dari keadaan hanya menerima secara pasif, sehingga memungkinkan suatu pencarian yang aktif dari pemahaman itu.
Awal mula
Manusia tidak seperti hewan yang dikuasai sepenuhnya oleh kodratnya, oleh hukum alamnya, dan bahkan menguasainya. Karena afektivitasnya, manusia digetarkan oleh kejadian-kejadian di luarnya, ia kagum akan susunan yang disaksikannya dalam jagad raya. Kekaguman inilah merupakan awal mula dari pada filsafat. Karena perasaan itulah maka manusia mampu menjadi perekam yang tajam lagi halus atas peristiwa-peristiwa di sekitarnya. Dengan akal budi manusia dapat mengenal, menangkap atau memahami dunia sekitarnya secara rohani. Penangkapan rohani ini yang disebut juga pengertian atau pengetahuan. Manusia dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kesanggupan mengajukan pertanyaan adalah suatu kekuasaan yang istimewa. Ia bergumul dan berjuang di dunia dengan mempergunakan kemampuan-kemampuannya itu, dan dengan demikian terjadilah suatu dialog antara manusia dengan dunia luarnya, dimana manusia bertindak secara efektif dengan mengambil keputusan-keputusan secara pribadi.
Masalaah pokok filsafat
Filsafat muncul di dunia sejak abad ke 6 SM. Banyak masalah pokok yang dipersoalkan, masalah ontologis, masalah kosmologis, epistemologis, metodologis, antropologis metafisik, keagamaan, etis, dan estetis.
Di sini dibatasi pada apa yang dimasalahkan dalam antropologi metafisik, keagamaan, dan bidang etis.
· Masalah di bidang antropologi metafisik
a. Apa dan siapakah manusia itu?
b. Di mana tempat manusia itu di alam semesta ini?
c. Apakah keberadaan manusia di dalam alam semesta ini bebas atau tidak?
· Masalah di bidang keagamaan
a. Adakah Tuhan itu?
b. Bagaimanakah cara dan apakah sasarannya agar manusia dapat mencapai kenyataan dan kebenaran?
c. Apakah kenyataan dan kebenaran itu sendiri?
· Masalah di bidang etis
a. Apakah yang dimaksud dengan ‘baik’ dan ‘buruk’, ‘benar’ dan ‘ salah’?
b. Apakah yang merupakan patokan-patokan untuk membuat suatu pertimbangan moral?
c. Bagaimanakah pertimbangan moral berbeda dari dan bergantung pada suatu pertimbangan yang bukan moral?
Dengan demikian kegunaan yang terpenting dari filsafat adalah kemampuannya untuk memperluas bidang-bidang keinsyafan kita, untuk menjadi lebih hidup, lebih bergaya, lebih kritis dan lebih cerdas. Bagi manusia dapat menambah pengetahuan, dan dengan bertambahnya pengetahuan tersebut akan mampu serta ingin menyelidiki segala sesuatu itu dengan lebih mendalam.
Kebajikan manusia
Menurut Aristoteles, tujuan hidup manusia bukanlah kebajikan demi mencapai kebajikan itu sendiri, melainkan kebajikan demi mencapai kebahagiaan dalam kehidupan. Karena ciri khas yang membedakan manusia daripada makhluk lain ialah kemampuan, kecerdasan dan penalarannya, maka kebahagiaan hidup bagi manusia tergantung sangat dari apa yang dapat dicapainya melalui ciri khas itu. Oleh karena itu etika adalah acuan bagi terhindarnya manusia dari perilaku yang menyesatkan, sehingga berakibat terganggunya kebahagiaannya. Tentang etika tersebut juga dikembangkan mengenai kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Demokrasi tidak bisa dilepaskan dari ikhtiar pendidikan, karena melalui pendidikan akan muncul berbagai bakat dan kemampuan warga Negara. Atas dasar itu kemudian akan ditentukan peran dan kedudukan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan demikian akan tersusunlah suatu aristokrasi berdasarkan keunggulan kecerdasan, dan tidak lagi karena keturunan belaka.
Filsafat dan agama
Agama juga merupakan pokok perhatian (di samping filsafat dan ilmu) dari manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Filsafat agama pada dasarnya adalah pemikiran filsafat tentang agama. Mempelajari filsafat agama tidak perlu dilakukan dari sikap pandangan keagamaan. Orang yang tak percaya kepada Tuhan (ateis) dan mereka yang merasa tak mampu untuk mengetahui agama (agnostic), begitu juga orang yang memiliki keyakinan agama dapat berfilsafat tentang agama.
Agama adalah sesuatu yang tidak mudah diberi definisi atau dilukiskan. Agama berbeda dengan ilmu dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi. Walaupun kita dapat sepakat bahwa tak ada definisi agama yang dapat diterima secara universal, namun semua orang memandang sepanjang sejarah, manusia telah menunjukkan rasa ‘suci’ dan agama adalah termasuk dalam kategori ‘hal yang suci’ tersebut. Seorang yang religius merasakan adanya kewajiban yang tak bersyarat terhadap zat yang ia anggap sebagai sumber yang tertinggi bagi kepribadian dan kebaikan.
Yang kita ketahui tentang ciri-ciri agama adalah:
a. Kepercayaan kepada hal-hal yang gaib sifatnya.
b. Perbedaan antara obyek-obyek yang suci dan duniawi, serta adanya tindakan-tindakan upacara yang dipusatkan pada obyek-obyek yang suci.
c. Adanya perasaan-perasaan khusus yang timbul di hadapan obyek-obyek yang suci dan selama tindakan-tindakan upacara, serta doa dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya dengan sesuatu yang tertinggi.
Agama harus dirasakan dan dipikirkan, ia harus dihayati dan dijelmakan dalam tindakan. Agama bukan suatu segi kehidupan, bukan sekedar ritual, agama itu merupakan pengalaman pribadi yang vital.
Agama merupakan kebutuhan hidup bagi makhluk yang memiliki kesadaran, dan dengan demikian memiliki daya kekuatan, dan juga keharusan yang tidak terelakkan, untuk menentukan pilihan. Lebih besar daya manusia, lebih besar pula kebutuhannya akan agama. Agama tumbuh dari kemauan manusia untuk hidup atau dari kemauan untuk menyempurnakan dan memenuhi kehidupannya. Ia merupakan bagian dari perjuangannya untuk kehidupan yang lebih berisi dan suatu penyesuaian yang lebih mantap terhadap dunia. Agama adalah respon manusia kepada kehadiran dan ajakan dari alam gaib yang membangkitkan rasa takut, rasa hormat dan rasa percaya.
Peranan sesungguhnya dari agama adalah memberikan kepada pengikutnya, kekuatan untuk mengatasi nafsu dan mengembangkan aspek-aspek kemanusiaannya yang optimum, membangunkan manusia menuju suatu kesadaran tentang kehidupan. Filsafat agama bukanlah merupakan pembelaan terhadap dogma, ajaran teologis tertentu, dan keyakinan religius. Filsafat agama adalah cabang filsafat yang baru muncul di sekitar abad ke 18.
Filsafat agama adalah suatu pemikiran kritis analitis tentang agama. Yang hendak dianalisis ialah hakikat agama itu sendiri, yakni pengalaman-pengalaman religius manusia. Dengan demikian filsafat agama tidak menganalisis isi kepercayaan iman, melainkan mempertanyakan apakah hakikat iman an sich. Selain itu, filsafat agama menganalisis dan berupaya menjelaskan fenomena agama, terutama hakikat hubungan manusia dengan Tuhan.
Agama adalah suatu keyakinan akan adanya kenyataan supra natural, yang bergitu mempengaruhi dan menentukan, sekaligus yang membentuk dan menjadi dasar tingkah laku manusia. Pengalaman manusia dalam hubungannya dengan Tuhan sangat berbeda dengan pengalaman hidup biasa. Hubungan dengan Tuhan telah mendorong manusia untuk mengambil sikap tertentu, antara lain senantiasa berkomunikasi dengan Tuhan lewat doa dan pujian.
Kebudayaan-filsafati dan Penginjilan di Jawa
Di antara banyaknya pengertian, ’kebudayaan’ dapat dimengerti sebagai ‘sumber cahaya’, bukan kabut ketidakjelasan. Sumber cahaya itu adalah hasil dari suatu proses dialektik kehidupan manusia dalam menghadapi gejala alam dan sosial. Ia bergerak, berubah dan berkembang melalui konflik berbagai kepentingan. Hasilnya adalah cahaya baru berupa nilai, norma, adat-istiadat, kebiasaan baru sebagai suatu pola pikir dan perilaku yang lebih efektif dalam menghadapi gejala alam dan gejala sosial . (DR. Darsono P.- 2006).
Cahaya baru itu kemudian dijadikan suatu dogma oleh sekelompok orang yang memperoleh manfaat atas cahaya baru itu. Dogma ialah keyakinan tentang suatu kebenaran tanpa kritik. Sementara itu, pekabaran Injil merupakan tugas gereja yang tidak pernah berubah sejak awal pertumbuhan dan perkembangan gereja. Sejak awal pertumbuhannya GKJ sangat menyadari keberadaannya, hidup dan pelayanannya mempunyai aspek pekabaran Injil. Tugas panggilan yang tidak pernah berubah itu harus diberitakan justru dalam situasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa berubah.
Sebelum masuknya Kristen, di Jawa telah berkembang keyakinan Agama Jawa. Agama Jawa pada hakekatnya agama Islam yang sinkretis yang memadukan unsur-unsur pra-Hindu, Hindu Islam. Karena itu agama Jawa dapat disebut sebagai varian dari agama Islam. Terjadinya varian itu melalui proses sejarah yang cukup panjang dengan kehadiran secara berturut-turut agama asing ke pulau Jawa. (Soetarman SP. – 2007).
Dengan penyertaan dan kemampuan dari Tuhan Yesus, dan adanya sistim keyakinan agama Jawa maka telah mempermudah diterimanya Injil di Jawa. Keyakinan-keyakinan tersebut antara lain :
a.Konsep mengenai Tuhan
Pandangan yang monistis tentang Tuhan, yang menganggap bahwa Tuhan adalah Maha Besar, berada dalam segala bentuk kehidupan di alam semesta ini.
b.Keyakinan kepada orang kudus
Agama mengenal banyak tokoh yang dianggap kudus karena kesalehannya, dan mereka dianggap sebagai orang-orang sakti dan menjadi legendaris dan mitis, seperti ‘Walisanga’
c.Konsep tentang kosmologi dan kosmogoni (penciptaan).
Ada beberapa konsep penciptaan yang dinyatakan dalam wujud dongeng-dongeng atau cerita mite, yang semuanya mengandung unsur-unsur kosmologi Hindu-Jawa dan Islam.
d.Konsep eschatology agama Jawa
Merupakan perpaduan sinkretis antara konsep agama Budha mengenai 4 periode perkembangan alam semesta (catur yoga) dan berakhirnya sejarah serta harapan akan datangnya Imam Mahdi pada hari Kiamat.
e.Keyakinan agama Jawa kepada roh-roh
‘Dunia Roh’, sering disebut dunia makhluk halus (lelembut) merupakan alam kehidupan yang lain yang dapat mempengaruhi kehidupan dunia ini. Mereka merupakan roh pengganggu, tetapi juga roh pembawa berkat. Dengan pendekatan budaya atau adat-istiadat yang mempunyai makna religius-filsafati tersebut penginjilan di Jawa dapat diterima dengan baik. Semoga bermanfaat. Munari. Dari beberapa sumber. Depok, 14 Juni 2015.
Dewasa ini pengertian filsafat sudah tidak asing lagi. Pengertiannya dalam sejarah berbeda-beda, karena pengertian tentang maksud dan tujuan ilmu itu berbeda dari jaman ke jaman. Hampir setiap orang mempunyai tafsiran sendiri-sendiri. Filsafat berubah-ubah, karena manusia berubah pula di dalam perkembangan sejarah hidup serta cara berpikirnya. Oleh karena itu setiap penjabaran apriori mengenai pengertian filsafat yang berpangkal dari kodrat manusia harus dapat dihindari.
Menurut Walter Kaufmann, filsafat adalah suatu pencarian akan kebenaran dengan pertolongan fakta-fakta dan argumentasi-argumentasi, tanpa memerlukan kekuasaan dan tanpa mengetahui hasilnya terlebih dahulu. (Chairul Arifin 1998). Karena itu dikatakan, bahwa berfilsafat adalah suatu usaha untuk mencari kebenaran.
Berfilsafat
Berfilsafat merupakan salah satu kemungkinan yang terbuka bagi setiap orang, ketika ia mampu menerobos lingkaran kebiasaan yang tidak mempersoalkan hal ihwal yang rutin sifatnya. Rasa heran dan kagum manusia atas alam semesta dengan segala isi yang dilihatnya, menyebabkan manusia itu kemudian mengajukan berbagai macam pertanyaan yang berkaitan dengan cara bagaimana terjadinya alam semesta beserta isinya itu.
Dengan demikian sikap kritis terhadap dirinya sendiri termasuk hakekat filsafat. Filsafat memang harus mencari jawaban-jawaban, tetapi jawaban-jawaban tersebut tidak pernah abadi. Apa yang sering dianggap sebagai kelemahan, yaitu bahwa filsafat dalam akhir abad ke 20 masih sibuk dengan problema-problema sama seperti yang sudah dipersoalkan 2500 tahun yang lalu ternyata membuktikan bahwa filsafat tetap setia pada ‘metodenya’ sendiri. Problema-problema filsafat tidak pernah dapat selesai, justru karena bersifat filsafat. Tugas yang sangat penting dari pada filsafat adalah membangkitkan akal budi manusia dari keadaan hanya menerima secara pasif, sehingga memungkinkan suatu pencarian yang aktif dari pemahaman itu.
Awal mula
Manusia tidak seperti hewan yang dikuasai sepenuhnya oleh kodratnya, oleh hukum alamnya, dan bahkan menguasainya. Karena afektivitasnya, manusia digetarkan oleh kejadian-kejadian di luarnya, ia kagum akan susunan yang disaksikannya dalam jagad raya. Kekaguman inilah merupakan awal mula dari pada filsafat. Karena perasaan itulah maka manusia mampu menjadi perekam yang tajam lagi halus atas peristiwa-peristiwa di sekitarnya. Dengan akal budi manusia dapat mengenal, menangkap atau memahami dunia sekitarnya secara rohani. Penangkapan rohani ini yang disebut juga pengertian atau pengetahuan. Manusia dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kesanggupan mengajukan pertanyaan adalah suatu kekuasaan yang istimewa. Ia bergumul dan berjuang di dunia dengan mempergunakan kemampuan-kemampuannya itu, dan dengan demikian terjadilah suatu dialog antara manusia dengan dunia luarnya, dimana manusia bertindak secara efektif dengan mengambil keputusan-keputusan secara pribadi.
Masalaah pokok filsafat
Filsafat muncul di dunia sejak abad ke 6 SM. Banyak masalah pokok yang dipersoalkan, masalah ontologis, masalah kosmologis, epistemologis, metodologis, antropologis metafisik, keagamaan, etis, dan estetis.
Di sini dibatasi pada apa yang dimasalahkan dalam antropologi metafisik, keagamaan, dan bidang etis.
· Masalah di bidang antropologi metafisik
a. Apa dan siapakah manusia itu?
b. Di mana tempat manusia itu di alam semesta ini?
c. Apakah keberadaan manusia di dalam alam semesta ini bebas atau tidak?
· Masalah di bidang keagamaan
a. Adakah Tuhan itu?
b. Bagaimanakah cara dan apakah sasarannya agar manusia dapat mencapai kenyataan dan kebenaran?
c. Apakah kenyataan dan kebenaran itu sendiri?
· Masalah di bidang etis
a. Apakah yang dimaksud dengan ‘baik’ dan ‘buruk’, ‘benar’ dan ‘ salah’?
b. Apakah yang merupakan patokan-patokan untuk membuat suatu pertimbangan moral?
c. Bagaimanakah pertimbangan moral berbeda dari dan bergantung pada suatu pertimbangan yang bukan moral?
Dengan demikian kegunaan yang terpenting dari filsafat adalah kemampuannya untuk memperluas bidang-bidang keinsyafan kita, untuk menjadi lebih hidup, lebih bergaya, lebih kritis dan lebih cerdas. Bagi manusia dapat menambah pengetahuan, dan dengan bertambahnya pengetahuan tersebut akan mampu serta ingin menyelidiki segala sesuatu itu dengan lebih mendalam.
Kebajikan manusia
Menurut Aristoteles, tujuan hidup manusia bukanlah kebajikan demi mencapai kebajikan itu sendiri, melainkan kebajikan demi mencapai kebahagiaan dalam kehidupan. Karena ciri khas yang membedakan manusia daripada makhluk lain ialah kemampuan, kecerdasan dan penalarannya, maka kebahagiaan hidup bagi manusia tergantung sangat dari apa yang dapat dicapainya melalui ciri khas itu. Oleh karena itu etika adalah acuan bagi terhindarnya manusia dari perilaku yang menyesatkan, sehingga berakibat terganggunya kebahagiaannya. Tentang etika tersebut juga dikembangkan mengenai kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Demokrasi tidak bisa dilepaskan dari ikhtiar pendidikan, karena melalui pendidikan akan muncul berbagai bakat dan kemampuan warga Negara. Atas dasar itu kemudian akan ditentukan peran dan kedudukan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dengan demikian akan tersusunlah suatu aristokrasi berdasarkan keunggulan kecerdasan, dan tidak lagi karena keturunan belaka.
