Mau Menjadi Murid Yesus Selamanya
Tujuan pendidikan, menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia. Yang penting dari sisi jemaaat adalah ‘apakah jemaat bersedia untuk menerima pendidikan dalam rangka meningkatkan keimanan kristianinya?.’ Atau ‘apakah kita bersedia dan berkerinduan untuk menjadi murid Yesus"?
Bagi lingkungan jemaat gereja, maka tujuan pendidikan yang sesuai (merujuk pada UU No. 320 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional) adalah: Menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Banyak tujuan lain yang digariskan oleh undang-undang tersebut.
Dan sukses program pendidikan pada lingkungan gereja sangat tergantung pada paling tidak tiga faktor, yakni :
1. Faktor peserta, dalam hal ini sikap warga jemaat,
2. Faktor fasilitator pendidikan, dalam hal ini Pendeta,KSP3J serta komisi-komisi lain yang terkait dengan tugas mendidik warga (Komisi PA, Komisi-komisi kategorial).
3. Iklim pendidikan yang diciptakan oleh organisasi/gereja
Tulisan ini mencoba mengetengahkan ketiga hal tersebut.
Warga jemaat Gereja adalah bagian dari masyarakat luas yang terdiri dari lapisan usia muda sampai dengan adiyuswa. Karenanya tipe pendidikan dalam lingkup jemaat dapat diidentifikasi sebagai : pendidikan luar sekolah, pendidikan masyarakat dan pendidikan bagi orang dewasa, serta pendidikan nonformal. Pendidikan luar sekolah (out of school education), dimaksudkan sebagai semua kegiatan pendidikan yang sengaja atau tidak, dirancang atau tidak, diorganisasikan atau tidak, yang berlangsung di luar sekolah dan universitas. Pendidikan orang dewasa dan non formal tidak perlu (meskipun boleh) dilakukan dalam kelas sebagaimana pendidikan formal. Orang dewasa lebih mengetahui kebutuhannya dan cara untuk memenuhi kebutuhan dalam mengatasi kekurangtahuannya. Karena itu memerlukan cara pendekatan yang berbeda.
Pendidikan bagi orang dewasa (andragogi) mempunyai sifat yang berbeda dengan pendidikan bagi anak-anak (pedagogi), sehingga memerlukan perlakuan yang berbeda pula. Proses belajar orang dewasa bersifat sebagai transformasi , yaitu mengubah (modifying), mempelajari kembali (relearning),memperbaharui (up dating), dan mengganti (replacing). Sementara untuk anak-anak mempunyai sifat, pembentukan, perolehan (acquiring), pengumpulan (accumulating), penemuan (discovering), dan pemaduan (integrating) pengetahuan, skills, strategi, dan nilai-nilai.
Di dalam proses pendidikan/pelatihan, orang dewasa menginginkan insentif berupa ganjaran atau pujian dalam tingkah laku belajarnya. Apa yang dipelajari harus memberikan kepuasan sebagai suatu tindakan, harus betul-betul menarik, bermakna serta bermanfaat bagi kehidupannya. Hal tsb didasarkan pada pertimbangan bahwa orang dewasa umumnya telah berhadapan langsung dengan masalah dan kebutuhan hidup yang berbeda tentunya dengan anak-anak. Oleh karena itu secara teknis, pendidikan jemaat yang dilaksanakan perlu mengacu pada tiga tipe pendidikan tersebut.
Konsep dasar pendidikan non formal
Konsep merupakan pandangan dasar mengapa suatu pendidikan perlu dilakukan.
1. Pendidikan dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk mengubah dirinya ataupun orang lain selama ia hidup.
2. Kebutuhan belajar minimum yang esensial (minimum essential learning needs). Yang dimaksud dengan kebutuhan belajar, adalah sesuatu yang harus diketahui dan dapat dikerjakan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.
3. Proses pertumbuhan manusia dalam masyarakat transisi memerlukan pendidikan guna pertumbuhan individu secara efektif.
Pendidikan luar sekolah maupun non formal, dirancang untuk mendorong pengembangan masyarakat (dhi. jemaat). Masyarakat pada hakikatnya selalu berubah. Perubahan dapat dirancang dan dapat direncanakan melalui pendidikan, karena pendidikan adalah suatu upaya untuk menimbulkan perubahan kepada individu atau sekelompok individu yang disebut masyarakat.
Forum Pendidikan
Secara organisasi maka Komisi Studi, Perencanaan, Pembinaan, dan Pengembangan, atau KSP3J mempunyai tugas mendesain program pendidikan bagi jemaat GKJ Nehemia, tanpa meninggalkan peran komisi-komisi lain yang bersifat kategorial dan pembinaan warga yang juga bertanggungjawab dalam lingkup tugas pelayanannya.
Tugas manajemen pendidikan antara lain mengintegrasikan sumber-sumber pendidikan dan memanfaatkannya seoptimal mungkin. Sumber-sumber pendidikan bisa datang dari dalam GKJ Nehemia sendiri, maupun dari luar, misalnya dari STT Jakarta, Sinode GKJ, Klasis GKJ Jakarta Bagian Barat, Perguruan Tinggi, Gereja-gereja lain, serta Pakar-pakar yang kompeten.
Pendidikan bagi jemaat sebenarnya telah dilakukan GKJ Nehemia melalui berbagai forum, yakni:
· Kotbah pada kebaktian-kebaktian.
· Kegiatan Pemahaman Alkitab baik di komisi-komisi maupun wilayah-wilayah pelayanan.
· Kebaktian keluarga.
· Seminar, sarasehan dsb.
· Percakapan pastoral
· Konsultasi pribadi.
Semua forum diatas adalah mekanisme untuk terselenggaranya pendidikan bagi jemaat secara layak dan dibenarkan oleh GKJ. Jadi kita sebenarnya mengalami proses belajar setiap saat dan sepanjang hidup.
Faktor Fasilitator
Keberhasilan program pendidikan luar sekolah sangat tergantung pada Fasilitator (pengajar, penceramah, penyaji materi). Ada beberapa hal penting yang harus dimiliki oleh fasilitator:
1. Kecakapan menciptakan hubungan yang hangat, saling menghargai, dan memberikan kemudahan bagi peserta didik.
2. Kecakapan menciptakan suasana fisik maupun psikologis yang nyaman, interaktif, kolaboratif, dan saling percaya.
3. Mengetahui rasional dalam memilih berbagai macam bahan, metode, dan teknis untuk mencapai tujuan pendidikan.
4. Terampil dalam menyajikan bahan , metode, dan teknik, serta menemukan teknik yang sesuai dengan situasi baru.
5. Kecakapan dalam melibatkan peserta didik secara memadai dalam kegiatan belajar.
Dari Sisi Jemaat
Yang penting dari sisi jemaaat adalah ‘apakah jemaat bersedia untuk menerima pendidikan dalam rangka meningkatkan keimanan kristianinya?'.
Pertanyaan diatas secara lebih tegas dapat dinyatakan dengan ‘ apakah kita bersedia dan berkerinduan untuk menjadi murid Yesus?’
Yesus Kristus adalah guru agung, dan kita adalah murid-murid-Nya.
Apa itu seorang murid? Menurut New Bible Dictionary seorang murid ialah, pada dasarnya, murid seorang guru.Seorang murid kristiani, logikanya, adalah murid Yesus.Dalam kitab Injil istilah ini diberikan bagi “semua orang yang merespons pengajaran-Nya”. Murid bukanlah mereka yang pergi ke setiap penelaahan Alkitab (meskipun ini perlu), tidak pernah marah dan selalu memiliki perilaku mental yang positif. Murid-murid bukanlah mereka yang tetap tidak ternoda oleh dunia karena tidak pernah terlibat di dalamnya. Bukan, murid-murid adalah mereka yang mendengar pengajaran Yesus dan menaatinya. Mengapa demikian?
Kita hidup di dalam dunia. Kita bersenggolan dengan orang-orang berdosa. Kita membuka mata dan telinga kita lebar-lebar, mencari cara memakai tangan, kaki dan hati kita untuk menunjukkan kepada mereka bahwa kita benar-benar mengasihi mereka. Fasilitator dalam pendidikan jemaat hanyalah orang yang meneruskan apa yang dikehendaki Tuhan Yesus. Guru agung kita adalah Tuhan Yesus sendiri.
Kesediaan untuk menjadi murid Yesus inilah yang seharusnya menjadi motif utama bagi peserta pendidikan jemaat.
Karena kita murid-murid Yesus, maka materi ajaran bagi jemaat mengarah pada:
· Pemahaman tentang: Menjadi seorang murid adalah mengikuti Yesus ke dalam pengalaman hidup-Nya. Yesus menderita. Merasakan penderitaan Juruselamat kita berkaitan dengan berbagi dalam kemuliaan-Nya.
· Mengikuti Yesus berarti mengenal apa yang telah dikenal-Nya, merasakan apa yang telah dirasakan-Nya. Yesus mengenal rasa sakit. Yesus tahu bagaimana rasanya ditinggalkan
· Pemuridan berarti menjadi dikenal oleh Yesus. Mengenal Yesus dengan baik membuat kita melakukan apa yang akan Dia lakukan, mendengar dengan hati-Nya, merasakan keprihatinan-Nya serta bergabung dalam karya-Nya di dunia. Mengasihi sesama dengan hati-Nya.
· Pemuridan berarti mengikuti Yesus, meletakkan diri kita sendiri pada tempat-Nya dan mengalami apa yang telah Dia alami. Kita belajar percaya kepada Tuhan yang telah kita kenal dalam terang ketika sekeliling kita adalah kegelapan.
· Menyadari bahwa umat Allah tidak imun terhadap penderitaan.
· Meskipun mengikut Yesus membawa penderitaan, tidak ada rumus untuk mati dalam Kristus.
Lalu apa ukuran bahwa warga jemaat mau menjadi murid Yesus?
Ukuran bahwa warga jemaat mempunyai minat yang besar di dalam pendidikan jemaat adalah apabila dengan serta-merta banyak warga yang mendaftarkan diri sebagai peserta pendidikan/ pelatihan, cukup dengan pengumuman yang wajar-wajar saja (tanpa perlu didorong-dorong) dari penyelenggara pendidikan. Pengumuman pendidikan/pelatihan cukup ditampilkan dalam warta jemaat, atau multi media, atau banner, dan itu saja sudah mampu mendorong banyaknya peserta pendiddikan/pelatihan.
Iklim organisasi yang mendukung
Organisasi (dhi. Gereja yang direpresentasikan oleh majelis jemaat) mempunyai peran yang sangat penting bagi terlaksananya program pendidikan jemaat yang efektif dan berhasil. Kegiatan pendidikan membutuhkan support penuh dari seluruh anggota majelis jemaat. Dengan support penuh tersebut, maka pengalokasian waktu untuk pendidikan,penyediaan anggaran untuk pendidikan jemaat, penyediaan fasilitas pendidikan, serta pengerahan massa warga untuk mengikuti pendidikan,akan menjadi lebih mudah. Manajemen gereja sangat perlu untuk dapat menciptakan dan memelihara iklim bahwa pendidikan/pelatihan diperlukan sepanjang hayat dengan intensitas yang tinggi.