Filsafat dan agama
Agama juga merupakan pokok perhatian (di samping filsafat dan ilmu) dari manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Filsafat agama pada dasarnya adalah pemikiran filsafat tentang agama. Mempelajari filsafat agama tidak perlu dilakukan dari sikap pandangan keagamaan. Orang yang tak percaya kepada Tuhan (ateis) dan mereka yang merasa tak mampu untuk mengetahui agama (agnostic), begitu juga orang yang memiliki keyakinan agama dapat berfilsafat tentang agama.
Agama adalah sesuatu yang tidak mudah diberi definisi atau dilukiskan. Agama berbeda dengan ilmu dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi. Walaupun kita dapat sepakat bahwa tak ada definisi agama yang dapat diterima secara universal, namun semua orang memandang sepanjang sejarah, manusia telah menunjukkan rasa ‘suci’ dan agama adalah termasuk dalam kategori ‘hal yang suci’ tersebut. Seorang yang religius merasakan adanya kewajiban yang tak bersyarat terhadap zat yang ia anggap sebagai sumber yang tertinggi bagi kepribadian dan kebaikan.
Yang kita ketahui tentang ciri-ciri agama adalah:
a. Kepercayaan kepada hal-hal yang gaib sifatnya.
b. Perbedaan antara obyek-obyek yang suci dan duniawi, serta adanya tindakan-tindakan upacara yang dipusatkan pada obyek-obyek yang suci.
c. Adanya perasaan-perasaan khusus yang timbul di hadapan obyek-obyek yang suci dan selama tindakan-tindakan upacara, serta doa dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya dengan sesuatu yang tertinggi.
Agama harus dirasakan dan dipikirkan, ia harus dihayati dan dijelmakan dalam tindakan. Agama bukan suatu segi kehidupan, bukan sekedar ritual, agama itu merupakan pengalaman pribadi yang vital.
Agama merupakan kebutuhan hidup bagi makhluk yang memiliki kesadaran, dan dengan demikian memiliki daya kekuatan, dan juga keharusan yang tidak terelakkan, untuk menentukan pilihan. Lebih besar daya manusia, lebih besar pula kebutuhannya akan agama. Agama tumbuh dari kemauan manusia untuk hidup atau dari kemauan untuk menyempurnakan dan memenuhi kehidupannya. Ia merupakan bagian dari perjuangannya untuk kehidupan yang lebih berisi dan suatu penyesuaian yang lebih mantap terhadap dunia. Agama adalah respon manusia kepada kehadiran dan ajakan dari alam gaib yang membangkitkan rasa takut, rasa hormat dan rasa percaya.
Peranan sesungguhnya dari agama adalah memberikan kepada pengikutnya, kekuatan untuk mengatasi nafsu dan mengembangkan aspek-aspek kemanusiaannya yang optimum, membangunkan manusia menuju suatu kesadaran tentang kehidupan. Filsafat agama bukanlah merupakan pembelaan terhadap dogma, ajaran teologis tertentu, dan keyakinan religius. Filsafat agama adalah cabang filsafat yang baru muncul di sekitar abad ke 18.
Filsafat agama adalah suatu pemikiran kritis analitis tentang agama. Yang hendak dianalisis ialah hakikat agama itu sendiri, yakni pengalaman-pengalaman religius manusia. Dengan demikian filsafat agama tidak menganalisis isi kepercayaan iman, melainkan mempertanyakan apakah hakikat iman an sich. Selain itu, filsafat agama menganalisis dan berupaya menjelaskan fenomena agama, terutama hakikat hubungan manusia dengan Tuhan.
Agama adalah suatu keyakinan akan adanya kenyataan supra natural, yang bergitu mempengaruhi dan menentukan, sekaligus yang membentuk dan menjadi dasar tingkah laku manusia. Pengalaman manusia dalam hubungannya dengan Tuhan sangat berbeda dengan pengalaman hidup biasa. Hubungan dengan Tuhan telah mendorong manusia untuk mengambil sikap tertentu, antara lain senantiasa berkomunikasi dengan Tuhan lewat doa dan pujian.
Kebudayaan-filsafati dan Penginjilan di Jawa
Di antara banyaknya pengertian, ’kebudayaan’ dapat dimengerti sebagai ‘sumber cahaya’, bukan kabut ketidakjelasan. Sumber cahaya itu adalah hasil dari suatu proses dialektik kehidupan manusia dalam menghadapi gejala alam dan sosial. Ia bergerak, berubah dan berkembang melalui konflik berbagai kepentingan. Hasilnya adalah cahaya baru berupa nilai, norma, adat-istiadat, kebiasaan baru sebagai suatu pola pikir dan perilaku yang lebih efektif dalam menghadapi gejala alam dan gejala sosial . (DR. Darsono P.- 2006).
Cahaya baru itu kemudian dijadikan suatu dogma oleh sekelompok orang yang memperoleh manfaat atas cahaya baru itu. Dogma ialah keyakinan tentang suatu kebenaran tanpa kritik. Sementara itu, pekabaran Injil merupakan tugas gereja yang tidak pernah berubah sejak awal pertumbuhan dan perkembangan gereja. Sejak awal pertumbuhannya GKJ sangat menyadari keberadaannya, hidup dan pelayanannya mempunyai aspek pekabaran Injil. Tugas panggilan yang tidak pernah berubah itu harus diberitakan justru dalam situasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa berubah.
Sebelum masuknya Kristen, di Jawa telah berkembang keyakinan Agama Jawa. Agama Jawa pada hakekatnya agama Islam yang sinkretis yang memadukan unsur-unsur pra-Hindu, Hindu Islam. Karena itu agama Jawa dapat disebut sebagai varian dari agama Islam. Terjadinya varian itu melalui proses sejarah yang cukup panjang dengan kehadiran secara berturut-turut agama asing ke pulau Jawa. (Soetarman SP. – 2007).
Dengan penyertaan dan kemampuan dari Tuhan Yesus, dan adanya sistim keyakinan agama Jawa maka telah mempermudah diterimanya Injil di Jawa. Keyakinan-keyakinan tersebut antara lain :
a.Konsep mengenai Tuhan
Pandangan yang monistis tentang Tuhan, yang menganggap bahwa Tuhan adalah Maha Besar, berada dalam segala bentuk kehidupan di alam semesta ini.
b.Keyakinan kepada orang kudus
Agama mengenal banyak tokoh yang dianggap kudus karena kesalehannya, dan mereka dianggap sebagai orang-orang sakti dan menjadi legendaris dan mitis, seperti ‘Walisanga’
c.Konsep tentang kosmologi dan kosmogoni (penciptaan).
Ada beberapa konsep penciptaan yang dinyatakan dalam wujud dongeng-dongeng atau cerita mite, yang semuanya mengandung unsur-unsur kosmologi Hindu-Jawa dan Islam.
d.Konsep eschatology agama Jawa
Merupakan perpaduan sinkretis antara konsep agama Budha mengenai 4 periode perkembangan alam semesta (catur yoga) dan berakhirnya sejarah serta harapan akan datangnya Imam Mahdi pada hari Kiamat.
e.Keyakinan agama Jawa kepada roh-roh
‘Dunia Roh’, sering disebut dunia makhluk halus (lelembut) merupakan alam kehidupan yang lain yang dapat mempengaruhi kehidupan dunia ini. Mereka merupakan roh pengganggu, tetapi juga roh pembawa berkat. Dengan pendekatan budaya atau adat-istiadat yang mempunyai makna religius-filsafati tersebut penginjilan di Jawa dapat diterima dengan baik. Semoga bermanfaat. Munari. Dari beberapa sumber. Depok, 14 Juni 2015.
Pandangan Hidup Orang Jawa
dedalane guna lawan sekti kudu andhap asor wani ngalah luhur wekasane tumungkula yen dipun dukani bapang den simpangi ana catur mungkur
Tembang di atas adalah salah satu gambaran tentang sikap serta pandangan hidup orang Jawa yang sangat menjunjung tinggi nilai keluhuran. Ungkapan-ungkapan seperti sumarah, pasrah, narima dsb. merupakan pemahaman terhadap kehidupan orang Jawa. Pasrah sumarah merupakan cerminan penyerahan diri secara total. Kejadian-kejadian yang dialami dalam perjalanan hidupnya membawa orang Jawa untuk bersikap realistis dan menerima apa adanya terhadap apa yang dialaminya, baik dalam kebahagiaan maupun dalam penderitaan. (bandingkan dg. Mzm.37: 5) Sumarah, pasrah dan narima kadang dianggap sebagai sikap hidup yang hanya menggantungkan pada nasib saja, tanpa berusaha untuk mengubah kenyataan yang ada. Tetapi sesungguhnya tidak demikian adanya, karena sikap yang demikian itu merupakan cara memaknai kenyataan hidup, yaitu dengan sikap apa adanya. Kenyataan hidup yang dialaminya dihadapi dengan hati terbuka, penuh sukacita dan ketenteraman batin. Apa yang diperolehnya diterima dengan senang hati, tidak ngangsa atau serakah, tidak iri hati dan dengki terhadap nasib serta keberuntungan orang lain. Dengan kenyataan yang dihadapinya itu mereka akan berusaha bekerja dengan lebih baik tanpa keinginan untuk memperoleh berlebih. (bandingkan dengan doa Bapa Kami). Dalam usaha untuk bernasib lebih baik, mereka tidak memaksakan diri.
Komunitas orang Jawa bukanlah komunitas yang individualistis, mementingkan diri sendiri, tetapi merupakan komunitas yang menitik beratkan pada kebersamaan dan kekeluargaan. Sikap hidup kebersamaan dan kekeluargaan ini tercermin dalam tradisi atau adat seperti gugur gunung, bersama-sama memperbaiki atau mengerjakan lingkungan tempat tinggalnya yang sekarang dikenal dengan kerja bakti.
Sambatan, yaitu secara bersama-sama mengerjakan pembangunan rumah, menggarap sawah dsb. tanpa upah, kecuali makan dan minum saja. Rewang, membantu tetangga yang sedang mengalami kerepotan seperti pada waktu punya hajat dsb. Ada yang bekerja di dapur, jayengan atau penyedia minum dan ada yang jadi pladen, melayani para tamu dalam hal makanan dan minuman. Semua bekerja dengan guyub, tulung-tinulung yang mencerminkan sikap ke gotong royongan, dengan sesanti saiyeg saeka kapti dan sepi ing pamrih rame ing gawe. Pola hidup dalam kebersamaan dan kekeluargaan tampak dalam mengerjakan sesuatu, mereka bekerja bersama-sama seia-sekata, tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah merupakah petuah yang betul-betul dihayati orang Jawa. Setiap orang hendaknya rukun dalam hidup bermasyarakat. Kalau tidak, mereka akan dianggap sebagai orang yang ora lumrah atau tidak umum. Dengan hidup rukun diharapkan tiap orang akan memperhatikan kepentingan komunitasnya meski bukan berarti kepentingan pribadi tidak boleh dimiliki. Ketegangan yang terjadi dan perbedaan pendapat diselesaikan dengan jalan musyawarah secara kekeluargaan. Dengan kerukunan yang terjalin, kekeluargaan akan menjadi semakin erat, jauh dari rasa permusuhan yang menyebabkan terjadinya kerusakan hubungan.
Den tepa-slira juga merupaka prinsip hidup orang Jawa yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, yang melihat orang lain berdasarkan keadaan dirinya sendiri. Meski ada juga yang berpendapat aja ditepakake awakmu, wong ki beda-beda. Namun pada hakekatnya mereka akan tetap saling menghormati dan menghargai satu sama lain sesuai keberadaannya masing-masing.
Tresnaa marang sapadha-padha, menggambarkan bahwa hidup itu tidak boleh saling mencurigai, saling membenci, saling mendendam tetapi harus saling mencintai dan mengasihi sesama. Dengan demikian maka hidup itu akan menjadi tata tentrem karta raharja yang berarti hidup damai sejahtera. (bandingkan dengan Hukum Kasih).
Amemangun karyenak tyasing sesami adalah bagaimana seseorang bisa membuat orang lain berbahagia dan bersukacita. Itu adalah perwujudan dari pola kehidupan yang serasi dan selaras karena mereka saling menghormati dan tidak mencari-cari kesalahan serta kekurangan orang lain.
Aja pijer mangan nendra, cegah dhahar lawan guling adalah cara hidup yang baik. Jangan hanya mengedepankan makan, minum dan tidur karena sesungguhnya membuat hidup tidak terasa nyaman lagi, akibatnya badan akan menjadi tambun.
Sebaliknya dengan makan dan tidur secukupnya sesuai dengan sesanti urip iku samadya akan membuat hidup ini terasa lebih nyaman.
Dhatan ewan, panasten sayekti, orang hidup jangan mudah iti hati dan dengki serta panas hati. Kalau melihat tetangga punya harta yang lebih jangan menjadi iri dan panas hati lalu berusaha dengan segala macam cara untuk menyamainya. Tetangga sudah tidur dengan nyenyaknya, sementara dia tidak bisa tidur justru karena memikirkan keberhasilan tetangganya. Akibat dari penuh syak wasangka akan membuat hidup menjadi tidak tenteram.
Sukeng tyas lamun den ina, bersukacitalah kalau ada orang yang menghina karena keadaan kita. Bila orang dihina lalu menjadi marah dan dendam akan merusak suasana hatinya, menyebabkan segala tindaknya tidak terjaga sehingga justru merugikan diri sendiri. Hal ini harus disikapi dengan penuh kesabaran dan kesukacitaan sesuai dengan sesanti wani ngalah luhur wekasane.
Aywa micara yen tan wruh ing gati, mengajarkan kepada kita janganlah kita membicarakan apa yang tidak kita ketahui. Orang suka berkata berdasarkan dari sumber tertentu, artinya dia sendiri tidak mengetahui hal yang sebenarnya. Lalu ia menceritakan kepada orang lain seolah-olah dialah yang paling tahu. Kalau yang dikatakan itu benar, mungkin tidak begitu menjadi masalah. Tetapi kalau yang dikatakan itu tidak benar akan berujung pada fitnah dan akan menimbulkan dampak yang tidak baik dalam pergaulan dan kehidupan.
Sapa sing nandur bakal ngundhuh, mengajarkan kepada kita bahwa apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Kalau kita menanam keburukan, kita akan menuai keburukan pula. Sebaliknya kalau kita menanam kebaikan, kita akan menuai kebaikan pula. Tetapi lebih baik lagi kalau kita menanam kebaikan dengan tidak mengharapkan balasan.
Tansah was-was tandha ora saras, nenek moyang orang Jawa mengajarkan bahwa janganlah hidup penuh kekhawatiran. Karena kalau hidup itu penuh kekhawatiran mengko gek-mengko gek, akan megakibatkan kegelisahan dan hidup menjadi tidak tenteram. Berarti itu berlawanan dengan pandangan hidup yang pasrah, sumarah dan narima. (bandingkan dengan Lukas 12: 22)
Senenging ati ndawakake umur, itu bisa dimengerti sebagai ungkapan bahwa hati yang gembira adalah obat. Dengan hati yang gembira maka badan akan menjadi sehat dan tentu saja hal ini akan memperpanjang umur. Berbeda dengan hati yang sedih merupakan penyakit, tentu dengan kondisi yang tidak sehat orang akan menjadi sakit dan tidak berumur panjang. (bandingkan dengan Filipi 4 : 4)
Pinuju bungah elinga susah, pinuju susah elinga bungah, menyadarkan kepada kita bahwa selama ini hanya kalau dalam kesusahan saja kita jadi ingat Tuhan. Tetapi ketika kita sedang dalam keadaan gembira lebih sering melupakan-Nya. Oleh karena itu kita diajarkan untuk selalu ingat dalam susah maupun senang.
Gemi iku becik, mung gemining wong cethil kang ora becik, sering kita teringat akan pepatah rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Namun bukan itu yang dimaksud. Kalau kita hidup berhemat, tentu itu hal yang baik karena akan membantu kelangsungan hidup kita. Akan tetapi kalau yang berhemat itu orang pelit, tidak akan menjadi baik karena berhematnya orang pelit itu hanya untuk kepentingan diri sendiri.
Becik nacada awakmu dhewe, merupakan nasehat agar jangan suka membicarakan kesalahan dan kekurangan orang lain. Karena bisa saja berakibat buruk kalau orang lain tersebut mendengarnya. Lebih baik kita teliti kekurangan diri kita sendiri agar bisa berbuat lebih baik.
Den bisa manjing ajur ajer, didalam kehidupan bermasyarakat diharapkan bisa menempatkan diri masing-masing sehingga dapat bergaul dengan siapa saja. Dengan demikian akan mendapatkan sahabat yang lebih banyak lagi. Bergaul dengan orang miskin jangan merasa kaya, bergaul dengan orang bodoh jangan merasa pintar. Hiduplah dalam kesetaraan dan keselarasan.
Seje silit seje anggit, para leluhur mengajarkan agar orang hidup itu mau menghargai perbedaan. Orang hidup di mayapada ini harus menghargai pendapat orang lain meski itu berbeda dengan pendapatnya. Dengan demikian maka perbedaan yang ada bukanlah menjadi jurang pemisah tetapi justru sebagai kekayaan dalam khasanah pergaulan.
Aja ngaya mundhak gelis tuwa, kembali pada pandangan hidup di atas bahwa urip samadya, hidup apa adanya itulah yang harus dilakukan. Kalau hidup dengan memaksa diri dan tidak sesuai dengan kekuatan yang ada maka orang akan cepat menjadi tua sebelum waktunya. Dengan begitu tentu saja tidak akan menemui kebahagiaan dalam hidupnya.
Tulungana sing pancen butuh pitulungan, mengajarkan agar orang hidup tidak pilih kasih terhadap sesama. Janganlah memberi pertolongan karena terikat akan pertemanan, kekeluargaan atau karena ketertarikan, bisa karena cantik atau menawan. Orang memberi pertolongan seharusnya memang perlu melihat secara nyata apakah orang tersebut memang betul-betul membutuhkan pertolongan.
Ngajeni ing liyan ateges ngajeni awake dhewe, merupakan petuah agar orang hidup menghargai keberadaan orang lain. Dengan demikian maka sesungguhnya orang tersebut telah menghargai dirinya sendiri. Janganlah memandang orang lain dengan sebelah mata, karena sama saja dengan merendahkan.
Perlu andhap asor, ora perlu ngasorake pribadi merupakan petunjuk bahwa orang hidup harus rendah hati dan tak perlu merendahkan diri. Dalam tata pergaulan orang Jawa harus andhap asor, menjunjung tinggi harkat dan martabat lawan bicara dengan rendah hati. Dengan demikian maka diharapkan orang lain juga akan berbuat sama dengan menghargainya.
Aja dumeh, mengingatkan agar orang hidup itu tidak selayaknya meninggikan dirinya atau sombong. Karena barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan. (Mat.23: 12) . Orang boleh kaya tetapi tidak boleh sombong, karena kekayaan itu bisa hilang dalam sekejap. Orang boleh berjabatan tinggi, tetapi tidak boleh sombong karena jabatan itu sifatnya sementara. Orang boleh berpangkat tinggi, tetapi tidak boleh sombong karena pangkat itu bisa ditanggalkan. Orang boleh cantik, tetapi tidak boleh sombong karena kecantikan itu tidak abadi. Oka Respati. *dari berbagai sumber. Rawasemut, Juli’15.
Tembang di atas adalah salah satu gambaran tentang sikap serta pandangan hidup orang Jawa yang sangat menjunjung tinggi nilai keluhuran. Ungkapan-ungkapan seperti sumarah, pasrah, narima dsb. merupakan pemahaman terhadap kehidupan orang Jawa. Pasrah sumarah merupakan cerminan penyerahan diri secara total. Kejadian-kejadian yang dialami dalam perjalanan hidupnya membawa orang Jawa untuk bersikap realistis dan menerima apa adanya terhadap apa yang dialaminya, baik dalam kebahagiaan maupun dalam penderitaan. (bandingkan dg. Mzm.37: 5) Sumarah, pasrah dan narima kadang dianggap sebagai sikap hidup yang hanya menggantungkan pada nasib saja, tanpa berusaha untuk mengubah kenyataan yang ada. Tetapi sesungguhnya tidak demikian adanya, karena sikap yang demikian itu merupakan cara memaknai kenyataan hidup, yaitu dengan sikap apa adanya. Kenyataan hidup yang dialaminya dihadapi dengan hati terbuka, penuh sukacita dan ketenteraman batin. Apa yang diperolehnya diterima dengan senang hati, tidak ngangsa atau serakah, tidak iri hati dan dengki terhadap nasib serta keberuntungan orang lain. Dengan kenyataan yang dihadapinya itu mereka akan berusaha bekerja dengan lebih baik tanpa keinginan untuk memperoleh berlebih. (bandingkan dengan doa Bapa Kami). Dalam usaha untuk bernasib lebih baik, mereka tidak memaksakan diri.
Komunitas orang Jawa bukanlah komunitas yang individualistis, mementingkan diri sendiri, tetapi merupakan komunitas yang menitik beratkan pada kebersamaan dan kekeluargaan. Sikap hidup kebersamaan dan kekeluargaan ini tercermin dalam tradisi atau adat seperti gugur gunung, bersama-sama memperbaiki atau mengerjakan lingkungan tempat tinggalnya yang sekarang dikenal dengan kerja bakti.
Sambatan, yaitu secara bersama-sama mengerjakan pembangunan rumah, menggarap sawah dsb. tanpa upah, kecuali makan dan minum saja. Rewang, membantu tetangga yang sedang mengalami kerepotan seperti pada waktu punya hajat dsb. Ada yang bekerja di dapur, jayengan atau penyedia minum dan ada yang jadi pladen, melayani para tamu dalam hal makanan dan minuman. Semua bekerja dengan guyub, tulung-tinulung yang mencerminkan sikap ke gotong royongan, dengan sesanti saiyeg saeka kapti dan sepi ing pamrih rame ing gawe. Pola hidup dalam kebersamaan dan kekeluargaan tampak dalam mengerjakan sesuatu, mereka bekerja bersama-sama seia-sekata, tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah merupakah petuah yang betul-betul dihayati orang Jawa. Setiap orang hendaknya rukun dalam hidup bermasyarakat. Kalau tidak, mereka akan dianggap sebagai orang yang ora lumrah atau tidak umum. Dengan hidup rukun diharapkan tiap orang akan memperhatikan kepentingan komunitasnya meski bukan berarti kepentingan pribadi tidak boleh dimiliki. Ketegangan yang terjadi dan perbedaan pendapat diselesaikan dengan jalan musyawarah secara kekeluargaan. Dengan kerukunan yang terjalin, kekeluargaan akan menjadi semakin erat, jauh dari rasa permusuhan yang menyebabkan terjadinya kerusakan hubungan.
Den tepa-slira juga merupaka prinsip hidup orang Jawa yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, yang melihat orang lain berdasarkan keadaan dirinya sendiri. Meski ada juga yang berpendapat aja ditepakake awakmu, wong ki beda-beda. Namun pada hakekatnya mereka akan tetap saling menghormati dan menghargai satu sama lain sesuai keberadaannya masing-masing.
Tresnaa marang sapadha-padha, menggambarkan bahwa hidup itu tidak boleh saling mencurigai, saling membenci, saling mendendam tetapi harus saling mencintai dan mengasihi sesama. Dengan demikian maka hidup itu akan menjadi tata tentrem karta raharja yang berarti hidup damai sejahtera. (bandingkan dengan Hukum Kasih).
Amemangun karyenak tyasing sesami adalah bagaimana seseorang bisa membuat orang lain berbahagia dan bersukacita. Itu adalah perwujudan dari pola kehidupan yang serasi dan selaras karena mereka saling menghormati dan tidak mencari-cari kesalahan serta kekurangan orang lain.
Aja pijer mangan nendra, cegah dhahar lawan guling adalah cara hidup yang baik. Jangan hanya mengedepankan makan, minum dan tidur karena sesungguhnya membuat hidup tidak terasa nyaman lagi, akibatnya badan akan menjadi tambun.
Sebaliknya dengan makan dan tidur secukupnya sesuai dengan sesanti urip iku samadya akan membuat hidup ini terasa lebih nyaman.
Dhatan ewan, panasten sayekti, orang hidup jangan mudah iti hati dan dengki serta panas hati. Kalau melihat tetangga punya harta yang lebih jangan menjadi iri dan panas hati lalu berusaha dengan segala macam cara untuk menyamainya. Tetangga sudah tidur dengan nyenyaknya, sementara dia tidak bisa tidur justru karena memikirkan keberhasilan tetangganya. Akibat dari penuh syak wasangka akan membuat hidup menjadi tidak tenteram.
Sukeng tyas lamun den ina, bersukacitalah kalau ada orang yang menghina karena keadaan kita. Bila orang dihina lalu menjadi marah dan dendam akan merusak suasana hatinya, menyebabkan segala tindaknya tidak terjaga sehingga justru merugikan diri sendiri. Hal ini harus disikapi dengan penuh kesabaran dan kesukacitaan sesuai dengan sesanti wani ngalah luhur wekasane.
Aywa micara yen tan wruh ing gati, mengajarkan kepada kita janganlah kita membicarakan apa yang tidak kita ketahui. Orang suka berkata berdasarkan dari sumber tertentu, artinya dia sendiri tidak mengetahui hal yang sebenarnya. Lalu ia menceritakan kepada orang lain seolah-olah dialah yang paling tahu. Kalau yang dikatakan itu benar, mungkin tidak begitu menjadi masalah. Tetapi kalau yang dikatakan itu tidak benar akan berujung pada fitnah dan akan menimbulkan dampak yang tidak baik dalam pergaulan dan kehidupan.
Sapa sing nandur bakal ngundhuh, mengajarkan kepada kita bahwa apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Kalau kita menanam keburukan, kita akan menuai keburukan pula. Sebaliknya kalau kita menanam kebaikan, kita akan menuai kebaikan pula. Tetapi lebih baik lagi kalau kita menanam kebaikan dengan tidak mengharapkan balasan.
Tansah was-was tandha ora saras, nenek moyang orang Jawa mengajarkan bahwa janganlah hidup penuh kekhawatiran. Karena kalau hidup itu penuh kekhawatiran mengko gek-mengko gek, akan megakibatkan kegelisahan dan hidup menjadi tidak tenteram. Berarti itu berlawanan dengan pandangan hidup yang pasrah, sumarah dan narima. (bandingkan dengan Lukas 12: 22)
Senenging ati ndawakake umur, itu bisa dimengerti sebagai ungkapan bahwa hati yang gembira adalah obat. Dengan hati yang gembira maka badan akan menjadi sehat dan tentu saja hal ini akan memperpanjang umur. Berbeda dengan hati yang sedih merupakan penyakit, tentu dengan kondisi yang tidak sehat orang akan menjadi sakit dan tidak berumur panjang. (bandingkan dengan Filipi 4 : 4)
Pinuju bungah elinga susah, pinuju susah elinga bungah, menyadarkan kepada kita bahwa selama ini hanya kalau dalam kesusahan saja kita jadi ingat Tuhan. Tetapi ketika kita sedang dalam keadaan gembira lebih sering melupakan-Nya. Oleh karena itu kita diajarkan untuk selalu ingat dalam susah maupun senang.
Gemi iku becik, mung gemining wong cethil kang ora becik, sering kita teringat akan pepatah rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya. Namun bukan itu yang dimaksud. Kalau kita hidup berhemat, tentu itu hal yang baik karena akan membantu kelangsungan hidup kita. Akan tetapi kalau yang berhemat itu orang pelit, tidak akan menjadi baik karena berhematnya orang pelit itu hanya untuk kepentingan diri sendiri.
Becik nacada awakmu dhewe, merupakan nasehat agar jangan suka membicarakan kesalahan dan kekurangan orang lain. Karena bisa saja berakibat buruk kalau orang lain tersebut mendengarnya. Lebih baik kita teliti kekurangan diri kita sendiri agar bisa berbuat lebih baik.
Den bisa manjing ajur ajer, didalam kehidupan bermasyarakat diharapkan bisa menempatkan diri masing-masing sehingga dapat bergaul dengan siapa saja. Dengan demikian akan mendapatkan sahabat yang lebih banyak lagi. Bergaul dengan orang miskin jangan merasa kaya, bergaul dengan orang bodoh jangan merasa pintar. Hiduplah dalam kesetaraan dan keselarasan.
Seje silit seje anggit, para leluhur mengajarkan agar orang hidup itu mau menghargai perbedaan. Orang hidup di mayapada ini harus menghargai pendapat orang lain meski itu berbeda dengan pendapatnya. Dengan demikian maka perbedaan yang ada bukanlah menjadi jurang pemisah tetapi justru sebagai kekayaan dalam khasanah pergaulan.
Aja ngaya mundhak gelis tuwa, kembali pada pandangan hidup di atas bahwa urip samadya, hidup apa adanya itulah yang harus dilakukan. Kalau hidup dengan memaksa diri dan tidak sesuai dengan kekuatan yang ada maka orang akan cepat menjadi tua sebelum waktunya. Dengan begitu tentu saja tidak akan menemui kebahagiaan dalam hidupnya.
Tulungana sing pancen butuh pitulungan, mengajarkan agar orang hidup tidak pilih kasih terhadap sesama. Janganlah memberi pertolongan karena terikat akan pertemanan, kekeluargaan atau karena ketertarikan, bisa karena cantik atau menawan. Orang memberi pertolongan seharusnya memang perlu melihat secara nyata apakah orang tersebut memang betul-betul membutuhkan pertolongan.
Ngajeni ing liyan ateges ngajeni awake dhewe, merupakan petuah agar orang hidup menghargai keberadaan orang lain. Dengan demikian maka sesungguhnya orang tersebut telah menghargai dirinya sendiri. Janganlah memandang orang lain dengan sebelah mata, karena sama saja dengan merendahkan.
Perlu andhap asor, ora perlu ngasorake pribadi merupakan petunjuk bahwa orang hidup harus rendah hati dan tak perlu merendahkan diri. Dalam tata pergaulan orang Jawa harus andhap asor, menjunjung tinggi harkat dan martabat lawan bicara dengan rendah hati. Dengan demikian maka diharapkan orang lain juga akan berbuat sama dengan menghargainya.
Aja dumeh, mengingatkan agar orang hidup itu tidak selayaknya meninggikan dirinya atau sombong. Karena barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan. (Mat.23: 12) . Orang boleh kaya tetapi tidak boleh sombong, karena kekayaan itu bisa hilang dalam sekejap. Orang boleh berjabatan tinggi, tetapi tidak boleh sombong karena jabatan itu sifatnya sementara. Orang boleh berpangkat tinggi, tetapi tidak boleh sombong karena pangkat itu bisa ditanggalkan. Orang boleh cantik, tetapi tidak boleh sombong karena kecantikan itu tidak abadi. Oka Respati. *dari berbagai sumber. Rawasemut, Juli’15.
Falsafah Hidup
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga tahun 2003 mengartikan kata falsafah sebagai (1) anggapan, (2) gagasan, (3) sikap batin yang psling dasar yang dimiliki oleh orang atau masyarakat, dan (4) pandangan hidup (h.313). Apa bedanya dengan filsafat? Di KBBI halaman 317 dikatakan, filsafat adalah (1) pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; (2) teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; (3) ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi; (4) falsafah.
Kalau melihat penjelasan di KBBI itu berarti falsafah sama dengan filsafat. Lalu bagaimana dengan falsafah hidup atau filsafat hidup? Kamus besar itu menyamakan kata falsafah – salah satunya - adalah pandangan hidup. Kalau begitu penggunaan kata “hidup” dalam kata falsafah hidup terlalu berlebihan atau cukup dengan falsafah? Barangkali tidak juga. Namun biasanya kata falsafah dikaitkan dengan orang dalam menangani suatu pekerjaan. Contohnya dalam percakapan sehari-hari ada istilah falsafah pedagang, yaitu falsafah yang digunakan oleh orang yang berdagang. Jaman dulu, falsafahnya orang berdagang itu berbunyi “tuna sathak bathi sanak”. Tuna berarti rugi dan sathak bernilai setengah sen, sedangkan sanak adalah kerabat. Jadi falsafahnya pedagang jaman dulu adalah, rugi sedikit tidak apa-apa tetapi memperoleh banyak kerabat (pelanggan).
Dalam khasanah sastra Jawa ada sebuah buku yang berjudul “Balsafah Gatholotjo”. Buku itu tahun 1967 dilarang beredar oleh Kejaksaan Agung karena isinya dinilai menghina agama Islam. Apa to isinya? Buku itu tipis dan ditulis dalam bentuk tembang Macapat. Memang ada beberapa hal yang lucu dan membuat tertawa. Diceritakan, Gatholotjo berdebat dengan tiga orang kyai: Kyai Abdul Manaf, Kyai Abdul Jabar, dan Kyai Ahmad Arif. Ketiga kyai itu menilai Gatholotjo sebagai orang kafir yang tidak sembahyang, tidak mengenal Allah dan seterusnya. Tetapi dia menjawab enteng, “kalau orang bisa menjadi suci karena air aku mau berendam di tempuran 40 hari 40 malam”. Ketika dia dituduh makanannya barang-barang haram, dia menjawab, “mana yang lebih haram, makan babi miliknya sendiri, yang dipelihara dari kecil, atau makan kambing hasil curian?”
Untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah penyembah Allah yang sejati, Gatholotjo memberi teka-teki kepada ketiga kyai itu, dalam sebuah pergelaran wayang mana yang lebih penting, antara dhalang, wayang, kelir, atau blencong? Kyai Ahmad Arif mengatakan kelir karena sebelum semuanya digelar, kelir harus digelar lebih dahulu. Kyai Abduljabar menjawab dhalang, karena dalanglah yang memainkan wayang. Kyai Abdulmanaf menjawab wayang, karena jauh sebelum dimainkan, orang sudah mengatakan akan menanggap wayang, bukan menanggap blencong. Gatholotjo menyatakan, jawaban ketiga kayi itu salah. Dia menjawab bahwa yang lebih dulu ada adalah blencong. Kenapa? Karena blencong adalah perlambang sumber kehidupan.
Dari perdebatan itu nyata bahwa ketiga kyai tersebut berpikir hal-hal yang nampak saja, sedangkan Gatholotjo mengungkapkan bahwa pergelaran wayang hanyalah perlambang kehidupan manusia. Di situ Sang Pencipta yang menerangi dunia ini, ada sebelum semuanya ada. Kedalaman sikap dalam memandang sesuatu menjadi dasar kenapa buku itu diberi judul balsafah.
Menelusuri penggunaan kata filsafat atau falsafah, kita dapat melihat pidato Prof. Dr. Soepomo tanggal 31 Mei 1945 sebelum Bung Karno berpidato di forum BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Soepomo berkata, “.....menurut anggapan saya yang diminta oleh Paduka tuan Ketua yang mulia ialah dalam bahasa Belanda philosofische grondslag daripada Indonesia merdeka. Philosofische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-salamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kenal dan abadi”. Baru kemudian Bung Karno berpidato menguraikan philofische grondslag yang dimaksud, yang kini kita kenal dengan Pancasila.