Mengingat cakupan pendidikan nonformal tidak hanya orang dewasa, tetapi mulai dari kanak-kanak sampai lansia, maka menjadi tugas gereja dan majelis untuk mendorong kegiatan pendidikan ini, agar peran penting pendidikan nonformal berikut ini dapat direalisasi:
1. Sebagai persiapan memasuki dunia sekolah.
2. Sebagai suplemen atau tambahan pelajaran karena mata pelajaran yang disajikan di sekolah terbatas.
3. Sebagai komplemen atau pelengkap karena kecakapan tertentu yang dipandang tetap perlu namun tidak diajarkan di sekolah.
Harapan
Melalui tema ‘Pendidikan Jemaat’ ini kiranya dapat menjadi pendorong bagi warga jemaat untuk lebih antusias mengikuti kegiatan-kegiatan pelatihan ( seminar, sarasehan, workshop, dll) yang diselenggarakan oleh komisi apapun dalam lingkup GKJ Nehemia, tanpa perlu dimotivasi dengan cara-cara yang berlebihan. Perubahan menuju kemajuan hanya dapat dicapai melalui pendidikan yang serius. Semoga. Dari beberapa sumber. Depok, 10 Juni 2015. Munari.
Pendidikan Seumur Hidup
“Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya.” (Ams 3 : 11)
Sepanjang hidup kita senantiasa memperoleh pendidikan baik secara formal atau non formal bahkan paling utama adalah didikan TUHAN melalui firmanNya. Pendidikan itu menyatu dengan hidup kita. Sejak dalam kandungan, lahir, bertumbuh dan berkembang hingga mengarungi masa dewasa sampai usia lanjut didikan TUHAN berlangsung secara berkesinambungan. Dalam kehidupan nyata bermasyarakat, berbangsa, bernegara TUHAN senantiasa menyatakan kuasaNya, tetapi kuasa kejahatan sering lebih dominan kenyataannya. Bagi orang beriman secercah kuasaNya jauh lebih bermanfat dari pada gaung yang menggema atas pengaruh tipu daya yang menyesatkan.
Atas dasar latar belakang di atas maka pendidikan seumur hidup dibahas dalam tulisan ini dengan diawali dengan pengalaman nyata bahwa orang beriman bisa jadi korban kejahatan hipnotis, penciptaan manusia demi kebahagiannnya, panggilan Tuhan kepada berbagai profesi, pendidikan Tuhan di masa usia produktif, pendidikan di masa usia lanjut dan pendidikan untuk hidup kekal. Kritik dan saran yang membangun sangat dinantikan demi kelengkapan materi pembahasan.
ORANG BERIMAN BISA JADI KORBAN KEJAHATAN HIPNOTIS (kisah nyata)
Seorang ibu beriman sedang mengamati buku bacaan di sebuah toko buku, tiba-tiba ditepuk seseorang dengan bahasa yang sangat santun mengajak bekerja sama dalam bisnis jam mewah dengan keuntungan besar, dan memerlukan dana awal untuk kegiatannya. Ibu itu menjawab tidak memiliki dana yang diperlukan, dijawab tidak apa-apa, tetapi bisa dibantu dengan dana yang tidak perlu cash, ibu itu menjawab dana saya berupa deposito dan belum jatuh tempo, dijawab itu cukup untuk melaksanakan bisnis ini. Ibu dan orang tersebut menuju kantor bank untuk mengawali bisnisnya, dalam perjalanan ditunjukkan contoh jam mewah yang akan jadi bahan pengembangan dagangnya, dan akan diserahkan kalau ibu mencairkan deposito.
Setibanya di kantor bank ibu minta kepada pegawai bank akan mencairkan deposito, dijawab belum jatuh tempo jadi kalau dicairkan akan terkena potongan yang merugikan, dijawab tidak apa-apa asal bisa cair. Sambil menunggu pencairan, ibu makan di suatu kantin dengan diawali dan diakhiri doa makan seperti layaknya doa orang beriman. Setelah dana cair maka jam diserahkan dan dana ratusan juta berpindah ke tangan orang tersebut. Karena ini baru awal bisnis, maka jam-jam mewah selanjutnya akan dikirim ke alamat ibu, sehingga orang tersebut perlu mengantar ke rumah ibu agar pengiriman yang akan datang lancar. Setibanya di rumah alamat dicatat dan ibu turun, dengan janji pengiriman selanjutnya akan segera secepatnya dilaksanakan. Setelah sore suaminya datang dan ibu tersebut bercerita bahwa dia sedang berbisnis jam mewah dan menunjukkan contohnya, jam-jam mewah selanjutnya akan segera dikirimkannya, barulah suami menyatakan bahwa ibu telah ditipu orang dan meskipun ibu tersebut sempat berdoa tetapi kejahatan tetap menimpa ibu tersebut.
Banyak contoh kejahatan hipnotis lain, kejahatan dengan hadiah yang menggiurkan, Kejahatan di anjungan tunai mandiri /ATM, kejahatan di dunia maya, kejahatan yang melibatkan sindikat dan menggunakan KTP palsu, kejahatan proyek fiktif dan lain-lain, itu semua juga bisa menimpa kepada orang beriman, sehingga kita perlu waspada dan hati serta pikiran kita tidak boleh terlena, harus fokus, kuasa Tuhan tidak pernah absen dalam menyertai langkah hidup kita. Itu semua adalah bagian dari pendidikan seumur hidup.
PENCIPTAAN ALAM DEMI KEBAHAGIAAN KITA
“Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik.” (Kej 1 : 31)
Konsep awal penciptaan alam dan manusia untuk mendiami taman Eden tetapi karena dosa manusia sehingga dengan bersusah payah manusia mencari rezeki. Allah yang penuh kasih melimpahkan kuasaNya melalui para nabi untuk mengembalikan manusia kembali taat kepadaNya. Manusia berusaha mencapai kebahagiaan dengan pengembangan melalui segala bidang dan pencapaian kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak perlu dianggap suatu ilah baru, tetapi justru mencari kebijaksanaan Tuhan.
Dampak negatif dengan adanya kejahatan tidak mungkin dihindari sepanjang zaman, tetapi bagi orang beriman ada pendidikan primer melalui Alkitab yang dilaksanakan melaui persekutuan jemaat. Bahkan kepada kita diberikan pengutusan agar segala bangsa menjadi murid Tuhan, implementasi pengutusan akan sesuai dengan panggilan dan talenta kita masing-masing, kita berdoa kiranya melalui kuasa Tuhan nyata dalam kehidupan secara menyeluruh sehingga kemuliaanNya nampak di segala bidang. Saat ini merupkan proses pembangunan Kerajaan Allah, kita terpanggil menjadi teman sekerjaNya baik dalam kehidupan berjemaat muapun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi kebahagiaan kita.
PANGGILAN TUHAN BAGI BERBAGAI PROFESI
Sejarah telah membuktikan bahwa pendiidkan berdasarkan Firman Tuhan menjadi bagian minoritas dalam seluruh aspek kehidupan, tetapi ternyata nilai-nilai keimanan tetap bisa terpancar dalam kebijaksanaan makro secara umum bahkan secara khusus tersirat terjadi di negara kita, meskipun masih terdapat kendala yang cukup berarti dan ini merupakan tantangan bagi berbagai profesi untuk merealisasikan panggilan Tuhan.
Secara jelas terlihat kendala pembangunan rumah ibadah, terhambatnya karier orang beriman, kebenaran sering tersisihkan karena dinyatakan dari pihak minoritas, dikotomi sangat dominan dalam kriteria pemilihan pimpinan, dalam kebijaksanaan kehidupan sering mayoritas lebih diutamakan, bahkan yang lebih kuat dengan mudah mengalahkan yang lemah.
Kuasa Tuhan akan nyata dalam suatu kebenaran sehingga kita terpanggil untuk menyuarakan, memperjuangkan, mengimplementasiakan, dan membela serta bersedia berkorban demi suatu kebenaran. Resiko banyak ditanggung oleh pendahulu-pendahulu kita bahkan banyak yang menjadi martir demi memperjuangkan kebenaran. Kita berada di berbagai profesi, bersediakah kita mendengar dan mentaati panggilanNya?
PENDIDIKAN DI USIA PRODUKTIF
Usia produktif sebenarnya tergantung dari hasil karya kita, tetapi pada umumnya pendapat mengatakan bahwa usia produktif berarti usia sebelum pensiun. Sebenarnya pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar karena banyak orang di atas usia pensiun masih produktif seperti Ratu Ellisabeth, Ronald Reagan, Bunda Theresia, Einstein, Picasso, Ben Franklin, Winston Churchill, John Wesley masih berkhotbah dengan semangat tinggi pada usia 88 tahun dan Frank Loyd Wright arsitek yang meciptakan karya terbaiknya pada usia 86 tahun.
Karena yang ada adalah kelelahan fisik dan kelelahan mental dan otak manusia tidak pernah menjadi lelah. Secara struktur otak manusia tidak sama organ yang lain. Otak manusia memiliki sistem regulasi yang paling istimewa dengan tingkat energi paling tinggi. Kelelahan fisik dan mental karena kebosanan, kejenuhan dan hilangnya suatu minat, jadi otak tidak pernah mngalami kelelahan seumur hidup.Otak manusia terus berkembang jika terus digunakan.
Pikiran bawah sadar
Adalah pikiran yang secara potensial memiliki kemampuan dan kekuatan super yang mengakumulasikan seluruh kecerdasan esensial, sanggup mengakses seluruh informasi dan data yang ada di dalam memori otak kita, lebih dari apa yang dapat dilakukan oleh pikiran sadar. Secara umum pikiran bawah sadar merupakan manifestasi kecerdasan otak yang dikendalikan oleh kecerdasan esensial yang bersifat melampaui logika dan dapat bekerja di luar kendali pikiran sadar.
Pikiran sadar
Walaupun pikiran sadar memiliki kemampuan yang fantastis luar biasa tetapi sangat terbatas karena adanya mental blok yang dimiliki seseorang sehingga mempengaruhi kecerdasan otak kita. Yang dimaksud mental blok adalah kurang percaya diri, kurangnya keberanian, intelektual yang rendah, pengetahuan yang minim, kontrol emosi yang tidak stabil, tekanan lingkungan yang tidak kondusif, pengaruh budaya, pengaruh kesehatan, pengaruh mental dan sifat bawaan yang tidak mendukung seperti : pemalu, pendiam serta pengaruh kebiasaan
Pikiran tidak sadar
Adalah pikiran yang tidak terkendali secara sadar, di mana fungsi kognitif telah dikuasai sepenuhnya oleh emosi. Pikiran tidak sadar bukan menunjuk kepada kegiatan berpikir seseorang tetapi menunjuk kepada suatu tindakan yang dilakukan tanpa berpikir secara sadar.