Bagaimana dengan orang Kristen? Apakah falsafah hidupnya? Sebuah rumusan yang menarik ditulis oleh Rasul Paulus dalam suratnya ke jemaat Kolose (2: 6-8) “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. Hati-hatilah supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus”. Itulah satu-satunya kata filsafat digunakan dalam Alkitab. Rasul Paulus memperhadapkan kehidupan di dalam Kristus dengan filsafat kosong dan palsu yang menurut ajaran turun temurun dan roh dunia. Hidup, bertumbuh, dan berkembang di dalam Kristus Yesus dan bersyukur, itulah falsafah orang percaya.- (45no-sk). Patmono SK.
Kalau melihat penjelasan di KBBI itu berarti falsafah sama dengan filsafat. Lalu bagaimana dengan falsafah hidup atau filsafat hidup? Kamus besar itu menyamakan kata falsafah – salah satunya - adalah pandangan hidup. Kalau begitu penggunaan kata “hidup” dalam kata falsafah hidup terlalu berlebihan atau cukup dengan falsafah? Barangkali tidak juga. Namun biasanya kata falsafah dikaitkan dengan orang dalam menangani suatu pekerjaan. Contohnya dalam percakapan sehari-hari ada istilah falsafah pedagang, yaitu falsafah yang digunakan oleh orang yang berdagang. Jaman dulu, falsafahnya orang berdagang itu berbunyi “tuna sathak bathi sanak”. Tuna berarti rugi dan sathak bernilai setengah sen, sedangkan sanak adalah kerabat. Jadi falsafahnya pedagang jaman dulu adalah, rugi sedikit tidak apa-apa tetapi memperoleh banyak kerabat (pelanggan).
Dalam khasanah sastra Jawa ada sebuah buku yang berjudul “Balsafah Gatholotjo”. Buku itu tahun 1967 dilarang beredar oleh Kejaksaan Agung karena isinya dinilai menghina agama Islam. Apa to isinya? Buku itu tipis dan ditulis dalam bentuk tembang Macapat. Memang ada beberapa hal yang lucu dan membuat tertawa. Diceritakan, Gatholotjo berdebat dengan tiga orang kyai: Kyai Abdul Manaf, Kyai Abdul Jabar, dan Kyai Ahmad Arif. Ketiga kyai itu menilai Gatholotjo sebagai orang kafir yang tidak sembahyang, tidak mengenal Allah dan seterusnya. Tetapi dia menjawab enteng, “kalau orang bisa menjadi suci karena air aku mau berendam di tempuran 40 hari 40 malam”. Ketika dia dituduh makanannya barang-barang haram, dia menjawab, “mana yang lebih haram, makan babi miliknya sendiri, yang dipelihara dari kecil, atau makan kambing hasil curian?”
Untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah penyembah Allah yang sejati, Gatholotjo memberi teka-teki kepada ketiga kyai itu, dalam sebuah pergelaran wayang mana yang lebih penting, antara dhalang, wayang, kelir, atau blencong? Kyai Ahmad Arif mengatakan kelir karena sebelum semuanya digelar, kelir harus digelar lebih dahulu. Kyai Abduljabar menjawab dhalang, karena dalanglah yang memainkan wayang. Kyai Abdulmanaf menjawab wayang, karena jauh sebelum dimainkan, orang sudah mengatakan akan menanggap wayang, bukan menanggap blencong. Gatholotjo menyatakan, jawaban ketiga kayi itu salah. Dia menjawab bahwa yang lebih dulu ada adalah blencong. Kenapa? Karena blencong adalah perlambang sumber kehidupan.
Dari perdebatan itu nyata bahwa ketiga kyai tersebut berpikir hal-hal yang nampak saja, sedangkan Gatholotjo mengungkapkan bahwa pergelaran wayang hanyalah perlambang kehidupan manusia. Di situ Sang Pencipta yang menerangi dunia ini, ada sebelum semuanya ada. Kedalaman sikap dalam memandang sesuatu menjadi dasar kenapa buku itu diberi judul balsafah.
Menelusuri penggunaan kata filsafat atau falsafah, kita dapat melihat pidato Prof. Dr. Soepomo tanggal 31 Mei 1945 sebelum Bung Karno berpidato di forum BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Soepomo berkata, “.....menurut anggapan saya yang diminta oleh Paduka tuan Ketua yang mulia ialah dalam bahasa Belanda philosofische grondslag daripada Indonesia merdeka. Philosofische grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-salamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kenal dan abadi”. Baru kemudian Bung Karno berpidato menguraikan philofische grondslag yang dimaksud, yang kini kita kenal dengan Pancasila.
Bagaimana dengan orang Kristen? Apakah falsafah hidupnya? Sebuah rumusan yang menarik ditulis oleh Rasul Paulus dalam suratnya ke jemaat Kolose (2: 6-8) “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. Hati-hatilah supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus”. Itulah satu-satunya kata filsafat digunakan dalam Alkitab. Rasul Paulus memperhadapkan kehidupan di dalam Kristus dengan filsafat kosong dan palsu yang menurut ajaran turun temurun dan roh dunia. Hidup, bertumbuh, dan berkembang di dalam Kristus Yesus dan bersyukur, itulah falsafah orang percaya.- (45no-sk). Patmono SK.
Kehidupan Setelah Kematian
Pada setiap kebaktian hari Minggu, kita mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli. Di gereja kita, di salah satu butir pengakuan itu kita mengucapkan kalimat: kebangkitan orang mati, sedangkan di beberapa gereja lain sering diucapkan dengan kalimat: kebangkitan daging atau kebangkitan tubuh. Mengapa bisa berbeda-beda? Mana yang lebih tepat diucapkan dalam kebaktian Minggu?
Sebenarnya gereja perdana memiliki paling tidakdua jenis pengakuan iman (1)Pengakuan Imam Rasuli atau biasa juga disebut Syahadat Para Rasul (Symbolum Apostolicum). Dalam pengakuan iman ini, kata Latin yang dipakai adalah carnis resurrectionem, yang secara harfiah memang bisa diterjemahkan dengan kebangkitan daging (carnal: daging). Syahadat ini sudah digunakan pada abad ke-2 di Roma, teks terjemahan Latinnya diketahui dalam tulisan Rufinus dari tahun 390 M. (2)Syahadat Nikea-Konstantinopel (Symbolum Nicaenum Constantinopolitanum). Dalam pengakuan iman ini, kata Latin yang dipakai adalah Et expecto resurrectionem mortuorum, diterjemahkan menjadi: Aku menantikan kebangkitan orang mati. Syahadat ini lebih panjang dari syahadat Rasuli. Berasal dari rumusan Konsili Nikea (325 M) dan Konstantinopel (381 M ), itulah sebabnya dinamakan Syahadat Nikea-Konstantinopel. Dalam pengakuan iman ini, tidak lagi dipakai kalimat kebangkitan daging melainkan kalimat kebangkitan orang mati.
Syahadat Para Rasul atau Pengakuan Iman Rasuli pada dasarnya merupakan sebuah kredo (credo, dalam bahasa latin artinya aku percaya). Mengapa pengakuan ini disebut Pengakuan Iman Rasuli? Karena pengakuan iman ini diyakini gereja pada waktu itu mencerminkan pengakuan para rasul sendiri. Bahkan ada legenda yang memercayai pengakuan iman ini berasal dari para rasul sendiri. Pada akhir abad keempat beredar cerita bahwa pada suatu kesempatan para rasul duduk bersama mengelilingi meja untuk menyusun pengakuan iman ini, setiap rasul membuat satu butir pengakuan iman. Dan setelah pengakuan iman ini tersusun, mereka memutuskan bahwa pengakuan iman ini harus diteruskan sebagai pengakuan iman yang baku bagi semua orang percaya.
Awalnya Pengakuan Iman Rasuli ini pada zaman gereja abad-abad pertama, diucapkan pada saat pelaksanaan Sakramen Baptis. Namun dengan makin banyaknya aliran kekristenan yang ada pada waktu itu yang saling bertentangan paham, muncul kebutuhan untuk memegang ajaran iman yang benar sebagaimana yang diajarkan para rasul, sehingga kredo tidak hanyadigunakan pada saat baptisan melainkan juga dipakai sebagai deklarasi iman gereja secara publik berhadapan dengan banyaknya aliran yang bertumbuh pada waktu itu.
Dalam Pengakuan Iman Rasuli ini termuat keyakinan iman gereja terhadap kebangkitan. Kebangkitan pada dasarnya dipahami bukan sekadar kebangkitan daging/tubuh. Kebangkitan yang terjadi bukan sekadar kebangkitan tubuh yang berisi daging, darah, tulang dan sebagainya, melainkan kebangkitan manusia secara utuh, yang mencakup apa yang biasa kita sebut sebagai tubuh, jiwa, roh, kehendak, dan kesadaran diri manusia. Jadi kebangkitan orang mati menunjuk kepada kebangkitan seluruh diri manusia dan bukan hanya kebangkitan daging atau tubuh secara fisik.
Kalau demikian mengapa dalam Pengakuan Iman Rasuli gereja justru memakai kalimat kebangkitan daging/tubuh (carnis resurrectionem) dan bukan langsung saja memakai kalimat kebangkitan orang mati (resurrectionem mortuorum)? Mengapa kalimat: Aku menantikan kebangkitan orang mati (Et expecto resurrectionem mortuorum) baru dipakai sesudahnya, dalam kredo Nikea-Konstantinopel?
Situasi gereja perdana yang pada saat itu sedang berhadapandengan aliran kekristenan dualistik yang mempertentangkan jiwa dan badan dan menganggap badan kotor/najis pada dirinya sendiri, jelas telah mempengaruhi perumusan ini. Bagi aliran-aliran seperti Gnostisisme, Doketisme, Manikeisme, badan/tubuh tidak akan ikut dibangkitkan. Aliran-aliran ini sangat dipengaruhi oleh filsafat Yunani-dualisme Plato yang membedakan manusia terdiri dari tubuh/badan dan jiwa.Sebagai contohnya, gnostisisme Kristen. Kekristenan gnostik ini tidak mempercayai inkarnasi Yesus, yakni Allah yang menjadi manusia di dalam daging/tubuh Yesus. Mengapa? Karena bagi mereka daging/tubuh manusia yang bersifat materi ini begitu kotor dan jahatnya sehingga tidak bisa menampung kekudusan ilahi. Bahkan bagi mereka tubuh/badan manusia kita ini merupakan penjara bagi jiwa/roh kita yang suci. Tubuh Yesus pun mereka pahami sebagai penjara bagi jiwa Yesus. Dengan demikian kebangkitan Yesus dari kematian mereka pahami sebagai kebangkitan jiwa Yesu saja, tidak termasuk tubuh/badan jasmani-Nya.
Untuk menangkal ajaran ini, gereja dalam Pengakuan Iman Rasuli memakai kalimat kebangkitan badan. Gereja ingin menekankan dan memproklamasikan bahwa yang bangkit bukan hanya roh/jiwa saja (seperti yang diyakini aliran-aliran tersebut), tetapi juga badan. Badan atau materi tidak dengan sendirinya kotor dan jahat, tetapi juga dipakai dalam karya penyelamatan Allah. Ini berarti yang bangkit itu sebenarnya semuanya: tubuh, jiwa, roh, kesadaran. Manusia totalitas. Kebangkitan daging dalam rumusan ini pada hakikatnya tetap berarti kebangkitan orang mati, bukan daging saja.
Kalimat kebangkitan daging ini tidak lagi dipakai di Syahadat Nikea-Konstantinopel, karena kalimat ini dianggap tidak lagi perlu oleh gereja mengingat paham dualisme tubuh-jiwa tidak lagi dianggap menjadi ancaman serius bagi gereja. Gereja mengubah kalimat kebangkitan daging/tubuh dengan memakai kalimat kebangkitan orang mati.
Lalu bagaimana gereja sekarang mengucapkannya, memakai kalimat kebangkitan daging/tubuh atau kebangkitan orang mati? Di gereja Katolik, pada tahun 1970 Paus Paulus VI memperbolehkan kedua syahadat ini (Pengakuan Iman Rasuli dan Syahadat Nikea-Konstantinopel) digunakan dalam perayaan Ekaristi hari Minggu dan hari raya, sedangkan dalam Sakramen Baptis selalu menggunakan Syahadat Para Rasul. Dengan mengucapkan bergantian Pengakuan Iman Rasuli dan Syahadat Nikea-Konstantinopel, gereja dan umat Katolik tidak akan kehilangan makna teologis bahwa yang bangkit itu totalitas kemanusiaan bukan sekadar tubuh/daging.
Gereja-gereja Protestan, seperti juga GKJ, pada umumnya dalam kebaktian hari raya gerejawi maupun hari Minggu hanya memakai satu pengakuan iman, yaitu Pengakuan Iman Rasuli dalam liturgi gerejawinya. Namun gereja-gereja kita sekarang ini tidak sedang berhadapan dengan aliran-aliran Kristen seperti Gnostisisme tersebut. Dengan hanya mengucapkan satu pengakuan iman, yaitu Pengakuan Iman Rasuli, gereja atau jemaat bisa tidak menangkap atau bahkan kehilangan makna teologisnya ketika mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli dengan menggunakan kalimat kebangkitan daging/tubuh. Itulah sebabnya di gereja-gereja Protestan, seperti GKJ Nehemia memilih untuk memakai kalimat kebangkitan orang mati, menggantikan kalimat kebangkitan daging/tubuh.
Tetap memakai kalimat kebangkitan daging dalam pengucapan Pengakuan Iman Rasuli, justru menimbulkan risiko membawa jemaat untuk memiliki pemikiran seperti aliran gnostisisme yang ditentang gereja pada saat itu. Kita akan terjebak dalam pola pikir dualistik tubuh dan jiwa. Kita akan justru mudah terbawa untuk berpikir kebangkitan yang terjadi hanya persoalan daging/tubuh bahwa yang bangkit itu hanya tubuh/badan dan bukan totalitas manusia. Bagaikan zombie, meskipun bangkit dari kematian-badan/tubuhnya berfungsi normal, namun tidak memiliki kesadaran diri. Daripada menghadapi risiko semacam itu, lebih baik mengganti kalimat kebangkitan daging/tubuh dengan kalimat kebangkitan orang mati. Dengan begitu jemaat langsung bisa jelas memahami bahwa yang bangkit itu totalitas kemanusiaan bukan hanya sekadar badan atau tubuh. Pdt. Agus Hendratmo.
Sebenarnya gereja perdana memiliki paling tidakdua jenis pengakuan iman (1)Pengakuan Imam Rasuli atau biasa juga disebut Syahadat Para Rasul (Symbolum Apostolicum). Dalam pengakuan iman ini, kata Latin yang dipakai adalah carnis resurrectionem, yang secara harfiah memang bisa diterjemahkan dengan kebangkitan daging (carnal: daging). Syahadat ini sudah digunakan pada abad ke-2 di Roma, teks terjemahan Latinnya diketahui dalam tulisan Rufinus dari tahun 390 M. (2)Syahadat Nikea-Konstantinopel (Symbolum Nicaenum Constantinopolitanum). Dalam pengakuan iman ini, kata Latin yang dipakai adalah Et expecto resurrectionem mortuorum, diterjemahkan menjadi: Aku menantikan kebangkitan orang mati. Syahadat ini lebih panjang dari syahadat Rasuli. Berasal dari rumusan Konsili Nikea (325 M) dan Konstantinopel (381 M ), itulah sebabnya dinamakan Syahadat Nikea-Konstantinopel. Dalam pengakuan iman ini, tidak lagi dipakai kalimat kebangkitan daging melainkan kalimat kebangkitan orang mati.
Syahadat Para Rasul atau Pengakuan Iman Rasuli pada dasarnya merupakan sebuah kredo (credo, dalam bahasa latin artinya aku percaya). Mengapa pengakuan ini disebut Pengakuan Iman Rasuli? Karena pengakuan iman ini diyakini gereja pada waktu itu mencerminkan pengakuan para rasul sendiri. Bahkan ada legenda yang memercayai pengakuan iman ini berasal dari para rasul sendiri. Pada akhir abad keempat beredar cerita bahwa pada suatu kesempatan para rasul duduk bersama mengelilingi meja untuk menyusun pengakuan iman ini, setiap rasul membuat satu butir pengakuan iman. Dan setelah pengakuan iman ini tersusun, mereka memutuskan bahwa pengakuan iman ini harus diteruskan sebagai pengakuan iman yang baku bagi semua orang percaya.
Awalnya Pengakuan Iman Rasuli ini pada zaman gereja abad-abad pertama, diucapkan pada saat pelaksanaan Sakramen Baptis. Namun dengan makin banyaknya aliran kekristenan yang ada pada waktu itu yang saling bertentangan paham, muncul kebutuhan untuk memegang ajaran iman yang benar sebagaimana yang diajarkan para rasul, sehingga kredo tidak hanyadigunakan pada saat baptisan melainkan juga dipakai sebagai deklarasi iman gereja secara publik berhadapan dengan banyaknya aliran yang bertumbuh pada waktu itu.
Dalam Pengakuan Iman Rasuli ini termuat keyakinan iman gereja terhadap kebangkitan. Kebangkitan pada dasarnya dipahami bukan sekadar kebangkitan daging/tubuh. Kebangkitan yang terjadi bukan sekadar kebangkitan tubuh yang berisi daging, darah, tulang dan sebagainya, melainkan kebangkitan manusia secara utuh, yang mencakup apa yang biasa kita sebut sebagai tubuh, jiwa, roh, kehendak, dan kesadaran diri manusia. Jadi kebangkitan orang mati menunjuk kepada kebangkitan seluruh diri manusia dan bukan hanya kebangkitan daging atau tubuh secara fisik.
Kalau demikian mengapa dalam Pengakuan Iman Rasuli gereja justru memakai kalimat kebangkitan daging/tubuh (carnis resurrectionem) dan bukan langsung saja memakai kalimat kebangkitan orang mati (resurrectionem mortuorum)? Mengapa kalimat: Aku menantikan kebangkitan orang mati (Et expecto resurrectionem mortuorum) baru dipakai sesudahnya, dalam kredo Nikea-Konstantinopel?
Situasi gereja perdana yang pada saat itu sedang berhadapandengan aliran kekristenan dualistik yang mempertentangkan jiwa dan badan dan menganggap badan kotor/najis pada dirinya sendiri, jelas telah mempengaruhi perumusan ini. Bagi aliran-aliran seperti Gnostisisme, Doketisme, Manikeisme, badan/tubuh tidak akan ikut dibangkitkan. Aliran-aliran ini sangat dipengaruhi oleh filsafat Yunani-dualisme Plato yang membedakan manusia terdiri dari tubuh/badan dan jiwa.Sebagai contohnya, gnostisisme Kristen. Kekristenan gnostik ini tidak mempercayai inkarnasi Yesus, yakni Allah yang menjadi manusia di dalam daging/tubuh Yesus. Mengapa? Karena bagi mereka daging/tubuh manusia yang bersifat materi ini begitu kotor dan jahatnya sehingga tidak bisa menampung kekudusan ilahi. Bahkan bagi mereka tubuh/badan manusia kita ini merupakan penjara bagi jiwa/roh kita yang suci. Tubuh Yesus pun mereka pahami sebagai penjara bagi jiwa Yesus. Dengan demikian kebangkitan Yesus dari kematian mereka pahami sebagai kebangkitan jiwa Yesu saja, tidak termasuk tubuh/badan jasmani-Nya.
Untuk menangkal ajaran ini, gereja dalam Pengakuan Iman Rasuli memakai kalimat kebangkitan badan. Gereja ingin menekankan dan memproklamasikan bahwa yang bangkit bukan hanya roh/jiwa saja (seperti yang diyakini aliran-aliran tersebut), tetapi juga badan. Badan atau materi tidak dengan sendirinya kotor dan jahat, tetapi juga dipakai dalam karya penyelamatan Allah. Ini berarti yang bangkit itu sebenarnya semuanya: tubuh, jiwa, roh, kesadaran. Manusia totalitas. Kebangkitan daging dalam rumusan ini pada hakikatnya tetap berarti kebangkitan orang mati, bukan daging saja.
Kalimat kebangkitan daging ini tidak lagi dipakai di Syahadat Nikea-Konstantinopel, karena kalimat ini dianggap tidak lagi perlu oleh gereja mengingat paham dualisme tubuh-jiwa tidak lagi dianggap menjadi ancaman serius bagi gereja. Gereja mengubah kalimat kebangkitan daging/tubuh dengan memakai kalimat kebangkitan orang mati.
Lalu bagaimana gereja sekarang mengucapkannya, memakai kalimat kebangkitan daging/tubuh atau kebangkitan orang mati? Di gereja Katolik, pada tahun 1970 Paus Paulus VI memperbolehkan kedua syahadat ini (Pengakuan Iman Rasuli dan Syahadat Nikea-Konstantinopel) digunakan dalam perayaan Ekaristi hari Minggu dan hari raya, sedangkan dalam Sakramen Baptis selalu menggunakan Syahadat Para Rasul. Dengan mengucapkan bergantian Pengakuan Iman Rasuli dan Syahadat Nikea-Konstantinopel, gereja dan umat Katolik tidak akan kehilangan makna teologis bahwa yang bangkit itu totalitas kemanusiaan bukan sekadar tubuh/daging.
Gereja-gereja Protestan, seperti juga GKJ, pada umumnya dalam kebaktian hari raya gerejawi maupun hari Minggu hanya memakai satu pengakuan iman, yaitu Pengakuan Iman Rasuli dalam liturgi gerejawinya. Namun gereja-gereja kita sekarang ini tidak sedang berhadapan dengan aliran-aliran Kristen seperti Gnostisisme tersebut. Dengan hanya mengucapkan satu pengakuan iman, yaitu Pengakuan Iman Rasuli, gereja atau jemaat bisa tidak menangkap atau bahkan kehilangan makna teologisnya ketika mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli dengan menggunakan kalimat kebangkitan daging/tubuh. Itulah sebabnya di gereja-gereja Protestan, seperti GKJ Nehemia memilih untuk memakai kalimat kebangkitan orang mati, menggantikan kalimat kebangkitan daging/tubuh.
Tetap memakai kalimat kebangkitan daging dalam pengucapan Pengakuan Iman Rasuli, justru menimbulkan risiko membawa jemaat untuk memiliki pemikiran seperti aliran gnostisisme yang ditentang gereja pada saat itu. Kita akan terjebak dalam pola pikir dualistik tubuh dan jiwa. Kita akan justru mudah terbawa untuk berpikir kebangkitan yang terjadi hanya persoalan daging/tubuh bahwa yang bangkit itu hanya tubuh/badan dan bukan totalitas manusia. Bagaikan zombie, meskipun bangkit dari kematian-badan/tubuhnya berfungsi normal, namun tidak memiliki kesadaran diri. Daripada menghadapi risiko semacam itu, lebih baik mengganti kalimat kebangkitan daging/tubuh dengan kalimat kebangkitan orang mati. Dengan begitu jemaat langsung bisa jelas memahami bahwa yang bangkit itu totalitas kemanusiaan bukan hanya sekadar badan atau tubuh. Pdt. Agus Hendratmo.
Keturunan Lucifer
Alkisah seorang malaikat besar di surga bernama Lucifer yang disayang Tuhan dan mempunyai kedudukan tinggi di dunianya menjadi sombong karena merasa tidak puas atas kedudukannya di dalam pemerintahan Allah, dan ia mulai menginginkan kedudukan Allah itu untuk dirinya sendiri.
Dalam usahanya untuk mengambil alih alam semesta itu ia menghasut sesama malaikat dengan menabur benih-benih ketidak puasan. Dengan janji-janji manis kemudian dia mengajak teman-temannya sesama malaikat untuk memberontak terhadap Tuhan. Akhir cerita dari konflik itu maka kemudian Lucifer dan kawan-kawan dicampakkan dari surga dan selanjutnya kita kenal dengan nama setan.
Setelah Lucifer dan kawan-kawannya menjadi setan kemudian berkembang biak sedemikian banyaknya, sehingga merata ke seluruh muka bumi. Sebagian keturunan Lucifer alias setan itu bekembang biak pula di pulau Jawa. Orang Jawa lebih suka menyebut turunan Lucifer ini hantu daripada setan.
Orang Jawa mengaku bahwa disamping makhluk yang tampak, ada juga makhluk yang tidak tampak dan tinggal di wilayah lain sebagai keseimbangan alam. Atas kepercayaan manusia pada setan atau roh halus itulah maka orang Jawa memiliki sikap yang animistis. Kaum animis mempercayai adanya kekuatan gaib dari roh-roh halus yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa.
Yang menarik, keyakinan orang Jawa terhadap roh dan kekuatan lain di luar manusia sampai sekarang masih berjalan. Oleh karena itu tradisi ziarah ke tempat-tempat keramat sampai saat ini juga sulit dihindarkan. Peristiwa yang baru saja terjadi dengan jatuhnya korban longsornya tebing pantai Sadranan Gunung Kidul membuktikan hal itu. Konon para keturunan Lucifer ini bahkan mendirikan beberapa kerajaan di tanah Jawa dan mengangkat se setan raja sebagai junjungan mereka.
Di bagian timur tanah Jawa antara lain daerah Blambangan-Banyuwangi rajanya bernama Bahureksa, di daerah Kediri Buta Locaya, daerah Jenggala Tunjungputih, daerah Lamongan Carub awor, daerah Keduwang Klenthingmungil, daerah Magetan Endrayaksa, daerah Maospati Durganeluh, daerah Madiun Kalasekti, daerah Jipang Sapujagat, daerah Ponorogo Koreg, daerah Pacitan Sidagori dan daerah Blitar Kala Kathung.
Di bagian Tengah tanah Jawa antara lain di daerah Grobogan Macan Gupuh, daerah Blora Lancuk, daerah Jepara Klunthung, daerah Batang Klewer, daerah Semarang Baratketiga, daerah Pekalongan Gunturgeni, daerah Pemalang Sumbungyuda, daerah Kendal Gentinggeni, daerah kaliwungu Gutuk api daerah Kartasura Pragota, daerah Magelang Ki Samaita, daerah Brebes Dhadhungawuk, daerah Pajang Buta Salewah, daerah Delanggu Yudapeksa, Gunung Merapi Ki Tlapa, daerah Pleret Rajegwesi, daerah Kotagede Nyai Panggung, dan daerah Pantai Selatan terkenal dengan sebutan Nyi Lara Kidul atau Ratu Kidul.
Di bagian Barat tanah Jawa antara lain di daerah Cirebon Setan Kaberi, daerah Pajajaran Kareteg, dan daerah Betawi Sapuregel. Dari sekian banyak setan atau hantu tersebut sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dan ada yang diam di pohon besar, benda bersejarah atau menghuni makam keramat. Tak sedikit para pelaku kejawen yang gemar nglakoni prihatin memohon sesuatu kepada para raja setan tersebut. Maka sulit dipungkiri bahwa suatu wilayah menjadi sangat terkenal karena adanya daerah yang angker yang didiami para setan tersebut. Misalnya pantai Parangkusuma dan Prangtritis yang memiliki Ratu Kidul. Sehingga bila ada orang yang menjadi korban terseret ombak, orang langsung saja menyebut menjadi tumbal untuk Ratu Kidul.
Di Jawa keturunan Lucifer bisa bekerjasama dengan keturunan Adam. Di dalam dunia perdukunan terutama aliran hitam yang berprofesi sebagai dukun klenik, dukun santet dsb. amat dekat dengan setan. Dukun jenis ini minta bantuan setan dengan menerima permintaan untuk mencelakaakan orang dengan santet, jengges atau tenung. Konon orang yang disantet bisa menderita sekali karena ada yang perutnya seperti ditusuk-tusuk dengan benda tajam, perutnya diisi paku, pecahan gelas dsb. Secara medis tidak mungkin disembuhkan, karena yang bisa menyembuhkan hanya dukun aliran putih. Orang yang pergi ke dukun aliran hitam biasanya mempunyai niat mencelakakan orang lain karena menjadi musuh atau paling tidak orang yang dibenci. Bisa saja sakit hati karena perebutan kekuasaan, jabatan, diputus pacarnya, suami atau isterinya selingkuh, dihina orang, dipermalukan di depan umum dsb.
Akibat dari perbuatan dukun aliran hitam ini bisa bermacam-macam seperti sakit berkepanjangan sampai meninggal, menjadi gila, tergila-gila dsb. Semua itu hanya dapat dilakukan oleh para dukun berkat pertolongan setan.
Dalam hal kontrak kerjasama dengan setan, biasanya adalah orang yang mencari pesugihan atau kekayaan, yang pada saatnya akan ditagih untuk membayar jasa. Untuk imbalannya biasanya setan lebih menghendaki nyawa, baik nyawa anaknya, isterinya, saudaranya bahkan nyawa dari si penandatangan kontrak itu sendiri sebagai tumbal.
Para keturunan Lucifer ini dalam usaha mencelakakan manusia bisa berwujud dalam berbagai bentuk. Bisa menyeramkan macam gendruwo, tetapi bisa juga cantik memikat seperti si Manis Jembatan Ancol. Tetapi apapun wujudnya, yang jelas tindakan mereka pasti akan merugikan manusia. Orang Jawa kemudian memberikan nama kepada para keturunan Lucifer itu sbb.
Gendruwo - wujudnya tinggi besar, kulitnya hitam kemerah-merahan. Gendruwo oleh orang Jawa juga disebut hantu mesum karena kegemarannya menggoda perempuan, terutama ibu-ibu rumah tangga yang kesepian. Gendruwo akan menipu korban dengan menjilma sebagai suaminya, meski bau keringatnya berbeda. Si korban akan menjadi keheranan karena libido suaminya tidak seperti biasanya tetapi meningkat menjadi jauh lebih tinggi sehingga korban merasa sangat terpuaskan. Oleh karena itu hati-hatilah para ibu kalau sedang tidur sendirian ditinggal suami, terutama anda yang masih muda.
Konon akibat perbuatan gendruwo itu ada yang menyebabkan kehamilan sehingga melahirkan anak gendruwo yang berkulit hitam berbulu lebat. Gendruwo suka tinggal di pohon besar yang rindang, sementara tanda-tanda kedatangan gendruwo di malam sepi adalah bau harum semerbak terbawa angin. Gendruwo juga suka iseng menculik anak bahkan orang dewasa dan disembunyikan di tempat tinggalnya seperti di dahan pohon yang rimbun.
Wewe – konon wewe ini isteri gendruwo. Biasanya mengenakan pakaian semacam jubah warna putih, mempunyai payudara yang sangat besar sehingga bisa ditaruh lewat pundak. Wewe ini suka menculik anak kecil yang sedang sendirian dikala matahari terbenam, orang lalu menyebut anak tersebut digondol wewe gombel.
Banaspati – hantu yang rambut di kepalanya menyala terus-menerus. Wujudnya tinggi besar dan berjalan secara terbalik menggunakan kedua tangan, sedangkan kakinya di atas.
Thethekan – raksasa kerdil berkepala monyet. Suka tinggal di pepohonan dan waktu malam hari suka memukul-mukul batang kayu sehingga berbunyi thek-thek. Hantu ini suka mengganggu orang yang lewat dan melempari dengan buah atau ranting-ranting kering.
Kemamang – hantu yang berwujud beberapa pijaran api pada suatu tempat. Pijaran api ini akan tampak dari kejauhan, namun bila didekati akan berpindah-pindah tempat. Bisa di depan, belakang atau samping sehingga membuat orang menjadi bingung dan ketakutan tersambar api.
Jrangkong – hantu yang berwujud kerangka dan tengkorak suka berjalan dikegelapan dan memperdengarkan suara tulang beradu. Kalau ada lampu yang menyala, oleh hantu tersebut dimatikan agar bisa berjalan di kegelapan.
Lelepah – wujudnya tinggi kurus, gemar makan daging mentah. Suka keluyuran di dapur mencarai daging mentah. Kalau ada orang punya hajat, biasanya di dapur diberikan sesajen antara lain berisi daging mentah.
Glundhung pringis – berwujud kepala saja tanpa badan. Suka menjelma sebagi buah kelapa yang tergeletak di pinggir jalan. Kalau ada yang mengambilnya akan segera berubah wujud menjadi kepala dan menggelinding mengikuti kemana saja orang tersebut pergi. Jika orang tidak tahan akan gangguan ini akan jatuh pingsan karena waktu menggelinding itu giginya meringis.
Wedhon – hantu wanita berpakaian putih merupakan roh orang yang meninggal tak wajar, suka menggoda orang lewat di tempat sepi. Ketika menakut-nakuti orang, badannya akan menjulang makin tinggi dan melengkung seolah mau menangkap orang tersebut.
Peri – berwujud wanita cantik, roh perempuan mati yang ditinggalkan atau dibunuh pacarnya. Hantu ini suka berdiri di pinggir jalan yang sepi, biasanya hanya menggoda laki-laki saja. Kalau ada laki-laki yang iseng menggodanya maka ia akan semakin genit. Ketika lelaki ini terperangkap maka lehernya dicekik yang bisa mengakibatkan kematian kalau tidak segera lari. Kemudian hantu ini akan tertawa ngikik sambal melayang.
Kuntilanak – konon hantu ini roh perempuan hamil yang meninggal dunia. Dia suka mengganggu wanita yang sedang hamil, tetapi takut terhadap barang yang runcing. Oleh karena itu perempuan yang sedang hamil sering dibekali benda tajam seperti jarum dsb. Hantu perempuan ini berambut panjang dan punggungnya bolong.
Sundel bolong – hantu perempuan cantik roh pelacur yang meninggal tidak wajar. Hantu ini hanya sekejap saja kelihatan kemudian berpindah tempat. Kalau ada laki-laki yang iseng meraba tubuhnya, bagian yang diraba itu akan menjadi berlubang, sehingga laki-laki akan lari ketakutan. Kalau bisa lari.
Pocong - hantu dari roh perempuan yang meninggal tidak wajar. Berbentuk pocongan atau orang mati yang memakai kain kafan, jalannya loncat-loncat karena kakinya diikat. Suka menakut-nakuti orang yang lewat, seolah-olah mau ikut.
Thuyul – hantu yang berwujud anak kecil cebol dengan kepala botak, kulitnya kemerahan seperti kulit bayi. Hantu ini dipelihara oleh orang yang mencari pesugihan, untuk mengambil uang milik orang lain sedikit demi sedikit tanpa kentara.
Setan gundhul – berwujud manusia kerdil berkepala botak, kulitnya kemerahan, matanya bersinar. Setan gundul ini merupakan peliharaan orang yang ingin cepat kaya. Tugasnya mengambil uang sebanyak-banyaknya sampai ludes.
Buta ijo – berwujud raksasa berkulit hijau matanya besar merah. Hantu ini uga merupakan piaraan orang yang ingin cepat kaya. Tugasnya mengambil uang sebanyak-banyaknya. Biasanya buta ijo ini meminta upah nyawa orang sebagai imbalan.