Pendidikan di usia produktif
Dari pendidikan secara formal dan non formal, pengalaman kerja dan pergaulan, pengalaman kehidupan secara jasmani dan rohani, penyakit, susah senang, pahit getir, suka dan duka, dan sebagainya merupakan pendidikan yang sangat berharga bagi kita.
PENDIDIKAN DI USIA LANJUT
Di usia lanjut boleh dikatakan telah banyak pengalaman sehingga akan lebih bijaksana, lebih sabar bahkan lebih dekat kepada Yang Maha Kuasa, tetapi di usia lanjut perlu disadari akan timbulnya penyakit degeneratif / penyakit yang timbul seiring bertambahnya usia, hal itu tidak bisa dihindari tetaoi bisa diperlambat kehadirannya.
Mempelambat hadirnya penyakit degeneratif
Pola hidup sehat
Berpikir positif, tidur / istirahat cukup, makan bernutrisi / empat sehat lima sempurna, berolah raga teratur sesuai dengan usia, kontrol kesehatan dengan medical check up sesuai anjuran dokter, kenali kekuatan dan kelemahan tubuh kita, hindari alergi dan pantangan makanan /minuman/ obat yang ditolak tubuh kita, mengurangi / menghindari bahan makanan dengan bahan pengawet, pewarna yg berlebihan, penyedap rasa, alkohol dan tidak merokok, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan senantiasa berdoa, membaca Firman Tuhan, beribadah dan memiliki komunitas jasmani dan rohani terutama dalam persekutuan jemaat.
Bila penyakit degeneratif telah ada
Berdoa dan berusaha agar penyakit yang ada tidak semakin parah, perlu kasih sayang dari keluarga serta terapi terutama dari ahli rehabitasi medik, teratur minum obat sesuai anjuran dokter, serta jemaat tidak henti mendoakannya.
PENDIDIKAN UNTUK HIDUP KEKAL
Hidup untuk, dengan dan dari pengharapan
Orang beriman hidup untuk, dengan dari masa depan bukan dari idealisme, kebajikan dan kekuatan manusia tetapi mengharapkan masa depan yang diwujudkan dan dibangunkan oleh Yesus Kristus oleh kekuatanNya, oleh FirmnNya, oleh RohNya, terutama dalam karya penyelamatan secara sempurna dalam penebusan di atas kayu salib di Golgota.
Hidup kekal sekarang ini juga
Alkitab menegaskan bahwa hidup adalah persekutuan yang kekal dengan Allah, hidup adalah bebas dan terlepas dari kekuasaan kebinasaan, hidup adalah menerima kasih dan kehendak Allah untuk selama-lamanya, Hidup serupa itu hanya ada pada Yesus, Dan sekarang ini juga Ia mau memberikan hidup itu kepada siapa yang mau percaya. Dengan salib dan kebangkitaNya Ia telah membunuh maut bagi kita dan mulai sekarang juga kita diperkenankan menerima bagian kita di dalam hidup yang ada pada hidup Tuhan Yesus itu. Sekali lagi Alkitab memberi kepastian kepada kita, bahwa mulai sekarang ini juga, kita telah menerima bagian kita di dalam hidup kekal, yang tidak dapat direbut kembali oleh iblis dan tidak dapat dirusakkan oleh dosa dan penyakit. Amin. JS/PI.
Sepanjang hidup kita senantiasa memperoleh pendidikan baik secara formal atau non formal bahkan paling utama adalah didikan TUHAN melalui firmanNya. Pendidikan itu menyatu dengan hidup kita. Sejak dalam kandungan, lahir, bertumbuh dan berkembang hingga mengarungi masa dewasa sampai usia lanjut didikan TUHAN berlangsung secara berkesinambungan. Dalam kehidupan nyata bermasyarakat, berbangsa, bernegara TUHAN senantiasa menyatakan kuasaNya, tetapi kuasa kejahatan sering lebih dominan kenyataannya. Bagi orang beriman secercah kuasaNya jauh lebih bermanfat dari pada gaung yang menggema atas pengaruh tipu daya yang menyesatkan.
Atas dasar latar belakang di atas maka pendidikan seumur hidup dibahas dalam tulisan ini dengan diawali dengan pengalaman nyata bahwa orang beriman bisa jadi korban kejahatan hipnotis, penciptaan manusia demi kebahagiannnya, panggilan Tuhan kepada berbagai profesi, pendidikan Tuhan di masa usia produktif, pendidikan di masa usia lanjut dan pendidikan untuk hidup kekal. Kritik dan saran yang membangun sangat dinantikan demi kelengkapan materi pembahasan.
ORANG BERIMAN BISA JADI KORBAN KEJAHATAN HIPNOTIS (kisah nyata)
Seorang ibu beriman sedang mengamati buku bacaan di sebuah toko buku, tiba-tiba ditepuk seseorang dengan bahasa yang sangat santun mengajak bekerja sama dalam bisnis jam mewah dengan keuntungan besar, dan memerlukan dana awal untuk kegiatannya. Ibu itu menjawab tidak memiliki dana yang diperlukan, dijawab tidak apa-apa, tetapi bisa dibantu dengan dana yang tidak perlu cash, ibu itu menjawab dana saya berupa deposito dan belum jatuh tempo, dijawab itu cukup untuk melaksanakan bisnis ini. Ibu dan orang tersebut menuju kantor bank untuk mengawali bisnisnya, dalam perjalanan ditunjukkan contoh jam mewah yang akan jadi bahan pengembangan dagangnya, dan akan diserahkan kalau ibu mencairkan deposito.
Setibanya di kantor bank ibu minta kepada pegawai bank akan mencairkan deposito, dijawab belum jatuh tempo jadi kalau dicairkan akan terkena potongan yang merugikan, dijawab tidak apa-apa asal bisa cair. Sambil menunggu pencairan, ibu makan di suatu kantin dengan diawali dan diakhiri doa makan seperti layaknya doa orang beriman. Setelah dana cair maka jam diserahkan dan dana ratusan juta berpindah ke tangan orang tersebut. Karena ini baru awal bisnis, maka jam-jam mewah selanjutnya akan dikirim ke alamat ibu, sehingga orang tersebut perlu mengantar ke rumah ibu agar pengiriman yang akan datang lancar. Setibanya di rumah alamat dicatat dan ibu turun, dengan janji pengiriman selanjutnya akan segera secepatnya dilaksanakan. Setelah sore suaminya datang dan ibu tersebut bercerita bahwa dia sedang berbisnis jam mewah dan menunjukkan contohnya, jam-jam mewah selanjutnya akan segera dikirimkannya, barulah suami menyatakan bahwa ibu telah ditipu orang dan meskipun ibu tersebut sempat berdoa tetapi kejahatan tetap menimpa ibu tersebut.
Banyak contoh kejahatan hipnotis lain, kejahatan dengan hadiah yang menggiurkan, Kejahatan di anjungan tunai mandiri /ATM, kejahatan di dunia maya, kejahatan yang melibatkan sindikat dan menggunakan KTP palsu, kejahatan proyek fiktif dan lain-lain, itu semua juga bisa menimpa kepada orang beriman, sehingga kita perlu waspada dan hati serta pikiran kita tidak boleh terlena, harus fokus, kuasa Tuhan tidak pernah absen dalam menyertai langkah hidup kita. Itu semua adalah bagian dari pendidikan seumur hidup.
PENCIPTAAN ALAM DEMI KEBAHAGIAAN KITA
“Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat baik.” (Kej 1 : 31)
Konsep awal penciptaan alam dan manusia untuk mendiami taman Eden tetapi karena dosa manusia sehingga dengan bersusah payah manusia mencari rezeki. Allah yang penuh kasih melimpahkan kuasaNya melalui para nabi untuk mengembalikan manusia kembali taat kepadaNya. Manusia berusaha mencapai kebahagiaan dengan pengembangan melalui segala bidang dan pencapaian kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak perlu dianggap suatu ilah baru, tetapi justru mencari kebijaksanaan Tuhan.
Dampak negatif dengan adanya kejahatan tidak mungkin dihindari sepanjang zaman, tetapi bagi orang beriman ada pendidikan primer melalui Alkitab yang dilaksanakan melaui persekutuan jemaat. Bahkan kepada kita diberikan pengutusan agar segala bangsa menjadi murid Tuhan, implementasi pengutusan akan sesuai dengan panggilan dan talenta kita masing-masing, kita berdoa kiranya melalui kuasa Tuhan nyata dalam kehidupan secara menyeluruh sehingga kemuliaanNya nampak di segala bidang. Saat ini merupkan proses pembangunan Kerajaan Allah, kita terpanggil menjadi teman sekerjaNya baik dalam kehidupan berjemaat muapun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi kebahagiaan kita.
PANGGILAN TUHAN BAGI BERBAGAI PROFESI
Sejarah telah membuktikan bahwa pendiidkan berdasarkan Firman Tuhan menjadi bagian minoritas dalam seluruh aspek kehidupan, tetapi ternyata nilai-nilai keimanan tetap bisa terpancar dalam kebijaksanaan makro secara umum bahkan secara khusus tersirat terjadi di negara kita, meskipun masih terdapat kendala yang cukup berarti dan ini merupakan tantangan bagi berbagai profesi untuk merealisasikan panggilan Tuhan.
Secara jelas terlihat kendala pembangunan rumah ibadah, terhambatnya karier orang beriman, kebenaran sering tersisihkan karena dinyatakan dari pihak minoritas, dikotomi sangat dominan dalam kriteria pemilihan pimpinan, dalam kebijaksanaan kehidupan sering mayoritas lebih diutamakan, bahkan yang lebih kuat dengan mudah mengalahkan yang lemah.
Kuasa Tuhan akan nyata dalam suatu kebenaran sehingga kita terpanggil untuk menyuarakan, memperjuangkan, mengimplementasiakan, dan membela serta bersedia berkorban demi suatu kebenaran. Resiko banyak ditanggung oleh pendahulu-pendahulu kita bahkan banyak yang menjadi martir demi memperjuangkan kebenaran. Kita berada di berbagai profesi, bersediakah kita mendengar dan mentaati panggilanNya?
PENDIDIKAN DI USIA PRODUKTIF
Usia produktif sebenarnya tergantung dari hasil karya kita, tetapi pada umumnya pendapat mengatakan bahwa usia produktif berarti usia sebelum pensiun. Sebenarnya pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar karena banyak orang di atas usia pensiun masih produktif seperti Ratu Ellisabeth, Ronald Reagan, Bunda Theresia, Einstein, Picasso, Ben Franklin, Winston Churchill, John Wesley masih berkhotbah dengan semangat tinggi pada usia 88 tahun dan Frank Loyd Wright arsitek yang meciptakan karya terbaiknya pada usia 86 tahun.