Tanda-tanda akan muculnya hantu atau setan liwat adalah.
- tiba-tiba muncul bau anyir, bau harum semerbak, bau kambing bandot
- tiba-tiba ada suara aneh bukan pada waktunya misalnya ketukan pintu atau barang jatuh
- ada jeritan atau tangisan yang memilukan di tengah malam
- ada lolongan anjing yang terus-menerus
- angin bertiup sepoi-sepoi tetapi bulu roma merinding
- tiba-tiba bau singkong rebus
- tak ada angin tiba-tiba dahan pohon bergoyang-goyang tiba-tiba berkelebat waja seseorang seperti ada yang lewat dibelakang kita ketika duduk sendirian suara atap rumah dilempari kerikil dsb.
Dari sekian banyak tanda-tanda itu telah membuat situasi menjadi mencekam. Ada nyanyian atau kidung mencegah gangguan setan, yang berasal dari warisan para leluhur seperti berikut.
Ana kidung rumeksa ing wengi,
teguh ayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jin setan dhatan purun
paneluhan tenung tan wani
miwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah mring mami
guna duduk pan sirna
Dengan melantunkan kidung tersebut orang Jawa percaya bahwa para setan lelembut akan menyingkir, karena kidung tersebut mempunyai daya magis. Konon hantu, setan, lelembut, bekasakan akan merasa panas bila mendengar kidung didendangkan. Bagaimana kalau orang Jawa yang sudah mengikut Yesus diganggu oleh keturunan Lucifer? Sebut saja dengan lantang nama Tuhan Yesus! Ode Pamungkas*dari berbagai sumber. Gunungsindur, juni’15.
Dalam usahanya untuk mengambil alih alam semesta itu ia menghasut sesama malaikat dengan menabur benih-benih ketidak puasan. Dengan janji-janji manis kemudian dia mengajak teman-temannya sesama malaikat untuk memberontak terhadap Tuhan. Akhir cerita dari konflik itu maka kemudian Lucifer dan kawan-kawan dicampakkan dari surga dan selanjutnya kita kenal dengan nama setan.
Setelah Lucifer dan kawan-kawannya menjadi setan kemudian berkembang biak sedemikian banyaknya, sehingga merata ke seluruh muka bumi. Sebagian keturunan Lucifer alias setan itu bekembang biak pula di pulau Jawa. Orang Jawa lebih suka menyebut turunan Lucifer ini hantu daripada setan.
Orang Jawa mengaku bahwa disamping makhluk yang tampak, ada juga makhluk yang tidak tampak dan tinggal di wilayah lain sebagai keseimbangan alam. Atas kepercayaan manusia pada setan atau roh halus itulah maka orang Jawa memiliki sikap yang animistis. Kaum animis mempercayai adanya kekuatan gaib dari roh-roh halus yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa.
Yang menarik, keyakinan orang Jawa terhadap roh dan kekuatan lain di luar manusia sampai sekarang masih berjalan. Oleh karena itu tradisi ziarah ke tempat-tempat keramat sampai saat ini juga sulit dihindarkan. Peristiwa yang baru saja terjadi dengan jatuhnya korban longsornya tebing pantai Sadranan Gunung Kidul membuktikan hal itu. Konon para keturunan Lucifer ini bahkan mendirikan beberapa kerajaan di tanah Jawa dan mengangkat se setan raja sebagai junjungan mereka.
Di bagian timur tanah Jawa antara lain daerah Blambangan-Banyuwangi rajanya bernama Bahureksa, di daerah Kediri Buta Locaya, daerah Jenggala Tunjungputih, daerah Lamongan Carub awor, daerah Keduwang Klenthingmungil, daerah Magetan Endrayaksa, daerah Maospati Durganeluh, daerah Madiun Kalasekti, daerah Jipang Sapujagat, daerah Ponorogo Koreg, daerah Pacitan Sidagori dan daerah Blitar Kala Kathung.
Di bagian Tengah tanah Jawa antara lain di daerah Grobogan Macan Gupuh, daerah Blora Lancuk, daerah Jepara Klunthung, daerah Batang Klewer, daerah Semarang Baratketiga, daerah Pekalongan Gunturgeni, daerah Pemalang Sumbungyuda, daerah Kendal Gentinggeni, daerah kaliwungu Gutuk api daerah Kartasura Pragota, daerah Magelang Ki Samaita, daerah Brebes Dhadhungawuk, daerah Pajang Buta Salewah, daerah Delanggu Yudapeksa, Gunung Merapi Ki Tlapa, daerah Pleret Rajegwesi, daerah Kotagede Nyai Panggung, dan daerah Pantai Selatan terkenal dengan sebutan Nyi Lara Kidul atau Ratu Kidul.
Di bagian Barat tanah Jawa antara lain di daerah Cirebon Setan Kaberi, daerah Pajajaran Kareteg, dan daerah Betawi Sapuregel. Dari sekian banyak setan atau hantu tersebut sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dan ada yang diam di pohon besar, benda bersejarah atau menghuni makam keramat. Tak sedikit para pelaku kejawen yang gemar nglakoni prihatin memohon sesuatu kepada para raja setan tersebut. Maka sulit dipungkiri bahwa suatu wilayah menjadi sangat terkenal karena adanya daerah yang angker yang didiami para setan tersebut. Misalnya pantai Parangkusuma dan Prangtritis yang memiliki Ratu Kidul. Sehingga bila ada orang yang menjadi korban terseret ombak, orang langsung saja menyebut menjadi tumbal untuk Ratu Kidul.
Di Jawa keturunan Lucifer bisa bekerjasama dengan keturunan Adam. Di dalam dunia perdukunan terutama aliran hitam yang berprofesi sebagai dukun klenik, dukun santet dsb. amat dekat dengan setan. Dukun jenis ini minta bantuan setan dengan menerima permintaan untuk mencelakaakan orang dengan santet, jengges atau tenung. Konon orang yang disantet bisa menderita sekali karena ada yang perutnya seperti ditusuk-tusuk dengan benda tajam, perutnya diisi paku, pecahan gelas dsb. Secara medis tidak mungkin disembuhkan, karena yang bisa menyembuhkan hanya dukun aliran putih. Orang yang pergi ke dukun aliran hitam biasanya mempunyai niat mencelakakan orang lain karena menjadi musuh atau paling tidak orang yang dibenci. Bisa saja sakit hati karena perebutan kekuasaan, jabatan, diputus pacarnya, suami atau isterinya selingkuh, dihina orang, dipermalukan di depan umum dsb.
Akibat dari perbuatan dukun aliran hitam ini bisa bermacam-macam seperti sakit berkepanjangan sampai meninggal, menjadi gila, tergila-gila dsb. Semua itu hanya dapat dilakukan oleh para dukun berkat pertolongan setan.
Dalam hal kontrak kerjasama dengan setan, biasanya adalah orang yang mencari pesugihan atau kekayaan, yang pada saatnya akan ditagih untuk membayar jasa. Untuk imbalannya biasanya setan lebih menghendaki nyawa, baik nyawa anaknya, isterinya, saudaranya bahkan nyawa dari si penandatangan kontrak itu sendiri sebagai tumbal.
Para keturunan Lucifer ini dalam usaha mencelakakan manusia bisa berwujud dalam berbagai bentuk. Bisa menyeramkan macam gendruwo, tetapi bisa juga cantik memikat seperti si Manis Jembatan Ancol. Tetapi apapun wujudnya, yang jelas tindakan mereka pasti akan merugikan manusia. Orang Jawa kemudian memberikan nama kepada para keturunan Lucifer itu sbb.
Gendruwo - wujudnya tinggi besar, kulitnya hitam kemerah-merahan. Gendruwo oleh orang Jawa juga disebut hantu mesum karena kegemarannya menggoda perempuan, terutama ibu-ibu rumah tangga yang kesepian. Gendruwo akan menipu korban dengan menjilma sebagai suaminya, meski bau keringatnya berbeda. Si korban akan menjadi keheranan karena libido suaminya tidak seperti biasanya tetapi meningkat menjadi jauh lebih tinggi sehingga korban merasa sangat terpuaskan. Oleh karena itu hati-hatilah para ibu kalau sedang tidur sendirian ditinggal suami, terutama anda yang masih muda.
Konon akibat perbuatan gendruwo itu ada yang menyebabkan kehamilan sehingga melahirkan anak gendruwo yang berkulit hitam berbulu lebat. Gendruwo suka tinggal di pohon besar yang rindang, sementara tanda-tanda kedatangan gendruwo di malam sepi adalah bau harum semerbak terbawa angin. Gendruwo juga suka iseng menculik anak bahkan orang dewasa dan disembunyikan di tempat tinggalnya seperti di dahan pohon yang rimbun.
Wewe – konon wewe ini isteri gendruwo. Biasanya mengenakan pakaian semacam jubah warna putih, mempunyai payudara yang sangat besar sehingga bisa ditaruh lewat pundak. Wewe ini suka menculik anak kecil yang sedang sendirian dikala matahari terbenam, orang lalu menyebut anak tersebut digondol wewe gombel.
Banaspati – hantu yang rambut di kepalanya menyala terus-menerus. Wujudnya tinggi besar dan berjalan secara terbalik menggunakan kedua tangan, sedangkan kakinya di atas.
Thethekan – raksasa kerdil berkepala monyet. Suka tinggal di pepohonan dan waktu malam hari suka memukul-mukul batang kayu sehingga berbunyi thek-thek. Hantu ini suka mengganggu orang yang lewat dan melempari dengan buah atau ranting-ranting kering.
Kemamang – hantu yang berwujud beberapa pijaran api pada suatu tempat. Pijaran api ini akan tampak dari kejauhan, namun bila didekati akan berpindah-pindah tempat. Bisa di depan, belakang atau samping sehingga membuat orang menjadi bingung dan ketakutan tersambar api.
Jrangkong – hantu yang berwujud kerangka dan tengkorak suka berjalan dikegelapan dan memperdengarkan suara tulang beradu. Kalau ada lampu yang menyala, oleh hantu tersebut dimatikan agar bisa berjalan di kegelapan.
Lelepah – wujudnya tinggi kurus, gemar makan daging mentah. Suka keluyuran di dapur mencarai daging mentah. Kalau ada orang punya hajat, biasanya di dapur diberikan sesajen antara lain berisi daging mentah.
Glundhung pringis – berwujud kepala saja tanpa badan. Suka menjelma sebagi buah kelapa yang tergeletak di pinggir jalan. Kalau ada yang mengambilnya akan segera berubah wujud menjadi kepala dan menggelinding mengikuti kemana saja orang tersebut pergi. Jika orang tidak tahan akan gangguan ini akan jatuh pingsan karena waktu menggelinding itu giginya meringis.
Wedhon – hantu wanita berpakaian putih merupakan roh orang yang meninggal tak wajar, suka menggoda orang lewat di tempat sepi. Ketika menakut-nakuti orang, badannya akan menjulang makin tinggi dan melengkung seolah mau menangkap orang tersebut.
Peri – berwujud wanita cantik, roh perempuan mati yang ditinggalkan atau dibunuh pacarnya. Hantu ini suka berdiri di pinggir jalan yang sepi, biasanya hanya menggoda laki-laki saja. Kalau ada laki-laki yang iseng menggodanya maka ia akan semakin genit. Ketika lelaki ini terperangkap maka lehernya dicekik yang bisa mengakibatkan kematian kalau tidak segera lari. Kemudian hantu ini akan tertawa ngikik sambal melayang.
Kuntilanak – konon hantu ini roh perempuan hamil yang meninggal dunia. Dia suka mengganggu wanita yang sedang hamil, tetapi takut terhadap barang yang runcing. Oleh karena itu perempuan yang sedang hamil sering dibekali benda tajam seperti jarum dsb. Hantu perempuan ini berambut panjang dan punggungnya bolong.
Sundel bolong – hantu perempuan cantik roh pelacur yang meninggal tidak wajar. Hantu ini hanya sekejap saja kelihatan kemudian berpindah tempat. Kalau ada laki-laki yang iseng meraba tubuhnya, bagian yang diraba itu akan menjadi berlubang, sehingga laki-laki akan lari ketakutan. Kalau bisa lari.
Pocong - hantu dari roh perempuan yang meninggal tidak wajar. Berbentuk pocongan atau orang mati yang memakai kain kafan, jalannya loncat-loncat karena kakinya diikat. Suka menakut-nakuti orang yang lewat, seolah-olah mau ikut.
Thuyul – hantu yang berwujud anak kecil cebol dengan kepala botak, kulitnya kemerahan seperti kulit bayi. Hantu ini dipelihara oleh orang yang mencari pesugihan, untuk mengambil uang milik orang lain sedikit demi sedikit tanpa kentara.
Setan gundhul – berwujud manusia kerdil berkepala botak, kulitnya kemerahan, matanya bersinar. Setan gundul ini merupakan peliharaan orang yang ingin cepat kaya. Tugasnya mengambil uang sebanyak-banyaknya sampai ludes.
Buta ijo – berwujud raksasa berkulit hijau matanya besar merah. Hantu ini uga merupakan piaraan orang yang ingin cepat kaya. Tugasnya mengambil uang sebanyak-banyaknya. Biasanya buta ijo ini meminta upah nyawa orang sebagai imbalan.
Tanda-tanda akan muculnya hantu atau setan liwat adalah.
- tiba-tiba muncul bau anyir, bau harum semerbak, bau kambing bandot
- tiba-tiba ada suara aneh bukan pada waktunya misalnya ketukan pintu atau barang jatuh
- ada jeritan atau tangisan yang memilukan di tengah malam
- ada lolongan anjing yang terus-menerus
- angin bertiup sepoi-sepoi tetapi bulu roma merinding
- tiba-tiba bau singkong rebus
- tak ada angin tiba-tiba dahan pohon bergoyang-goyang tiba-tiba berkelebat waja seseorang seperti ada yang lewat dibelakang kita ketika duduk sendirian suara atap rumah dilempari kerikil dsb.
Dari sekian banyak tanda-tanda itu telah membuat situasi menjadi mencekam. Ada nyanyian atau kidung mencegah gangguan setan, yang berasal dari warisan para leluhur seperti berikut.
Ana kidung rumeksa ing wengi,
teguh ayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jin setan dhatan purun
paneluhan tenung tan wani
miwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah mring mami
guna duduk pan sirna
Dengan melantunkan kidung tersebut orang Jawa percaya bahwa para setan lelembut akan menyingkir, karena kidung tersebut mempunyai daya magis. Konon hantu, setan, lelembut, bekasakan akan merasa panas bila mendengar kidung didendangkan. Bagaimana kalau orang Jawa yang sudah mengikut Yesus diganggu oleh keturunan Lucifer? Sebut saja dengan lantang nama Tuhan Yesus! Ode Pamungkas*dari berbagai sumber. Gunungsindur, juni’15.
Saat Susah Jangan Menyerah
Kadangkala kehidupan jadi berubah karena bisnis yang merugi sehingga keuangan labil, karena penyakit pada diri sendiri maupun pada salah satu anggota keluarga, karena pasangan hidup yang berubah sikap maupun perilakunya, ingat akan apa yang sudah di Firmankan pada 2 Timotius 3: 1 “ Ketahuilah bahwa pada hari hari terakhir akan datang masa yang sukar “, lalu menjadi khawatir? Tentu saja namun jangan terlalu lama. bagaimana kita kita menyikapimya. Bukankah Allah berpesan seperti di Matius 6 : 25-27 “ Karena itu Aku berkata kepadamu jamganlah Kuwatir,akan hidupmu akan apa yang hendak kamu makan atau minum dan janganlah kuwatir akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian. Pandanglah burung burung di langit yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun di beri makan oleh Bapakmu yang di Surga. Bukankah kamu jauh melebihi burung burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuwatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? “
Dalam Alkitab kita bisa berkaca pada Paulus tentang apa yang dilakukannya, oleh sebab itu ingatlah agar kita tidak seperti pada Kisah Rosul 28:26 “ Pergilah kepada bangsa ini dan katakanlah : Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat namun tidak menanggap” Seyogyanya kita harus melakukan perubahan dalam melaksanakan kegiatan setelah mengalami beberapa contoh yang terjadi dalam kehidupan ini.
Kisah nyata seorang pebisnis yang melakukan bisnisnya join bertiga dengan temannya, namun salah seorang dari pemodal mulai melirik dunia politik, sehingga dengan curang dia menggunakan keuntungan perusahaan untuk kampanye, sehingga perusahaan bangkrut dan perusahaan bubar, dua pemilik lainnya masing masing dapat bangkit dan membuka bisnis baru,sedangkan yang curang masih terengah engah dalam menjalani hidup.
Kisah lain seorang ahli masak sebut saja Ibu Arto membuka resto, karena racikan bumbu yang di buatnya sangat enak sehingga banyak pelanggannya, usahanya berkembang dengan baik sampai bertambah jadi lima resto. Ada saingan bisnis yang curang melakukan hal yang tidak terpuji, sebut saja Ibu Cur sehingga kelima resto Ibu Arto tutup. Apa yang terjadi? Ibu Cur membuka usaha makanan yang sama ditempat resto yang di sewa Ibu Arto.Hal tersebut membuat Ibu Arto kecewa, tetapi karena Imannya Ibu Arto dapat melalui dengan hati pasrah di sertai doa pada Yesus, Ibu Arto dapat bangkit dengan bisnis barunya, sedangkam Ibu Cur usahanya makin merosot.