Karena yang ada adalah kelelahan fisik dan kelelahan mental dan otak manusia tidak pernah menjadi lelah. Secara struktur otak manusia tidak sama organ yang lain. Otak manusia memiliki sistem regulasi yang paling istimewa dengan tingkat energi paling tinggi. Kelelahan fisik dan mental karena kebosanan, kejenuhan dan hilangnya suatu minat, jadi otak tidak pernah mngalami kelelahan seumur hidup.Otak manusia terus berkembang jika terus digunakan.
Pikiran bawah sadar
Adalah pikiran yang secara potensial memiliki kemampuan dan kekuatan super yang mengakumulasikan seluruh kecerdasan esensial, sanggup mengakses seluruh informasi dan data yang ada di dalam memori otak kita, lebih dari apa yang dapat dilakukan oleh pikiran sadar. Secara umum pikiran bawah sadar merupakan manifestasi kecerdasan otak yang dikendalikan oleh kecerdasan esensial yang bersifat melampaui logika dan dapat bekerja di luar kendali pikiran sadar.
Pikiran sadar
Walaupun pikiran sadar memiliki kemampuan yang fantastis luar biasa tetapi sangat terbatas karena adanya mental blok yang dimiliki seseorang sehingga mempengaruhi kecerdasan otak kita. Yang dimaksud mental blok adalah kurang percaya diri, kurangnya keberanian, intelektual yang rendah, pengetahuan yang minim, kontrol emosi yang tidak stabil, tekanan lingkungan yang tidak kondusif, pengaruh budaya, pengaruh kesehatan, pengaruh mental dan sifat bawaan yang tidak mendukung seperti : pemalu, pendiam serta pengaruh kebiasaan
Pikiran tidak sadar
Adalah pikiran yang tidak terkendali secara sadar, di mana fungsi kognitif telah dikuasai sepenuhnya oleh emosi. Pikiran tidak sadar bukan menunjuk kepada kegiatan berpikir seseorang tetapi menunjuk kepada suatu tindakan yang dilakukan tanpa berpikir secara sadar.
Pendidikan di usia produktif
Dari pendidikan secara formal dan non formal, pengalaman kerja dan pergaulan, pengalaman kehidupan secara jasmani dan rohani, penyakit, susah senang, pahit getir, suka dan duka, dan sebagainya merupakan pendidikan yang sangat berharga bagi kita.
PENDIDIKAN DI USIA LANJUT
Di usia lanjut boleh dikatakan telah banyak pengalaman sehingga akan lebih bijaksana, lebih sabar bahkan lebih dekat kepada Yang Maha Kuasa, tetapi di usia lanjut perlu disadari akan timbulnya penyakit degeneratif / penyakit yang timbul seiring bertambahnya usia, hal itu tidak bisa dihindari tetaoi bisa diperlambat kehadirannya.
Mempelambat hadirnya penyakit degeneratif
Pola hidup sehat
Berpikir positif, tidur / istirahat cukup, makan bernutrisi / empat sehat lima sempurna, berolah raga teratur sesuai dengan usia, kontrol kesehatan dengan medical check up sesuai anjuran dokter, kenali kekuatan dan kelemahan tubuh kita, hindari alergi dan pantangan makanan /minuman/ obat yang ditolak tubuh kita, mengurangi / menghindari bahan makanan dengan bahan pengawet, pewarna yg berlebihan, penyedap rasa, alkohol dan tidak merokok, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan senantiasa berdoa, membaca Firman Tuhan, beribadah dan memiliki komunitas jasmani dan rohani terutama dalam persekutuan jemaat.
Bila penyakit degeneratif telah ada
Berdoa dan berusaha agar penyakit yang ada tidak semakin parah, perlu kasih sayang dari keluarga serta terapi terutama dari ahli rehabitasi medik, teratur minum obat sesuai anjuran dokter, serta jemaat tidak henti mendoakannya.
PENDIDIKAN UNTUK HIDUP KEKAL
Hidup untuk, dengan dan dari pengharapan
Orang beriman hidup untuk, dengan dari masa depan bukan dari idealisme, kebajikan dan kekuatan manusia tetapi mengharapkan masa depan yang diwujudkan dan dibangunkan oleh Yesus Kristus oleh kekuatanNya, oleh FirmnNya, oleh RohNya, terutama dalam karya penyelamatan secara sempurna dalam penebusan di atas kayu salib di Golgota.
Hidup kekal sekarang ini juga
Alkitab menegaskan bahwa hidup adalah persekutuan yang kekal dengan Allah, hidup adalah bebas dan terlepas dari kekuasaan kebinasaan, hidup adalah menerima kasih dan kehendak Allah untuk selama-lamanya, Hidup serupa itu hanya ada pada Yesus, Dan sekarang ini juga Ia mau memberikan hidup itu kepada siapa yang mau percaya. Dengan salib dan kebangkitaNya Ia telah membunuh maut bagi kita dan mulai sekarang juga kita diperkenankan menerima bagian kita di dalam hidup yang ada pada hidup Tuhan Yesus itu. Sekali lagi Alkitab memberi kepastian kepada kita, bahwa mulai sekarang ini juga, kita telah menerima bagian kita di dalam hidup kekal, yang tidak dapat direbut kembali oleh iblis dan tidak dapat dirusakkan oleh dosa dan penyakit. Amin. JS/PI.
Problematika Orang Kristen
Berpendidikan Tinggi
Pendahuluan
Ada dua pendapat berbeda tentang manusia berpendidikan dan manusia berbudaya. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang berpendidikan otomatis berbudaya. Artinya seseorang berkembang seiring dengan kebudayaannya karena memperoleh pendidikan yang sekaligus mengembangkan pribadi yang bersangkutan sesuai dengan budaya setempat. Pendapat kedua mengatakan orang berpendidikan belum tentu berbudaya. Ada benang merah yang memisahkan antara berpendidikan dan berbudaya.
Orang berpendidikan (educated person) adalah manusia yang telah berkembang kemampuan intelektualnya karena pendidikan/sekolah. Sedangkan manusia berbudaya (civilized person) adalah manusia yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, termasuk nilai-nilai etika dan moral dimana ia berada. Dalam dunia nyata, tampaknya pendapat yang kedua lebih dominan dibandingkan dengan pendapat yang pertama. Banyak contoh dimasyarakat, orang berpendidikan tinggi tapi tidak bermoral atau dengan kata lain berpendidikan tetapi tidak berbudaya. Bagaimana dengan orang Kristen? Apakah pendidikan tinggi yang dimiliki orang Kristen berbanding lurus dengan tingkat religiusnya?
Masalah yang dihadapi cendekiawan Kristen
Pada sebuah blog dari orang Kristen yang berpendidikan tinggi menyebutkan ia meragukan sejarah Kristen dan Alkitab. Ia tidak yakin bahwa kitab Matius, Markus, Lukas dan Yohanes ditulis oleh orang yang sama sesuai dengan nama yang tertera dalam kitab tersebut. Problematika orang Kristen semacam ini adalah hasrat memamerkan pengetahuan mereka untuk memenuhi syahwat ingin diakui paling mumpunidalampenguasaan terhadap ilmu tertentu. Dibalik itu ada pesan-pesan tertentu yang ingin disampaikan, namun yang terjadi kemudian adalah distorsi tentang kebenaran Alkitab dan semakin jauh dari pengertian yang paling hakiki.
Mereka cenderung meremehkan orang dan menganggap orang lain tidak cukup pandai untuk mencerna pendapat atau opini mereka. Diluar sifat mereka yang lebih menghargai pengetahuan, pendidikan, dan rasio, sebagian cendekiawan Kristen masih yakin tentang sebuah Kuasa Maha Tinggi yang ada diatas segala-galanya. Pengetahuan, pendidikan, dan rasio hanyalah jalan untuk menggapai kredibilitas, bukan jalan untuk memperoleh pengertian tentang kebenaran Allah. Masih adasedikit nilai plus dari orang pintar yaitu mereka sudah tahu mana yang benar, tetapi mereka hanya ingin menunjukkan bahwa kurang yakin atau kurang percaya adalah sesuatu wajar-wajar saja.
Orang Kristen berpendidikan, tapi kurang bahkan tidak religius
Sebuah study akhir-akhir ini tentang hubungan antara agama dan intelegensia mengatakan bahwa semakin tinggi IQ dan pendidikan seseorang akan semakin kurang religius. Namun ini tidak berarti bahwa kebrilianan yang menyebabkan mereka menolak agama. Orang pandai menolak agama tidak semata-mata karena menganggap agama itu salah, melainkan lingkungan sosial yang menyebabkan mereka berpikir demikian. Tatkala masyarakat secara berulang-ulang mengatakan bahwa “orang pandai menolak agama”, maka agama menjadi obyek yang tidak menarik lagi untuk dipelajari. Di Amerika, dengan bertambahnya kaum cerdik pandai maka pada saat yang sama bertambah pula orang yang menolak agama.
Seorang remaja yang pada mulanya taat beragama, namun setelah kuliah berhenti ke gereja dan menjadi skeptis. Masa-masa kuliah adalah saat kritis dimana seseorang akan dengan mudah terpengaruh dengan paham-paham atau ilmu yang lebih mengedepankan akal daripada iman.Lebih parah lagi mereka yang mendalami filsafatyang berujung pada atheismeyakinbahwa filosofi adalah pertanyaan yang mungkin takkan pernah terjawab sedangkan agama adalah jawaban yang mungkin takkan pernah dipertanyakan. Mereka yakin semua keajaiban dalam Alkitab pada akhirnya akan hilang dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Agama dianggap oleh awam sebagai kebenaran, oleh orang pintar sebagai kesalahan, dan oleh penguasa sebagai sesuatu yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingannya.
Semakin berpendidikan, semakin religius
Pendapat lain mengatakan sebaliknya, yakni sejalan dengan meningkatnya pendidikan orang menjadi lebih religius, paling tidak dilihat dari segi definisi religius itu sendiri. Demikian pendapat sosiolog Philip Schwadel dari University of Nebraska-Lincoln, USA. Apakah seseorang dianggap religius bila ia rajin ke gereja?Tentu saja jawabannya tidak, karena ukuran religius seseorang tidak diukur dari seberapa sering ia ke gereja. Schwadel menanyakan kepada responden dari survey yang ia lakukan, apakah mereka yakin bahwa Tuhan itu ada, atau mereka mempunyai konsep yang lain tentang Tuhan atau kekuatan maha tinggi? Semakin tinggi tingkat pendidikan ternyata mereka memilih lebih meyakini adanya kekuatan yang maha tinggi ketimbang percaya mentah-mentah tentang adanya Tuhan.
Yang jelas semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin kosmopolitan penampilan religius mereka, juga mengklaim bahwa nalar kerohaniannya naik ke kelas menengah atau bahkan kekelas atas. Dan bila merasa nyaman di kelas yang baru mereka mulai mencari gereja yang khusus bagi kaum elite atau paling tidak kelas menengah. Lalu mengapa persepsi yang beredar mengatakan bahwa kaum intelektual kurang religius. Kenyataanya memang ada kaum akademik yang kurang religius dibandingkan masyarakat pada umumnya. Dengan trend seperti ini orang suka menggeneralisir dan membesar-besarkan, tetapi yang terjadi tidak selamanya demikian. Akibatnya persepsi yang salah kaprah ini seringkali memicu perang antara kultur elitis yang berpendidikan dengan jemaat pada umumnya, sekalipun kedua-duanya mengaku religius.
Pentingnya pendidikan jemaat Kristen
Kebanyakan orang beragama Kristen karena faktor keturunan. Jarang orang menjadi Kristen karena faktor lain seperti perkawinan, atau memang terpanggil menjadi orang Kristen. Faktor keturunan inilah yang menyebabkan pemahaman tentang Kristen hanya terbatas pada pelajaran “Agama Kristen” yang bersifat dogmatis – ritualistis. Akibatnya orang Kristen tidak terlatih untuk berpikir secara kritis atau logis terhadap kejadian-kejadian disekitarnya dalam menerapkan firman Tuhan di kehidupan sehari-hari. Pelajaran Agama Kristen secara akademis hanya ditemui di sekolah-sekolah tinggi teologia, yang melahirkan sarjana-sarjana teologia yang tidak diragukan lagi keilmuan teologinya. Tidak semua sarjana teologia menjadi pelayan di gereja, tapi ada warga gereja yang bukan sarjana teologia aktif melayani di gereja melebihi seorang pendeta hanya karena wawasan kerohanian dan pengalaman spiritualnya sangat tinggi.
Pendidikan jemaat Kristen berbeda dengan pengajaran agama Kristen.Pendidikan jemaat Kristen yang tidak tepat akan menjadi senjata makan tuan seperti yang terjadi di negara-negara barat. Di barat diajarkan bahwa moralitas bersifat independen dan terpisah dari agama. Akibatnya sangat fatal karena orang bisa hidup bermoral tanpa menganut suatu agama bahkan meski atheis sekalipun. Sebaliknya orang dengan penampilan religius yang kosmopolitan dapat menjual firman Tuhan dan mampu menyihir banyak umat, tapi ujung-ujungnya mengumpulkan jutaan dollar dari hasil sumbangan pengikutnya untuk keperluan pribadi dan kelompoknya.
Ada tiga pendekatan pendidikan jemaat Kristen yaitu: pendekatan spiritual; pendekatan komunitas iman; dan pendekatan transformatif. Pendekatan spiritual lebih ditekankan pada individu danrelasi kemanusiaannya secara utuh untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat. Pengajaran spiritualitas kekristenan bersumber dari Alkitab dan diarahkan pada kesempatan untuk melakukan pelayanan di masyarakat. Untuk itu diperlukan aktivitas rutin berupa pelatihan dan praktek langsung di masyarakat.
Pendekatan komunitas ditekankan pada individu dan kelompoknya guna membangunsinergi antar kelompok dalam membangun gereja dalam skala mikro dan membangun bangsa secara makro. Pelatihan kepemimpinan menjadi sangat penting untuk peningkatan pelayanan dan persekutuan dalam komunitas yang damai dan harmonis. Pendekatan transformatif ditujukan untuk mewujudkan perubahan nyata diri sendiri, orang lain, dan lingkungan untuk mendukung eksistensi manusia sebagai gambaran tubuh Kristus. Kepekaan terhadap perubahan kondisi sosial dan lingkungan hidup akan membantu diri sendiri maupun orang disekitar kita untuk turut menciptakan keadilan dan kedamaian berdasarkan iman, pengharapan dan kasih.
Penutup
Masalah religius dan non-religiuslebih banyak disebabkan oleh stereotip yang berkembang menjadi persepsi atau persepsi yang berkembang menjadi stereotip. Dalam pendidikan jemaat Kristen, membicarakan orang religius dan tidak religius tidaklah penting, karena yang diperlukan adalah bagaimana menemukan metode pendidikan jemaat yang mencakup semua strata sosial dan tingkat pendidikan.
Sebagai pusat pendidikan jemaat, gereja memberikan berbagai macam layanan pendidikan kepada jemaat.Untuk itu perlu dikenali dinamika didalam jemaat, faktor usia, kebiasaan, relasi sesama anggota gereja, majelis, dan pengurus gereja. Kemudian memanfaatkan sumber daya manusia yang ada untuk menyusun program pendidikan yang sederhana tapi tepat sasaran. Dengan demikian pendidikan jemaat tidak hanya melalui kelas-kelas Alkitab, katekisasi, PA, sarasehan, retreat, dan lain-lain yang sifatnya misi kedalam.
Dengan pendidikan jemaat yang berorientasi keluar seperti pelatihan pelayanan kesehatan, pendidikan, ketrampilan maka diharapkan dapat melahirkan anggota gereja yang selain sukses melakukan pembinaan di gereja juga ikut berperan dalam pengabdian masyarakat.
Program pendidikan jemaat harus dibuat sedemikian rupa agar membuat jemaat bergairah, penuh semangat, dan bertumbuh dalam kehidupan rohani yang berkualitas. Partisipasi kaum muda gereja dalam pendidikan jemaat sangat diperlukan untuk membuat konsep pendidikan yang menarik, kreatif, dan edukatif. Peran warga gereja senior pun diperlukan dengan tujuan untuk menularkan pengalaman dalam hal pembinaan warga gereja.
Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak, tapi gading yang banyak retakannya tak dapat dipakai untuk membangun menara gading yang mampu menyinari sekelilingnya.
“Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita” (2 Petrus 1:5-8). Alfred Bawole, 27 Mei 2015- Jeddah, Saudi Arabia.
Ada dua pendapat berbeda tentang manusia berpendidikan dan manusia berbudaya. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang berpendidikan otomatis berbudaya. Artinya seseorang berkembang seiring dengan kebudayaannya karena memperoleh pendidikan yang sekaligus mengembangkan pribadi yang bersangkutan sesuai dengan budaya setempat. Pendapat kedua mengatakan orang berpendidikan belum tentu berbudaya. Ada benang merah yang memisahkan antara berpendidikan dan berbudaya.
Orang berpendidikan (educated person) adalah manusia yang telah berkembang kemampuan intelektualnya karena pendidikan/sekolah. Sedangkan manusia berbudaya (civilized person) adalah manusia yang menguasai dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, termasuk nilai-nilai etika dan moral dimana ia berada. Dalam dunia nyata, tampaknya pendapat yang kedua lebih dominan dibandingkan dengan pendapat yang pertama. Banyak contoh dimasyarakat, orang berpendidikan tinggi tapi tidak bermoral atau dengan kata lain berpendidikan tetapi tidak berbudaya. Bagaimana dengan orang Kristen? Apakah pendidikan tinggi yang dimiliki orang Kristen berbanding lurus dengan tingkat religiusnya?
Masalah yang dihadapi cendekiawan Kristen
Pada sebuah blog dari orang Kristen yang berpendidikan tinggi menyebutkan ia meragukan sejarah Kristen dan Alkitab. Ia tidak yakin bahwa kitab Matius, Markus, Lukas dan Yohanes ditulis oleh orang yang sama sesuai dengan nama yang tertera dalam kitab tersebut. Problematika orang Kristen semacam ini adalah hasrat memamerkan pengetahuan mereka untuk memenuhi syahwat ingin diakui paling mumpunidalampenguasaan terhadap ilmu tertentu. Dibalik itu ada pesan-pesan tertentu yang ingin disampaikan, namun yang terjadi kemudian adalah distorsi tentang kebenaran Alkitab dan semakin jauh dari pengertian yang paling hakiki.
Mereka cenderung meremehkan orang dan menganggap orang lain tidak cukup pandai untuk mencerna pendapat atau opini mereka. Diluar sifat mereka yang lebih menghargai pengetahuan, pendidikan, dan rasio, sebagian cendekiawan Kristen masih yakin tentang sebuah Kuasa Maha Tinggi yang ada diatas segala-galanya. Pengetahuan, pendidikan, dan rasio hanyalah jalan untuk menggapai kredibilitas, bukan jalan untuk memperoleh pengertian tentang kebenaran Allah. Masih adasedikit nilai plus dari orang pintar yaitu mereka sudah tahu mana yang benar, tetapi mereka hanya ingin menunjukkan bahwa kurang yakin atau kurang percaya adalah sesuatu wajar-wajar saja.
Orang Kristen berpendidikan, tapi kurang bahkan tidak religius
Sebuah study akhir-akhir ini tentang hubungan antara agama dan intelegensia mengatakan bahwa semakin tinggi IQ dan pendidikan seseorang akan semakin kurang religius. Namun ini tidak berarti bahwa kebrilianan yang menyebabkan mereka menolak agama. Orang pandai menolak agama tidak semata-mata karena menganggap agama itu salah, melainkan lingkungan sosial yang menyebabkan mereka berpikir demikian. Tatkala masyarakat secara berulang-ulang mengatakan bahwa “orang pandai menolak agama”, maka agama menjadi obyek yang tidak menarik lagi untuk dipelajari. Di Amerika, dengan bertambahnya kaum cerdik pandai maka pada saat yang sama bertambah pula orang yang menolak agama.
Seorang remaja yang pada mulanya taat beragama, namun setelah kuliah berhenti ke gereja dan menjadi skeptis. Masa-masa kuliah adalah saat kritis dimana seseorang akan dengan mudah terpengaruh dengan paham-paham atau ilmu yang lebih mengedepankan akal daripada iman.Lebih parah lagi mereka yang mendalami filsafatyang berujung pada atheismeyakinbahwa filosofi adalah pertanyaan yang mungkin takkan pernah terjawab sedangkan agama adalah jawaban yang mungkin takkan pernah dipertanyakan. Mereka yakin semua keajaiban dalam Alkitab pada akhirnya akan hilang dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Agama dianggap oleh awam sebagai kebenaran, oleh orang pintar sebagai kesalahan, dan oleh penguasa sebagai sesuatu yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingannya.
Semakin berpendidikan, semakin religius
Pendapat lain mengatakan sebaliknya, yakni sejalan dengan meningkatnya pendidikan orang menjadi lebih religius, paling tidak dilihat dari segi definisi religius itu sendiri. Demikian pendapat sosiolog Philip Schwadel dari University of Nebraska-Lincoln, USA. Apakah seseorang dianggap religius bila ia rajin ke gereja?Tentu saja jawabannya tidak, karena ukuran religius seseorang tidak diukur dari seberapa sering ia ke gereja. Schwadel menanyakan kepada responden dari survey yang ia lakukan, apakah mereka yakin bahwa Tuhan itu ada, atau mereka mempunyai konsep yang lain tentang Tuhan atau kekuatan maha tinggi? Semakin tinggi tingkat pendidikan ternyata mereka memilih lebih meyakini adanya kekuatan yang maha tinggi ketimbang percaya mentah-mentah tentang adanya Tuhan.