Ibu Aktif yang semula mempunyai segudang kegiatan diluar rumah tiba tiba terkena penyakit yang mudah terinfeksi.oleh sebab itu ia merubah cara melakukan kegiatannya dengan menggunakan teknologi muktahir antara lain Internet dan sarannya, dengan bekerja di rumah dalam kamar yang di desain steril sehingga jauh dari infeksi.
Bapak Tio orang yang sangat sabar, pemilik satu perusahaan tiba tiba Ibu Tio yang cantik jelita, ramah, rendah hati, pandai, berubah menjadi emosional dan pemarah, sehingga mengganggu aktifitas pak Tio dalam mengelola usahanya. Saran Dokter yang memeriksanya, ibu Tio memerlukan perhatian yang lebih dari pak Tio, maka dengan bijak pengelolaan usahanya diserahkan pada orang yang di percaya. Kemudian pak Tio menemani dan merawat ibu Tio dengan penuh kasih sehingga sifat emosional dan pemarahnya hilang.
Dari beberapa pengalaman yang terjadi tersebut dimana keadaan tidak dapat di ubah maka perubahan akan terjadi dari sikap yang melakukannya antara lain:
· Pusatkan pada apa yang bisa dilakukan
· Putuskan apa yang ingin di capai usai mengalami kejadian yang tidak di harapkan
· Buat catatan rangkap untuk mencapainya dan coba di praktekan
· Utamakan kegiatan yang penting
Memang dalam menjalani kehidupan ini tidak selalu sesuai dengan apa yang di rencanakan, namun demikian yang penting adalah bagaimana menyikapimya. Bila bersikap negative maka akan menyerah namun bila bersikap positif pasti timbul upaya untuk meraih kehidupan yang lebih baik sehingga mengerti cara menghadapi kesusahan, bisa membantu orang lain untuk menggunakan pengalaman tersebut, berdoa dan berusaha untuk meraih hidup yang sebenarnya seperti 1 Timotius 6: 18-19 “Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya diwaktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya“ Amin. Djani PAS.
Dalam Alkitab kita bisa berkaca pada Paulus tentang apa yang dilakukannya, oleh sebab itu ingatlah agar kita tidak seperti pada Kisah Rosul 28:26 “ Pergilah kepada bangsa ini dan katakanlah : Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat namun tidak menanggap” Seyogyanya kita harus melakukan perubahan dalam melaksanakan kegiatan setelah mengalami beberapa contoh yang terjadi dalam kehidupan ini.
Kisah nyata seorang pebisnis yang melakukan bisnisnya join bertiga dengan temannya, namun salah seorang dari pemodal mulai melirik dunia politik, sehingga dengan curang dia menggunakan keuntungan perusahaan untuk kampanye, sehingga perusahaan bangkrut dan perusahaan bubar, dua pemilik lainnya masing masing dapat bangkit dan membuka bisnis baru,sedangkan yang curang masih terengah engah dalam menjalani hidup.
Kisah lain seorang ahli masak sebut saja Ibu Arto membuka resto, karena racikan bumbu yang di buatnya sangat enak sehingga banyak pelanggannya, usahanya berkembang dengan baik sampai bertambah jadi lima resto. Ada saingan bisnis yang curang melakukan hal yang tidak terpuji, sebut saja Ibu Cur sehingga kelima resto Ibu Arto tutup. Apa yang terjadi? Ibu Cur membuka usaha makanan yang sama ditempat resto yang di sewa Ibu Arto.Hal tersebut membuat Ibu Arto kecewa, tetapi karena Imannya Ibu Arto dapat melalui dengan hati pasrah di sertai doa pada Yesus, Ibu Arto dapat bangkit dengan bisnis barunya, sedangkam Ibu Cur usahanya makin merosot.
Ibu Aktif yang semula mempunyai segudang kegiatan diluar rumah tiba tiba terkena penyakit yang mudah terinfeksi.oleh sebab itu ia merubah cara melakukan kegiatannya dengan menggunakan teknologi muktahir antara lain Internet dan sarannya, dengan bekerja di rumah dalam kamar yang di desain steril sehingga jauh dari infeksi.
Bapak Tio orang yang sangat sabar, pemilik satu perusahaan tiba tiba Ibu Tio yang cantik jelita, ramah, rendah hati, pandai, berubah menjadi emosional dan pemarah, sehingga mengganggu aktifitas pak Tio dalam mengelola usahanya. Saran Dokter yang memeriksanya, ibu Tio memerlukan perhatian yang lebih dari pak Tio, maka dengan bijak pengelolaan usahanya diserahkan pada orang yang di percaya. Kemudian pak Tio menemani dan merawat ibu Tio dengan penuh kasih sehingga sifat emosional dan pemarahnya hilang.
Dari beberapa pengalaman yang terjadi tersebut dimana keadaan tidak dapat di ubah maka perubahan akan terjadi dari sikap yang melakukannya antara lain:
· Pusatkan pada apa yang bisa dilakukan
· Putuskan apa yang ingin di capai usai mengalami kejadian yang tidak di harapkan
· Buat catatan rangkap untuk mencapainya dan coba di praktekan
· Utamakan kegiatan yang penting
Memang dalam menjalani kehidupan ini tidak selalu sesuai dengan apa yang di rencanakan, namun demikian yang penting adalah bagaimana menyikapimya. Bila bersikap negative maka akan menyerah namun bila bersikap positif pasti timbul upaya untuk meraih kehidupan yang lebih baik sehingga mengerti cara menghadapi kesusahan, bisa membantu orang lain untuk menggunakan pengalaman tersebut, berdoa dan berusaha untuk meraih hidup yang sebenarnya seperti 1 Timotius 6: 18-19 “Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya diwaktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya“ Amin. Djani PAS.
Pancawala Dimutilasi
Dalam rangka menyongsong bulan budaya GKJ Nehemia, kali ini kami tampilkan cerita wayang purwa dengan gaya penulisan khas Gembala punya cerita.
Lesmana Mandrakumara putra Mahkota Kerajaan Astina yang berkantor di Sarojabinangun pagi itu kelihatan lesu. Matanya merah kurang tidur, rambutnya awut-awutan karena sering ditarik-tarik ketika hatinya kesal. Lesmana adalah sosok pemuda yang rada lenje setengah ndledek, suka bersolek. Wajahnya yang lonjong itu dibedaki pakai bedak dingin cap dua putri sehingga putih memplak, bibirnya dibengesi dengan lipensetip cap domble sampai merah seperti Drakula habis minum darah manusia. Alisnya dipoles dengan pensil 10B merek Gaber Gatel sehingga hitam njanges. Rambutnya yang gondrong diminyaki memakai pomade made in Hongkong sehingga lengket mengkilat. Bajunya selalu ngejreng meski tidak mecing dengan celananya. Kalau bajunya oranye mengkilat. celananya hijau tentara, kalau bajunya biru dongker celananya merah muda. Memakai kalung emas pluntiran 500 gram dengan liontin akik hijau lumut sebesar jengkol. Kalau berjalan tangan dan kakinya maju bareng sambil bersiul-siul sampai bibirnya nyoro tapi tidak keluar juga bunyinya.
Kala itu hatinya sedang galau memikirkan dirinya sendiri lantaran setiap kali naksir cewek selalu ditolak hingga cintanya bertepuk sebelah kaki. Setiap kali cintanya ditolak, kontan saja dia meraung sambil kakinya nggedrug-nggedrug tanah dan rambutnya dijambaki sendiri sehingga pas kepala bagian atas menjadi botak. Meski berkali-kali cintanya ditolak, tetapi pewaris tahta kerajaan Astinapura ini tak pernah merasa malu, karena urat malunya sudah putus kata orang.
Belakangan ini dia naksir gadis nan cantik jelita bernama Pregiwati putri Arjuna dari Madukara. Kembali cintanya ditolak mentah-mentah oleh Pregiwati yang ternyata telah dipersunting oleh saudara sepupunya sendiri putra Puntadewa bernama Raden Pancawala putra mahkota kerajaan Amarta. Kali ini rasa sakitnya terasa nyeri dan perih sekali di ulu hati sehingga nyaris tak bisa bernafas sehingga cengap-cengep seperti ikan mas koki kekurangan air.
Untuk membalaskan sakit hatinya itu terbersit dibenaknya untuk menghabisi saja nyawa Pancawala. Dengan ditemani ajudannya raksasa kerdil Klinthing Mimis, Lesmana segera menuju hutan Setra Gandamayit untuk meminta pertolongan Betari Durga agar bisa merebut Pregiwati dari tangan Pancawala suaminya.
Dengan nada merintih dan wajah memelas dia memohon kepada Betari Durga agar diberi sarana untuk mencapai cita-citanya itu. Betari Durga yang bergincu tebal dengan gigi dilapis emas tak tega melihat wajah Lesmana yang memelas itu sehingga diberikannya ajian Sirep Kubur yang konon sangat dahsyat akibatnya sehingga bisa membuat tidur lelap orang satu kampung.
Dengan modal ajian Sirep Kubur itu maka dengan langkah tegap dan mantap meski tetap saja tangan dan kaki berbareng maju, Lesmana didampingi Klinthing Mimis berjalan menuju Madukara tempat Pancawala dan Pregiwati sementara nunut honeyweek alias berminggu madu. Lewat tengah malam dengan menumpang KA Bengawan begitu sampai di stasiun Madukara segera saja Lesmana menerapkan ajian Sirep Kubur sehingga orang sekampung Madukara semua terlelap dalam mimpi. Bahkan Hansip yang bertugas jaga di sekitar kediaman Raden Arjuna tertidur lelap sambil berdiri menyender tiang sembari ngorok senggar-senggor.
Pancawala terlihat tertidur lelap kelelahan disamping Pregiwati yang tidur tanpa selimut. Segera diambilnya samurai yang dipinjam dari Yamamoto dan ditebasnya tubuh Pancawala berkali-kali dengan sadisnya tanpa sempat terbangun. Setelah Pancawala meninggal segera diangkatnya tubuh Pregiwati yang digulung memakai selimut lorek-lorek menuju pinggir kali. Diambilnya sebuah rakit dan Klinthing Mimis mengayuh dengan sekuat tenaga menuju seberang sungai dan hilang ditelan gelapnya malam.
Keesokan paginya kampung Madukara geger ketika didapatinya tubuh Pancawala terpotong menjadi beberapa bagian dan Pregiwati hilang tak tentu rimbanya. Kapolsek Madukara segera mengadakan penyelidikan di TKP dan berdasarkan bantuan landak pelacak yang penciumannya sangat tajam ditengarai Pregiwati dibawa oleh penculik menuju seberang sungai yang merupakan hutan lebat. Segera Kapolsek Madukara menghubungi Raden Gatutkaca lewat HT agar patroli di atas hutan Setra Gandamayit. Segera Raden Gatutkaca terbang rendah di atas pepohonan sambil menguatkan antene pendengarannya barangkali ada suara yang mencurigakan, karena hutan begitu lebat sulit ditembus pandangan mata. Setelah berkeliling beberapa lama sayup-sayup terdengar jeritan memilukan suara perempuan di tengah gelap dan senyapnya hutan yang angker itu.
Segera saja Gatutkaca menukik tajam ke arah suara yang mencurigakan dan betapa terkejutnya ketika dilihatnya Lesmana hendak memperkosa Pregiwati. Dengan kemarahan yang luar biasa ditempelengnya kepala Lesmana sehingga jatuh kejengkang dan pingsan seketika, sementara Klinthing Mimis segera melarikan diri di gelapnya hutan. Setelah menolong Pregiwati maka Lesmana diikat tangannya dan di seret ke Madukara. Sesampai di Madukara hampir saja Lesmana dikeroyok massa kalau tidak dicegah oleh Kapolsek.
Mendengar laporan klinthing Mimis bahwa Lesmana ditangkap dan dipenjarakan di Madukara segera saja Adipati Karna dan patih Sengkuni mengumpulkan bala Kurawa dibawah pimpinan Komandan Batalyon Dursasana untuk menyerbu Madukara dan membebaskan Lesmana. Dipinggir kampung Madukara pasukan Kurawa dihadang pasukan Amarta yang ditarik ke Madukara dibawah komando Werkudara alias Bima. Ketika pertempuran setengah berjalan dan korban mulai berjatuhan datanglah Prabu Kresna dari Dwarawati untuk menengahi dan menghentikan pertempuran. Prabu Kresna berpesan agar prabu Duryudono Raja Astina yang juga ayah kandung Lesmana untuk datang sendiri mengambil anaknya. Para prajurit Amarta protes keras terhadap kebijakan tersebut mengingat Pancawala meninggal secara mengenaskan, dan pembunuhnya harus diadili seadil-adilnya tanpa didampingi pengacara. Oleh Prabu Kresna disanggupi untuk menghidupkan kembali Pancawala dengan Bunga Cangkok Wijaya Kusuma.
Tubuh Pancawala yang terpotong-potong itu kemudian menjadi utuh kembali dan hidup seperti semula berkat kesaktian Bunga Wijaya Kusuma yang di ungkul kan di atas jenasah Pancawala. Tak lama kemudian datanglah Prabu Duryudono dan sambil meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan anaknya, meminta agar Lesmana boleh dibawa pulang ke Astina. Akhirnya Lesmana diperbolehkan dibawa pulang kembali ke Astina dengan syarat harus berjalan mundur. Andreas Hutomo. *Sumber: Pewayangan
Lesmana Mandrakumara putra Mahkota Kerajaan Astina yang berkantor di Sarojabinangun pagi itu kelihatan lesu. Matanya merah kurang tidur, rambutnya awut-awutan karena sering ditarik-tarik ketika hatinya kesal. Lesmana adalah sosok pemuda yang rada lenje setengah ndledek, suka bersolek. Wajahnya yang lonjong itu dibedaki pakai bedak dingin cap dua putri sehingga putih memplak, bibirnya dibengesi dengan lipensetip cap domble sampai merah seperti Drakula habis minum darah manusia. Alisnya dipoles dengan pensil 10B merek Gaber Gatel sehingga hitam njanges. Rambutnya yang gondrong diminyaki memakai pomade made in Hongkong sehingga lengket mengkilat. Bajunya selalu ngejreng meski tidak mecing dengan celananya. Kalau bajunya oranye mengkilat. celananya hijau tentara, kalau bajunya biru dongker celananya merah muda. Memakai kalung emas pluntiran 500 gram dengan liontin akik hijau lumut sebesar jengkol. Kalau berjalan tangan dan kakinya maju bareng sambil bersiul-siul sampai bibirnya nyoro tapi tidak keluar juga bunyinya.
Kala itu hatinya sedang galau memikirkan dirinya sendiri lantaran setiap kali naksir cewek selalu ditolak hingga cintanya bertepuk sebelah kaki. Setiap kali cintanya ditolak, kontan saja dia meraung sambil kakinya nggedrug-nggedrug tanah dan rambutnya dijambaki sendiri sehingga pas kepala bagian atas menjadi botak. Meski berkali-kali cintanya ditolak, tetapi pewaris tahta kerajaan Astinapura ini tak pernah merasa malu, karena urat malunya sudah putus kata orang.
Belakangan ini dia naksir gadis nan cantik jelita bernama Pregiwati putri Arjuna dari Madukara. Kembali cintanya ditolak mentah-mentah oleh Pregiwati yang ternyata telah dipersunting oleh saudara sepupunya sendiri putra Puntadewa bernama Raden Pancawala putra mahkota kerajaan Amarta. Kali ini rasa sakitnya terasa nyeri dan perih sekali di ulu hati sehingga nyaris tak bisa bernafas sehingga cengap-cengep seperti ikan mas koki kekurangan air.
Untuk membalaskan sakit hatinya itu terbersit dibenaknya untuk menghabisi saja nyawa Pancawala. Dengan ditemani ajudannya raksasa kerdil Klinthing Mimis, Lesmana segera menuju hutan Setra Gandamayit untuk meminta pertolongan Betari Durga agar bisa merebut Pregiwati dari tangan Pancawala suaminya.
Dengan nada merintih dan wajah memelas dia memohon kepada Betari Durga agar diberi sarana untuk mencapai cita-citanya itu. Betari Durga yang bergincu tebal dengan gigi dilapis emas tak tega melihat wajah Lesmana yang memelas itu sehingga diberikannya ajian Sirep Kubur yang konon sangat dahsyat akibatnya sehingga bisa membuat tidur lelap orang satu kampung.
Dengan modal ajian Sirep Kubur itu maka dengan langkah tegap dan mantap meski tetap saja tangan dan kaki berbareng maju, Lesmana didampingi Klinthing Mimis berjalan menuju Madukara tempat Pancawala dan Pregiwati sementara nunut honeyweek alias berminggu madu. Lewat tengah malam dengan menumpang KA Bengawan begitu sampai di stasiun Madukara segera saja Lesmana menerapkan ajian Sirep Kubur sehingga orang sekampung Madukara semua terlelap dalam mimpi. Bahkan Hansip yang bertugas jaga di sekitar kediaman Raden Arjuna tertidur lelap sambil berdiri menyender tiang sembari ngorok senggar-senggor.
Pancawala terlihat tertidur lelap kelelahan disamping Pregiwati yang tidur tanpa selimut. Segera diambilnya samurai yang dipinjam dari Yamamoto dan ditebasnya tubuh Pancawala berkali-kali dengan sadisnya tanpa sempat terbangun. Setelah Pancawala meninggal segera diangkatnya tubuh Pregiwati yang digulung memakai selimut lorek-lorek menuju pinggir kali. Diambilnya sebuah rakit dan Klinthing Mimis mengayuh dengan sekuat tenaga menuju seberang sungai dan hilang ditelan gelapnya malam.