Yang jelas semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin kosmopolitan penampilan religius mereka, juga mengklaim bahwa nalar kerohaniannya naik ke kelas menengah atau bahkan kekelas atas. Dan bila merasa nyaman di kelas yang baru mereka mulai mencari gereja yang khusus bagi kaum elite atau paling tidak kelas menengah. Lalu mengapa persepsi yang beredar mengatakan bahwa kaum intelektual kurang religius. Kenyataanya memang ada kaum akademik yang kurang religius dibandingkan masyarakat pada umumnya. Dengan trend seperti ini orang suka menggeneralisir dan membesar-besarkan, tetapi yang terjadi tidak selamanya demikian. Akibatnya persepsi yang salah kaprah ini seringkali memicu perang antara kultur elitis yang berpendidikan dengan jemaat pada umumnya, sekalipun kedua-duanya mengaku religius.
Pentingnya pendidikan jemaat Kristen
Kebanyakan orang beragama Kristen karena faktor keturunan. Jarang orang menjadi Kristen karena faktor lain seperti perkawinan, atau memang terpanggil menjadi orang Kristen. Faktor keturunan inilah yang menyebabkan pemahaman tentang Kristen hanya terbatas pada pelajaran “Agama Kristen” yang bersifat dogmatis – ritualistis. Akibatnya orang Kristen tidak terlatih untuk berpikir secara kritis atau logis terhadap kejadian-kejadian disekitarnya dalam menerapkan firman Tuhan di kehidupan sehari-hari. Pelajaran Agama Kristen secara akademis hanya ditemui di sekolah-sekolah tinggi teologia, yang melahirkan sarjana-sarjana teologia yang tidak diragukan lagi keilmuan teologinya. Tidak semua sarjana teologia menjadi pelayan di gereja, tapi ada warga gereja yang bukan sarjana teologia aktif melayani di gereja melebihi seorang pendeta hanya karena wawasan kerohanian dan pengalaman spiritualnya sangat tinggi.
Pendidikan jemaat Kristen berbeda dengan pengajaran agama Kristen.Pendidikan jemaat Kristen yang tidak tepat akan menjadi senjata makan tuan seperti yang terjadi di negara-negara barat. Di barat diajarkan bahwa moralitas bersifat independen dan terpisah dari agama. Akibatnya sangat fatal karena orang bisa hidup bermoral tanpa menganut suatu agama bahkan meski atheis sekalipun. Sebaliknya orang dengan penampilan religius yang kosmopolitan dapat menjual firman Tuhan dan mampu menyihir banyak umat, tapi ujung-ujungnya mengumpulkan jutaan dollar dari hasil sumbangan pengikutnya untuk keperluan pribadi dan kelompoknya.
Ada tiga pendekatan pendidikan jemaat Kristen yaitu: pendekatan spiritual; pendekatan komunitas iman; dan pendekatan transformatif. Pendekatan spiritual lebih ditekankan pada individu danrelasi kemanusiaannya secara utuh untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat. Pengajaran spiritualitas kekristenan bersumber dari Alkitab dan diarahkan pada kesempatan untuk melakukan pelayanan di masyarakat. Untuk itu diperlukan aktivitas rutin berupa pelatihan dan praktek langsung di masyarakat.
Pendekatan komunitas ditekankan pada individu dan kelompoknya guna membangunsinergi antar kelompok dalam membangun gereja dalam skala mikro dan membangun bangsa secara makro. Pelatihan kepemimpinan menjadi sangat penting untuk peningkatan pelayanan dan persekutuan dalam komunitas yang damai dan harmonis. Pendekatan transformatif ditujukan untuk mewujudkan perubahan nyata diri sendiri, orang lain, dan lingkungan untuk mendukung eksistensi manusia sebagai gambaran tubuh Kristus. Kepekaan terhadap perubahan kondisi sosial dan lingkungan hidup akan membantu diri sendiri maupun orang disekitar kita untuk turut menciptakan keadilan dan kedamaian berdasarkan iman, pengharapan dan kasih.
Penutup
Masalah religius dan non-religiuslebih banyak disebabkan oleh stereotip yang berkembang menjadi persepsi atau persepsi yang berkembang menjadi stereotip. Dalam pendidikan jemaat Kristen, membicarakan orang religius dan tidak religius tidaklah penting, karena yang diperlukan adalah bagaimana menemukan metode pendidikan jemaat yang mencakup semua strata sosial dan tingkat pendidikan.
Sebagai pusat pendidikan jemaat, gereja memberikan berbagai macam layanan pendidikan kepada jemaat.Untuk itu perlu dikenali dinamika didalam jemaat, faktor usia, kebiasaan, relasi sesama anggota gereja, majelis, dan pengurus gereja. Kemudian memanfaatkan sumber daya manusia yang ada untuk menyusun program pendidikan yang sederhana tapi tepat sasaran. Dengan demikian pendidikan jemaat tidak hanya melalui kelas-kelas Alkitab, katekisasi, PA, sarasehan, retreat, dan lain-lain yang sifatnya misi kedalam.
Dengan pendidikan jemaat yang berorientasi keluar seperti pelatihan pelayanan kesehatan, pendidikan, ketrampilan maka diharapkan dapat melahirkan anggota gereja yang selain sukses melakukan pembinaan di gereja juga ikut berperan dalam pengabdian masyarakat.
Program pendidikan jemaat harus dibuat sedemikian rupa agar membuat jemaat bergairah, penuh semangat, dan bertumbuh dalam kehidupan rohani yang berkualitas. Partisipasi kaum muda gereja dalam pendidikan jemaat sangat diperlukan untuk membuat konsep pendidikan yang menarik, kreatif, dan edukatif. Peran warga gereja senior pun diperlukan dengan tujuan untuk menularkan pengalaman dalam hal pembinaan warga gereja.
Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak, tapi gading yang banyak retakannya tak dapat dipakai untuk membangun menara gading yang mampu menyinari sekelilingnya.
“Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita” (2 Petrus 1:5-8). Alfred Bawole, 27 Mei 2015- Jeddah, Saudi Arabia.
Menjadi Jemaat yang Terdidik
Hikmat dan bijaksana serta pengetahuan adalah kata kunci dari kitab Amsal. Namun pangkal dari pengetahuan dan hikmat adalah “takut akan Tuhan”. Menurut pasal 1 kitab itu merupakan kumpulan amsal yang berasal dari Salomo, Anak Daud. Ia memang dikenal sebagai raja yang bijaksana, walaupun di akhir pemerintahannya kerajaan itu dipecahkan oleh Tuhan menjadi dua bagian: Israel Utara dan Selatan (yang kemudian disebut dengan Yehuda).
Menariknya kitab ini adalah logika yang dibangun secara runtut: “...untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan, dan kejujuran; untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda; baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu, dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan; untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak. Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan,......” (Ams. 1: 1-7).
Kata “takut akan Tuhan” memiliki pengertian bahwa hanya kepada Tuhan sajalah kita berserah, bergantung, dan menyerahkan hidup kita. Ini memang merupakan inti permasalahan bangsa Israel (kuno). Mereka adalah keturunan Abraham yang dikenal sebagai “bapa orang percaya” atau bapa orang beriman yaitu beriman hanya kepada TUHAN. Kepada bangsa yang terus berkembang menjadi bangsa yang besar itu, mereka diajar untuk “takut akan Tuhan”. Kitab Ulangan pasal 6: 4 menjelaskan secara cerdas hal itu. Kalimat yang berbunyi: “dengarlah hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa”. Keesaan Allah itulah yang harus terus menerus diajarkan kepada umat, dan karenanya umat harus “takut akan Tuhan”.
Cara mengajarkan keesaan TUHAN (ilmu tauhid) itu menarik, “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun, Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu; dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu” (Ul. 6: 6-9).
Artinya, umat harus dididik secara terus menerus, tiada henti dengan sistem pendidikan yang terencana dan terprogram, mengenai hidup sebagai umat Tuhan. Dalam bahasa sekarang (di gereja), itulah wujud pembinaan jemaat atau pembinaan warga gereja. Hanya dengan pembinaan yang terencana dan terprogram jemaat akan menjadi “jemaat yang terdidik”, yaitu jemaat yang beribadah hanya kepada Tuhan Yesus Kristus. Implementasinya adalah, jemaat yang berhikmat dan berpengetahuan yang benar tentang Yesus Kristus, berpegang pada kebenaran, berkeadilan serta jujur!
Berkaca pada perjalanan bangsa Israel yang timbul-tenggelam dalam iman, bahkan tidak jera-jeranya mengingkari Tuhan, berselingkuh dengan berhala-berhala atau dewa bangsa-bangsa lain, kita dapat mengatakan bahwa mendidik umat untuk memiliki hikmat dan pengetahuan bukanlah hal yang mudah. Sama halnya dengan kehidupan jemaat, melakukan pembinaan warga gereja untuk menjadi “Jemaat yang terdidik” bukanlah hal yang dapat dilakukan sambil lalu.
Kitab Amsal memulai dengan ajaran bahwa untuk mendapat pengetahuan dan seterusnya itu “baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu, dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan”. Kalimat itu mengandung makna bahwa belajar tidak mengenal henti. Begitupun dalam kehidupan berjemaat, PWG adalah usaha yang tidak boleh berhenti. Jemaat yang terdidik tidak akan lahir tanpa suatu perencanaan dan pendidikan yang terprogram.- (45-nosk). Patmono SK.
Menariknya kitab ini adalah logika yang dibangun secara runtut: “...untuk mengetahui hikmat dan didikan, untuk menerima didikan yang menjadikan pandai, serta kebenaran, keadilan, dan kejujuran; untuk memberikan kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda; baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu, dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan; untuk mengerti amsal dan ibarat, perkataan dan teka-teki orang bijak. Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan,......” (Ams. 1: 1-7).
Kata “takut akan Tuhan” memiliki pengertian bahwa hanya kepada Tuhan sajalah kita berserah, bergantung, dan menyerahkan hidup kita. Ini memang merupakan inti permasalahan bangsa Israel (kuno). Mereka adalah keturunan Abraham yang dikenal sebagai “bapa orang percaya” atau bapa orang beriman yaitu beriman hanya kepada TUHAN. Kepada bangsa yang terus berkembang menjadi bangsa yang besar itu, mereka diajar untuk “takut akan Tuhan”. Kitab Ulangan pasal 6: 4 menjelaskan secara cerdas hal itu. Kalimat yang berbunyi: “dengarlah hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa”. Keesaan Allah itulah yang harus terus menerus diajarkan kepada umat, dan karenanya umat harus “takut akan Tuhan”.
Cara mengajarkan keesaan TUHAN (ilmu tauhid) itu menarik, “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun, Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu; dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu” (Ul. 6: 6-9).
Artinya, umat harus dididik secara terus menerus, tiada henti dengan sistem pendidikan yang terencana dan terprogram, mengenai hidup sebagai umat Tuhan. Dalam bahasa sekarang (di gereja), itulah wujud pembinaan jemaat atau pembinaan warga gereja. Hanya dengan pembinaan yang terencana dan terprogram jemaat akan menjadi “jemaat yang terdidik”, yaitu jemaat yang beribadah hanya kepada Tuhan Yesus Kristus. Implementasinya adalah, jemaat yang berhikmat dan berpengetahuan yang benar tentang Yesus Kristus, berpegang pada kebenaran, berkeadilan serta jujur!
Berkaca pada perjalanan bangsa Israel yang timbul-tenggelam dalam iman, bahkan tidak jera-jeranya mengingkari Tuhan, berselingkuh dengan berhala-berhala atau dewa bangsa-bangsa lain, kita dapat mengatakan bahwa mendidik umat untuk memiliki hikmat dan pengetahuan bukanlah hal yang mudah. Sama halnya dengan kehidupan jemaat, melakukan pembinaan warga gereja untuk menjadi “Jemaat yang terdidik” bukanlah hal yang dapat dilakukan sambil lalu.
Kitab Amsal memulai dengan ajaran bahwa untuk mendapat pengetahuan dan seterusnya itu “baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu, dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan”. Kalimat itu mengandung makna bahwa belajar tidak mengenal henti. Begitupun dalam kehidupan berjemaat, PWG adalah usaha yang tidak boleh berhenti. Jemaat yang terdidik tidak akan lahir tanpa suatu perencanaan dan pendidikan yang terprogram.- (45-nosk). Patmono SK.
Penderitaan Bukan Hukuman
Minggu yang lalu dalam kotbahnya di GKJ Nehemia Pdt. Agustinus Setiawidi dari STT Jakarta menceritakan tentang salah satu temannya yang tiga kali gagal menikah karena ketiga calon isterinya itu meninggal dunia menjelang pernikahan dilangsungkan, bahkan undangan sudah disebar. Orang tersebut merasa diperlakukan tidak adil oleh Allah padahal dia adalah pengikut setia Tuhan Yesus. Setengah berteriak dia bertanya: “Apa salah saya sehingga dengan kejamnya Engkau menghukumku?”
Apa yang diderita oleh teman pak Pendeta tersebut tentu sesuatu yang sangat jarang terjadi. Dan kejadian yang menimpanya itu memang merupakan penderitaan yang luar biasa. Dulu waktu saya masih tinggal di kampung sering mendengar cerita dari orang-orang tua bahwa ada seorang perempuan, setiap dia kawin suaminya mesti mati. Konon perempuan yang demikian itu disebut perempuan bahu laweyan. Apa artinya, saya tidak bisa mendapatkan keterangan yang lebih jelas. Tetapi kata orang pula, itu pembawaan sejak lahir.
Banyak orang-orang beriman yang selalu menuduh Tuhan memberikan hukuman setiap kali mereka jatuh dalam penderitaan. Dalam keputus asaan saat menderita itu mereka selalu bertanya pada Tuhan, apa kesalahan mereka sehingga mendapat hukuman itu.
Dalam kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengajarkan bahwa penderitaan boleh jadi adalah hukuman Allah, tetapi ada banyak contoh tentang penderitaan yang sama sekali tak ada hubungannya dengan perbuatannya sendiri. Anggapan bahwa kesalahan selalu mendatangkan hukuman Tuhan adalah pandangan yang keliru.
Pepatah jawa yang mengatakan ngundhuh wohing penggawe atau pepatah siapa menabur angin akan menuai badai merupakan gambaran tentang Hukum Karma.
Ungkapan itu merupakan petuah yang sangat bijak agar orang tidak melakukan kesalahan atau kejahatan terhadap orang lain.
Memang ada tertulis “Jangan sesat! Allah tidak membiakan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Gal.6: 7)
Miryam menderita penyakit kusta karena mengata-ngatai Musa, yang telah diangkat oleh Allah sebagai pemimpin. (Bil.12: 1-10)
Allah mengambil nyawa anak laki-laki Daud, yang lahir karena hubungan Daud yang terlarang dengan Batsyeba. (II Sam.12: 18)
Dalam Perjanjian Baru kita temukan contoh yang mengejutkan, yaitu kisah Ananias dan Safira yang mati mendadak karena mendustai Roh Kudus. (Kis.5: 1-11)
Kemungkinan ada korelasi antara dosa dan penderitaan memang ada, tetapi tidaklah selalu demikian. Tuhan Yesus sendiri menjelaskan sikap-Nya terhadap penderitaan yang kita alami. Murid-murid Tuhan Yesus sendiri rupanya berpegang pada pemikiran bahwa penderitaan merupakan hukuman yang setimpal atas perbuatan yang dilakukan.
Pada suatu hari ketika murid-murid Tuhan Yesus melihat orang yang buta sejak lahir, mereka ingin tahu siapakah yang telah berbuat dosa, orang itu sendiri atau orang tuanya.
Jawab Yesus: ”Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” (Yoh.9: 3).
Ketika beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea yang dibantai Pilatus, Yesus menjawab bahwa dosa mereka yang mati itu tidak lebih besar daripada orang-orang Galilea yang lain. Dan dosa ke delapanbelas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, tidak lebih besar daripada dosa orang lain yang tinggal di Yerusalem. Dari kedua peristiwa itu Tuhan Yesus menyebutkan pokok persoalannya, “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” (Luk.13: 1-5)
Jadi tidaklah benar pola pikir yang menganggap bahwa penderitaan baik yang dialami sendiri maupun yang dialami oleh orang lain itu disebabkan oleh karena hukuman Allah.
Sebenarnya salah satu kebenaran yang terdapat di dalam Alkitab itu adalah bahwa hukuman Allah akan selalu didahului oleh peringatan-peringatan.
Dalam Perjanjian Lama kita jumpai bahwa hukuman baru dilaksanakan sesudah peringatan yang diberikan secara terus-menerus diabaikan bahkan ditolak.
“Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, Aku tidak
berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang
fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat
itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?” (Yehezkiel 33: 11)
Dalam Perjanjian Baru kita jumpai pula hal yang sama. Kasih dan panjang sabar Allah digambarkan sangat mengharukan ketika Tuhan Yesus meratapi Yerusalem.
“Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-
orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama
seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak
mau.” (Mat.23: 37)
Allah menyatakan bahwa akan adanya musuh yang muncul dalam berbagai bentuk sesuai dengan tujuannya. Bisa berbentuk seorang wanita yang cantik menggairahkan atau pemimpin yang kelihatan alim, padahal semua itu merupakan penjelmaan kuasa gelap yaitu Iblis.
Iblis senang sekali merusak segala ciptaan Allah yang mengakibatkan penderitaan.
Kelihatannya Allah memang membiarkan Iblis berkuasa, tetapi kekuasaannya terbatas sehingga ia tidak dapat menyentuh orang yang mempunyai kedekatan dengan Allah.
“Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. . . “ (Yak.4: 7)
Mengapa Allah membiarkan manusia jatuh ke dalam dosa sehingga masuk ke Neraka?
Kita harus berpikir jernih, bahwa pada hakekatnya Allah tidak akan membiarkan manusia jatuh ke dalam dosa dan masuk ke Neraka. Tetapi manusia itu sendirilah yang menyebabkan dia jatuh ke dalam dosa dan masuk ke Neraka karena tidak mau dekat dengan Allah. Tuhan sudah mengupayakan dengan segala upaya untuk mengampuni, menebus dan menyucikan kita agar kita layak masuk Surga. Yang harus kita lakukan sebenarnya hanyalah menerima segala upaya dari Tuhan itu. Yang mau menerima segala upaya dari Tuhan akan masuk Surga, dan yang menolaknya akan masuk Neraka karena itu memang tempat yang layak bagi mereka.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sesungguhnya manusialah yang menyebabkan terjadinya dosa dan penderitaan di alam semesta ini. Akibat kesalahan-kesalahan manusia itu kemudian menimbulkan penderitaan bagi banyak orang. Lihatlah peristiwa kesalahan pengeboran yang menyebabkan orang-orang daerah Sidoarjo terkena luapan lumpur yang masih berlanjut sampai kini. Segala harta benda yang mereka miliki baik rumah maupun harta yang lain hancur terbenam di lumpur. Mereka menderita akibat kesalahan orang lain dan bukan kesalahannya sendiri. Terjadinya penipuan, perampokan, korupsi dan mementingkan diri sendiri menyebabkan penderitaan yang menyedihkan bagi banyak orang. Kita sama sekali tidak bisa menyalahkan Allah untuk segala penderitaan itu. Dan penderitaan itu bukan merupakan hukuman dari Allah, tetapi akibat perbuatan manusia juga yang tentu dipengaruhi oleh pikiran jahat yang dihembuskan iblis yang menjauhkan kedekatan kita dengan Tuhan.
Manakala mengalami penderitaan baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, ada yang harus kita pikirkan dan renungkan. Betapapun berat penderitaan yang kita alami, hendaknya kita ingat bahwa penderitaan Tuhan Yesus untuk menebus kesalahan kita jauh lebih berat. Perkataan Nabi Yesaya yang telah menubuatkan penderitaan Yesus kiranya dapat meringankan beban penderitaan kita. “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan biasa menderita kesakitan.” (Yesaya 53: 3) . Tuhan Yesuslah yang justru mengalami penderitaan yang luar biasa untuk menebus dosa dan kesalahan kita. Jadi penderitaan yang kita alami itu sesungguhnya akibat dari kesalahan kita sendiri dan bukan merupakan hukuman dari Allah. *dari berbagai sumber. Gunungsindur, medio Juni’15. Ode Pamungkas.
Apa yang diderita oleh teman pak Pendeta tersebut tentu sesuatu yang sangat jarang terjadi. Dan kejadian yang menimpanya itu memang merupakan penderitaan yang luar biasa. Dulu waktu saya masih tinggal di kampung sering mendengar cerita dari orang-orang tua bahwa ada seorang perempuan, setiap dia kawin suaminya mesti mati. Konon perempuan yang demikian itu disebut perempuan bahu laweyan. Apa artinya, saya tidak bisa mendapatkan keterangan yang lebih jelas. Tetapi kata orang pula, itu pembawaan sejak lahir.
Banyak orang-orang beriman yang selalu menuduh Tuhan memberikan hukuman setiap kali mereka jatuh dalam penderitaan. Dalam keputus asaan saat menderita itu mereka selalu bertanya pada Tuhan, apa kesalahan mereka sehingga mendapat hukuman itu.
Dalam kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengajarkan bahwa penderitaan boleh jadi adalah hukuman Allah, tetapi ada banyak contoh tentang penderitaan yang sama sekali tak ada hubungannya dengan perbuatannya sendiri. Anggapan bahwa kesalahan selalu mendatangkan hukuman Tuhan adalah pandangan yang keliru.
Pepatah jawa yang mengatakan ngundhuh wohing penggawe atau pepatah siapa menabur angin akan menuai badai merupakan gambaran tentang Hukum Karma.
Ungkapan itu merupakan petuah yang sangat bijak agar orang tidak melakukan kesalahan atau kejahatan terhadap orang lain.