Keesokan paginya kampung Madukara geger ketika didapatinya tubuh Pancawala terpotong menjadi beberapa bagian dan Pregiwati hilang tak tentu rimbanya. Kapolsek Madukara segera mengadakan penyelidikan di TKP dan berdasarkan bantuan landak pelacak yang penciumannya sangat tajam ditengarai Pregiwati dibawa oleh penculik menuju seberang sungai yang merupakan hutan lebat. Segera Kapolsek Madukara menghubungi Raden Gatutkaca lewat HT agar patroli di atas hutan Setra Gandamayit. Segera Raden Gatutkaca terbang rendah di atas pepohonan sambil menguatkan antene pendengarannya barangkali ada suara yang mencurigakan, karena hutan begitu lebat sulit ditembus pandangan mata. Setelah berkeliling beberapa lama sayup-sayup terdengar jeritan memilukan suara perempuan di tengah gelap dan senyapnya hutan yang angker itu.
Segera saja Gatutkaca menukik tajam ke arah suara yang mencurigakan dan betapa terkejutnya ketika dilihatnya Lesmana hendak memperkosa Pregiwati. Dengan kemarahan yang luar biasa ditempelengnya kepala Lesmana sehingga jatuh kejengkang dan pingsan seketika, sementara Klinthing Mimis segera melarikan diri di gelapnya hutan. Setelah menolong Pregiwati maka Lesmana diikat tangannya dan di seret ke Madukara. Sesampai di Madukara hampir saja Lesmana dikeroyok massa kalau tidak dicegah oleh Kapolsek.
Mendengar laporan klinthing Mimis bahwa Lesmana ditangkap dan dipenjarakan di Madukara segera saja Adipati Karna dan patih Sengkuni mengumpulkan bala Kurawa dibawah pimpinan Komandan Batalyon Dursasana untuk menyerbu Madukara dan membebaskan Lesmana. Dipinggir kampung Madukara pasukan Kurawa dihadang pasukan Amarta yang ditarik ke Madukara dibawah komando Werkudara alias Bima. Ketika pertempuran setengah berjalan dan korban mulai berjatuhan datanglah Prabu Kresna dari Dwarawati untuk menengahi dan menghentikan pertempuran. Prabu Kresna berpesan agar prabu Duryudono Raja Astina yang juga ayah kandung Lesmana untuk datang sendiri mengambil anaknya. Para prajurit Amarta protes keras terhadap kebijakan tersebut mengingat Pancawala meninggal secara mengenaskan, dan pembunuhnya harus diadili seadil-adilnya tanpa didampingi pengacara. Oleh Prabu Kresna disanggupi untuk menghidupkan kembali Pancawala dengan Bunga Cangkok Wijaya Kusuma.
Tubuh Pancawala yang terpotong-potong itu kemudian menjadi utuh kembali dan hidup seperti semula berkat kesaktian Bunga Wijaya Kusuma yang di ungkul kan di atas jenasah Pancawala. Tak lama kemudian datanglah Prabu Duryudono dan sambil meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan anaknya, meminta agar Lesmana boleh dibawa pulang ke Astina. Akhirnya Lesmana diperbolehkan dibawa pulang kembali ke Astina dengan syarat harus berjalan mundur. Andreas Hutomo. *Sumber: Pewayangan
Perpisahan Endro Setyawan
Pada tanggal 30 Juni di GSG bawah diadakan perpisahan salah satu staf kantor GKJ Nehemia Bapak Endro Setyawan yang setelah bertugas selama 12 tahun memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Purbalingga.
Seperti yang diketahui selama ini, bahwa Pak Endro tinggal sendiri di Jakarta, sementara istri dan anaknya tetap berada di Purbalingga, oleh karena itulah dengan kerinduan untuk berkumpul menjadi satu keluarga yang utuh, beliau memutuskan untuk kembali ke Purbalingga, dan dengan tidak disangka-sangka, memang berkat Tuhan selalu tepat pada waktunya, beliau juga diterima sebagai staf kantor GKI Purbalingga.
Selamat "menempuh hidup baru" Pak Endro, walaupun kawan-kawan sekerja di GKJ Nehemia sangat sedih dan merasa kehilangan sosok yang santun dan apa adanya ini, tapi kami akan selalu mendoakan dan mengharapkan beliau yang terbaik. Sisi baiknya yaa...kalau ke Purbalingga setidaknya kita punya tempat yang dituju...ALL THE BEST Pak Endro!
Seperti yang diketahui selama ini, bahwa Pak Endro tinggal sendiri di Jakarta, sementara istri dan anaknya tetap berada di Purbalingga, oleh karena itulah dengan kerinduan untuk berkumpul menjadi satu keluarga yang utuh, beliau memutuskan untuk kembali ke Purbalingga, dan dengan tidak disangka-sangka, memang berkat Tuhan selalu tepat pada waktunya, beliau juga diterima sebagai staf kantor GKI Purbalingga.
Selamat "menempuh hidup baru" Pak Endro, walaupun kawan-kawan sekerja di GKJ Nehemia sangat sedih dan merasa kehilangan sosok yang santun dan apa adanya ini, tapi kami akan selalu mendoakan dan mengharapkan beliau yang terbaik. Sisi baiknya yaa...kalau ke Purbalingga setidaknya kita punya tempat yang dituju...ALL THE BEST Pak Endro!
Bersaksi Melalui Nyanyian
Nyanyian/Pujian adalah merupakan ekspresi jiwa. Nyanyian/Puji-pujian musik dalam lbadah juga bukan sekedar pelengkap lbadah, tetapi bentuk khotbah yang bisa menyentuh, memudahkan jemaat memahami Firman Tuhan. Sudah seharusnya cara membawakannya juga disertai iman dan perasaan yang sungguh-sungguh. Begitu juga memuliakan Tuhan tidak hanya sekedar memuji/menyanyi atau melakukan hal-hal yang baik saja yang terpenting bisa memberikan hidup kita untuk bersedia/mau melayani Dia dan juga segala yang kita miliki bisa dipakai sebagai sarana dalam memuliakan Tuhan.
Musik dalam ibadah itu penting demi pertumbuhan iman jemaat, musik adalah ciptaan dan karunia Tuhan. Tokoh reformasi gereja juga tokoh musik gereja (abad 16), Martin Luther menyatakan bahwa musik gereja merupakan satu-satunya seni sorgawi yang diberikan kepada dunia, dan satu-satunya seni di dunia yang akan kita bawa ke Sorga. “Musik dan Nyanyian” pujian memiliki Visi + Misi yang jelas, terdapat dalam Amanat Agung (Matius 28; 18-20, Kolose 3: 16 = P3 (Pendidikan, Persekutan, lbadah).
• Kita bisa Bersaksi melalui Puji-pujian bagi orang lain. Disamping itu tempat bekerja kita adalah tempat lbadah kita, kita bisa menjadi "Garam dan Pelita".
• Kita Dipersekutukan dalam satu Persekutuan yang akrab
Melalui nyanyian-nyanyian/puji-pujian yang kita bawakan ditujukan kepada roh-roh manusia agar mau bertobat. Juga memberitakan Injil/kabar keselamatan kepada siapa saja. Kita telah diperlengkapi dengan Kuasa Roh Kudus. Kita harus bisa hidup Kudus, bisa jadi rekan sekerja Allah, kita bisa menyanyi, melantumkan puji-pujian sesuai tuntunan Roh Kudus. Nyanyian/Puji-pujian bisa merupakan ekspresi iman kita, sekaligus menegakkan komitmen kita untuk penyerahan diri sepenuhnya kedalam tangan pimpinanNya, kita bisa menyanyi, melantunkan puji-pujian sesuai Tuntunan Roh Kudus.
“KITA NYANYIKAN APA YANG KITA HAYATI, DAN KITA HAYATI APA YANG KITA NYANYIKAN" kita bisa bersaksi dan menjadi saksi keduanya penting dan saling mendukung.
Demikianlah secara singkat kami sampaikan Pelayanan kami melalui Ceramah/Sharing di GKJ WATES Yogyakarta tanggal 18 Juni yang Baru lalu. Dihadiri ± 50 orang jemaat/majelis hampir semuanya usia indah (adiyuswo). Tidak ketinggalan 2 orang pendeta GKJ Wates, Pdt Martinus dan Pdt. Adika (dua-duanya masih muda usia) hadir dari awal hingga akhir acara. Diselingi Puji-pujian kepada Tuhan, diiringi musik orgen dimainkan oleh Bpk. Dwi Puji, majelis setempat, sehingga acara berlangsung cukup meriah. Doa pembukaan oleh Pdt. Martinus dan ditutup dengan doa oleh Pdt. Adika. Seluruh Jemaat yang hadir sangat mengharapkan agar acara/persekutuan Indah seperti ini bisa dilaksanakan lagi. Tuhan Memberkati. Yanti Dharmono.
Musik dalam ibadah itu penting demi pertumbuhan iman jemaat, musik adalah ciptaan dan karunia Tuhan. Tokoh reformasi gereja juga tokoh musik gereja (abad 16), Martin Luther menyatakan bahwa musik gereja merupakan satu-satunya seni sorgawi yang diberikan kepada dunia, dan satu-satunya seni di dunia yang akan kita bawa ke Sorga. “Musik dan Nyanyian” pujian memiliki Visi + Misi yang jelas, terdapat dalam Amanat Agung (Matius 28; 18-20, Kolose 3: 16 = P3 (Pendidikan, Persekutan, lbadah).
• Kita bisa Bersaksi melalui Puji-pujian bagi orang lain. Disamping itu tempat bekerja kita adalah tempat lbadah kita, kita bisa menjadi "Garam dan Pelita".
• Kita Dipersekutukan dalam satu Persekutuan yang akrab
Melalui nyanyian-nyanyian/puji-pujian yang kita bawakan ditujukan kepada roh-roh manusia agar mau bertobat. Juga memberitakan Injil/kabar keselamatan kepada siapa saja. Kita telah diperlengkapi dengan Kuasa Roh Kudus. Kita harus bisa hidup Kudus, bisa jadi rekan sekerja Allah, kita bisa menyanyi, melantumkan puji-pujian sesuai tuntunan Roh Kudus. Nyanyian/Puji-pujian bisa merupakan ekspresi iman kita, sekaligus menegakkan komitmen kita untuk penyerahan diri sepenuhnya kedalam tangan pimpinanNya, kita bisa menyanyi, melantunkan puji-pujian sesuai Tuntunan Roh Kudus.
“KITA NYANYIKAN APA YANG KITA HAYATI, DAN KITA HAYATI APA YANG KITA NYANYIKAN" kita bisa bersaksi dan menjadi saksi keduanya penting dan saling mendukung.
Demikianlah secara singkat kami sampaikan Pelayanan kami melalui Ceramah/Sharing di GKJ WATES Yogyakarta tanggal 18 Juni yang Baru lalu. Dihadiri ± 50 orang jemaat/majelis hampir semuanya usia indah (adiyuswo). Tidak ketinggalan 2 orang pendeta GKJ Wates, Pdt Martinus dan Pdt. Adika (dua-duanya masih muda usia) hadir dari awal hingga akhir acara. Diselingi Puji-pujian kepada Tuhan, diiringi musik orgen dimainkan oleh Bpk. Dwi Puji, majelis setempat, sehingga acara berlangsung cukup meriah. Doa pembukaan oleh Pdt. Martinus dan ditutup dengan doa oleh Pdt. Adika. Seluruh Jemaat yang hadir sangat mengharapkan agar acara/persekutuan Indah seperti ini bisa dilaksanakan lagi. Tuhan Memberkati. Yanti Dharmono.
Gerakan Doa 3 Menit
Di kawasan CIBUBUR dan di ruang Sudirman Taman Bunga Wiladatika Komisi Pemahaman Alkitab telah melaksanakan Sebuah Retreat Doa bersama Anggota Jemaat GKJ Nehemia pada hari Sabtu, tanggal 10 Juni 2015. Dalam pertemuan tersebut telah hadir 94 orang peserta termasuk dua orang pendeta kita dan panitia sendiri. Sebahagian peserta berkumpul di gereja pada pukul 7.30 dan berangkat ke Cibubur pada pukul 8.00 pagi dengan didahului doa oleh Bapak Supardi. Beberapa anggota panitia langsung ke Cibubur untuk mempersiapkan dekorasinya, bahkan pak Pendeta Lusindo YL Tobing pun sudah berada di dalam mobil menunggu kedatangan rombongan.
Sesi dimulai pada pukul 9.15 dan didahului dengan doa oleh Penetua bapak Mardji eks Majelis Pendamping Kompa dari wilayah Pasar Minggu. Rupanya Retreat itu sangat menarik bagi para peserta karena banyak hal baru yang mereka terima. Dan dalam setiap sesion selalu diselingi acara yang menyegarkan dan menggiatkan para paserta karena dibawakan secara menarik penuh keceriaan dan bahkan humor juga, peserta diajak bernyanyi dan bermain untuk menghilangkan rasa capai dan kebosanan, dan itu berhasil dilakukan oleh mas Hermas. Ada 3 (tiga) sesi, 1 Sesi "Doa Dengan Iman" oleh Bapak Pdt. Samuel Bambang Haryanto, kemudian disusul dalam sesi kedua oleh bapak Pdt Lusindo YL Tobing, dengan tema "DOA dengan Sungguh hati. Setelah diseling dengan makan siang, sesi selanjutnya dibawakan oleh bapak Didik Rohadi. Di luar, saat kami mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut istirahat datang beberapa kali rombongan kepolisian. mereka hanya bertanya tanya tentang pertemuan ini tentang apa, dan dari Gereja mana, berapa orang yang hadir dlsb.
Kemudian datang rombongan lain lagi yang didampingi oleh komandannya barangkali nampak salah satu perwiranya memotret ke dalam ruangan, namun kami tidak bereaksi apa-apa, karena kemudian ada beberapa tokoh militer dan kepolisian yang menjadi peserta retreat menemui mereka dan akhirnya semua dapat diselesaikan. Karena kehadiran para ponggawa Kepolisian yang tak kami undang tadi bapak Prijadji sampai lupa membayar gedung pertemuan tempat kami menyelenggarakan retreat GERADO3 Menit.
Pada dasarnya peserta bergairah dalam mengikuti retreat tersbut, mereka malah meminta agar pengetahuan yang mereka dapatkan dalam pertemuan ini dapat disebarkan kepada seluruh anggota Jemaat, bahkan kalau memungkinkan disebarluaskan di antara Gereja-gereja Kristen Jawa yang ada. Panitia membagikan buku kepada peserta yang ada hubungannya dengan masalah Doa dari bapak Pramono dan dibagikan pula selipan Alkitab yang esok harinya dibagikan kepada Jemaat yang hadir pada Minggu paginya. Pertemuan ditutup dengan kesan dan pesan dari para peserta yang sangat positif bagi perkembangan serta bekal pengetahuan anggota jemaat nantinya, sekitar pukul 16.00 pertemuan diakhiri dan kami pun pulang kerumah masing-masing. Danardana.
Sesi dimulai pada pukul 9.15 dan didahului dengan doa oleh Penetua bapak Mardji eks Majelis Pendamping Kompa dari wilayah Pasar Minggu. Rupanya Retreat itu sangat menarik bagi para peserta karena banyak hal baru yang mereka terima. Dan dalam setiap sesion selalu diselingi acara yang menyegarkan dan menggiatkan para paserta karena dibawakan secara menarik penuh keceriaan dan bahkan humor juga, peserta diajak bernyanyi dan bermain untuk menghilangkan rasa capai dan kebosanan, dan itu berhasil dilakukan oleh mas Hermas. Ada 3 (tiga) sesi, 1 Sesi "Doa Dengan Iman" oleh Bapak Pdt. Samuel Bambang Haryanto, kemudian disusul dalam sesi kedua oleh bapak Pdt Lusindo YL Tobing, dengan tema "DOA dengan Sungguh hati. Setelah diseling dengan makan siang, sesi selanjutnya dibawakan oleh bapak Didik Rohadi. Di luar, saat kami mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut istirahat datang beberapa kali rombongan kepolisian. mereka hanya bertanya tanya tentang pertemuan ini tentang apa, dan dari Gereja mana, berapa orang yang hadir dlsb.
Kemudian datang rombongan lain lagi yang didampingi oleh komandannya barangkali nampak salah satu perwiranya memotret ke dalam ruangan, namun kami tidak bereaksi apa-apa, karena kemudian ada beberapa tokoh militer dan kepolisian yang menjadi peserta retreat menemui mereka dan akhirnya semua dapat diselesaikan. Karena kehadiran para ponggawa Kepolisian yang tak kami undang tadi bapak Prijadji sampai lupa membayar gedung pertemuan tempat kami menyelenggarakan retreat GERADO3 Menit.
Pada dasarnya peserta bergairah dalam mengikuti retreat tersbut, mereka malah meminta agar pengetahuan yang mereka dapatkan dalam pertemuan ini dapat disebarkan kepada seluruh anggota Jemaat, bahkan kalau memungkinkan disebarluaskan di antara Gereja-gereja Kristen Jawa yang ada. Panitia membagikan buku kepada peserta yang ada hubungannya dengan masalah Doa dari bapak Pramono dan dibagikan pula selipan Alkitab yang esok harinya dibagikan kepada Jemaat yang hadir pada Minggu paginya. Pertemuan ditutup dengan kesan dan pesan dari para peserta yang sangat positif bagi perkembangan serta bekal pengetahuan anggota jemaat nantinya, sekitar pukul 16.00 pertemuan diakhiri dan kami pun pulang kerumah masing-masing. Danardana.