Memang ada tertulis “Jangan sesat! Allah tidak membiakan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (Gal.6: 7)
Miryam menderita penyakit kusta karena mengata-ngatai Musa, yang telah diangkat oleh Allah sebagai pemimpin. (Bil.12: 1-10)
Allah mengambil nyawa anak laki-laki Daud, yang lahir karena hubungan Daud yang terlarang dengan Batsyeba. (II Sam.12: 18)
Dalam Perjanjian Baru kita temukan contoh yang mengejutkan, yaitu kisah Ananias dan Safira yang mati mendadak karena mendustai Roh Kudus. (Kis.5: 1-11)
Kemungkinan ada korelasi antara dosa dan penderitaan memang ada, tetapi tidaklah selalu demikian. Tuhan Yesus sendiri menjelaskan sikap-Nya terhadap penderitaan yang kita alami. Murid-murid Tuhan Yesus sendiri rupanya berpegang pada pemikiran bahwa penderitaan merupakan hukuman yang setimpal atas perbuatan yang dilakukan.
Pada suatu hari ketika murid-murid Tuhan Yesus melihat orang yang buta sejak lahir, mereka ingin tahu siapakah yang telah berbuat dosa, orang itu sendiri atau orang tuanya.
Jawab Yesus: ”Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.” (Yoh.9: 3).
Ketika beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea yang dibantai Pilatus, Yesus menjawab bahwa dosa mereka yang mati itu tidak lebih besar daripada orang-orang Galilea yang lain. Dan dosa ke delapanbelas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, tidak lebih besar daripada dosa orang lain yang tinggal di Yerusalem. Dari kedua peristiwa itu Tuhan Yesus menyebutkan pokok persoalannya, “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” (Luk.13: 1-5)
Jadi tidaklah benar pola pikir yang menganggap bahwa penderitaan baik yang dialami sendiri maupun yang dialami oleh orang lain itu disebabkan oleh karena hukuman Allah.
Sebenarnya salah satu kebenaran yang terdapat di dalam Alkitab itu adalah bahwa hukuman Allah akan selalu didahului oleh peringatan-peringatan.
Dalam Perjanjian Lama kita jumpai bahwa hukuman baru dilaksanakan sesudah peringatan yang diberikan secara terus-menerus diabaikan bahkan ditolak.
“Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, Aku tidak
berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang
fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat
itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?” (Yehezkiel 33: 11)
Dalam Perjanjian Baru kita jumpai pula hal yang sama. Kasih dan panjang sabar Allah digambarkan sangat mengharukan ketika Tuhan Yesus meratapi Yerusalem.
“Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-
orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama
seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak
mau.” (Mat.23: 37)
Allah menyatakan bahwa akan adanya musuh yang muncul dalam berbagai bentuk sesuai dengan tujuannya. Bisa berbentuk seorang wanita yang cantik menggairahkan atau pemimpin yang kelihatan alim, padahal semua itu merupakan penjelmaan kuasa gelap yaitu Iblis.
Iblis senang sekali merusak segala ciptaan Allah yang mengakibatkan penderitaan.
Kelihatannya Allah memang membiarkan Iblis berkuasa, tetapi kekuasaannya terbatas sehingga ia tidak dapat menyentuh orang yang mempunyai kedekatan dengan Allah.
“Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!
Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. . . “ (Yak.4: 7)
Mengapa Allah membiarkan manusia jatuh ke dalam dosa sehingga masuk ke Neraka?
Kita harus berpikir jernih, bahwa pada hakekatnya Allah tidak akan membiarkan manusia jatuh ke dalam dosa dan masuk ke Neraka. Tetapi manusia itu sendirilah yang menyebabkan dia jatuh ke dalam dosa dan masuk ke Neraka karena tidak mau dekat dengan Allah. Tuhan sudah mengupayakan dengan segala upaya untuk mengampuni, menebus dan menyucikan kita agar kita layak masuk Surga. Yang harus kita lakukan sebenarnya hanyalah menerima segala upaya dari Tuhan itu. Yang mau menerima segala upaya dari Tuhan akan masuk Surga, dan yang menolaknya akan masuk Neraka karena itu memang tempat yang layak bagi mereka.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sesungguhnya manusialah yang menyebabkan terjadinya dosa dan penderitaan di alam semesta ini. Akibat kesalahan-kesalahan manusia itu kemudian menimbulkan penderitaan bagi banyak orang. Lihatlah peristiwa kesalahan pengeboran yang menyebabkan orang-orang daerah Sidoarjo terkena luapan lumpur yang masih berlanjut sampai kini. Segala harta benda yang mereka miliki baik rumah maupun harta yang lain hancur terbenam di lumpur. Mereka menderita akibat kesalahan orang lain dan bukan kesalahannya sendiri. Terjadinya penipuan, perampokan, korupsi dan mementingkan diri sendiri menyebabkan penderitaan yang menyedihkan bagi banyak orang. Kita sama sekali tidak bisa menyalahkan Allah untuk segala penderitaan itu. Dan penderitaan itu bukan merupakan hukuman dari Allah, tetapi akibat perbuatan manusia juga yang tentu dipengaruhi oleh pikiran jahat yang dihembuskan iblis yang menjauhkan kedekatan kita dengan Tuhan.
Manakala mengalami penderitaan baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, ada yang harus kita pikirkan dan renungkan. Betapapun berat penderitaan yang kita alami, hendaknya kita ingat bahwa penderitaan Tuhan Yesus untuk menebus kesalahan kita jauh lebih berat. Perkataan Nabi Yesaya yang telah menubuatkan penderitaan Yesus kiranya dapat meringankan beban penderitaan kita. “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan biasa menderita kesakitan.” (Yesaya 53: 3) . Tuhan Yesuslah yang justru mengalami penderitaan yang luar biasa untuk menebus dosa dan kesalahan kita. Jadi penderitaan yang kita alami itu sesungguhnya akibat dari kesalahan kita sendiri dan bukan merupakan hukuman dari Allah. *dari berbagai sumber. Gunungsindur, medio Juni’15. Ode Pamungkas.
Yuk Belajar Patuh
Ada Enam perkara yang dibenci Tuhan, bahkan ada Tujuh perkara menjadi kekejian bagi hatiNYA, Mata Sombong, Lidah dusta, Tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak berdosa, Hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, Kaki yang segera berlari menuju kejahatan, Seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan menimbulkan pertengkaran saudara, itulah yang tersurat dari Amsal 6 : 16–19
Sengaja atau tidak sengaja pasti kita pernah melakukan salah satu hal tersebut diatas , namun (Markus 1:15) menyarankan “Bertobatlah dan percayalah pada Injil. Oleh sebab itu segeralah bertobat dan mohon ampun pada Allah”. Kemudian berdamai dengan yang terkait sehingga tidak menimbulkan luka batin, dapat menimbulkan rasa was-was, gelisah, tidak dapat tidur, sehingga tensi naik/turun menyebabkan pusing dan sebagainya
Hal tersebut terjadi sesuai dengan janji Tuhan di Amsal 3: 11–12 dan Ibrani 12 : 5-6 “ Hai anak ku janganlah engkau menolak didikan Tuhan dan janganlah engkau bosan akan peringatannya karena Tuhan member ajaran kepada yang dikasihinya seperti seorang ayah kepada anak yang disayanginya.
Mari kita belajar dari Paulus yang sebelumnya bernama Saulus yang berbuat jahat pada pengikut yesus. Saulus orang Tarsus dalam perjalannya ke Damsyik dengan rencana akan mengangkat pengikut Yesus, Ia dikelilingi cahaya dari langit dan terdengar suara yang berkali-kali padanya “Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus “Siapakah Engkau, Tuhan? Kata Nya “ Akulah Yesus yang kau Aniaya itu, Tetapi Bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kau perbuat. Tiba tiba saulus menjadi Buta selama 3 Hari tidak makan dan minum selama 3 hari juga. Tuhan mengutus Ananias dalam suatu penglihatan untuk menuju jalan Lurus di kota Damsyik untuk menemui Saulus orang Tarsus dan menumpangkan tangan ke atas kepalanya.
Tuhan Yesus mengatakan kepada Ananias bahwa Saulus adalah Alat pilihan bagi Yesus untuk memberitakan Nama Yesus pada bangsa-bangsa Lain serta Raja-raja dan orang-orang Israel. Yesus sendiri yang akan menunjukkan banyak Penderitaan yang harus ditanggung Saulus oleh Karena nama Yesus. Dengan jujur dan patuh, Ananias melakukan yang diperintahkan Tuhan Yesus kepadanya. Kata Ananias Saulus Saudaraku Tuhan Yesus yang telah Menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui telah menyuruh aku kepadamu supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus, seketika itu juga Saulus dapat melihat, bangun dan dibaptis setelah makan dan minum pulihlah kekuatannya.
Saulus juga disebut Paulus yang penuh dengan Roh Kudus senantiasa melakukan semua perintah Tuhan Yesus melalui Roh Kudus. Banyak hal yang dilakukannya antara lain memberitakan bahwa orang yang percaya pada Yesus akan Peroleh pembebasan dari dosa (KIsah rasul 13: 19) dan menasehati agar tetap hidup di dalam kasih karunia Allah (Kisah rasul 13: 43). Paulus dikira dewa Hermes dan diberi penghormatan berupa lembu-lembu jantan dan bunga sebagai penghormatan kepadanya karena dapat menyembuhkan orang lumpuh yang beriman, tetapi paulus menjelaskan bahwa dirinya adalah manusia biasa. Dan masih banyak hal lagi yang dilakukan Paulus.
Paulus senantiasa memberitakan bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Allah. Paulus juga menulis 14 surat di dalam injil yakni: Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, Timotius, Titus, Filemon, Ibrani
Injil itu kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya karena orang benar akan hidup oleh Iman, Supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah (1 Korintus 1 : 29).
Bisakah kita patuh seperti Saulus, mari kita coba untuk melalukan hal-hal yang sederhana sebagai wujud patuh, sebagai contoh antara lain :
1. Tidak membuang tissue bekas pakai bungkus permen gelas atau botol minum di bangku ibadah dalam Gereja
2. Membuang bungkus makanan atau gelas minum usai ibadah jam 6 pagi tidak di pot tanaman bangku di luar gereja maupun di halaman tetapi buanglah sampah di tempat sampah
3. Apabila menikmati kudapan di GSG bawah, piring ataupun mangkoknya dikembalikan ke penjualnya tidak diletakkan sembarangan, perhatikan usai kebaktian pukul 10 gsg bawah seperti pasar, sangat kotor.
4. Jangan merokok di sembarang tempat, seyogyanya di sudut kiri depan gereja dekat parkir motor dan tidak membuang puntungnya sembarangan, matikan apinya dan buang di tempat sampah
Yuk dengan latihan patuh pada yang sederhana lambat laun dapat patuh pada hal yang besar sehingga kita dapat melakukan firman Allah dengan benar dan menyenangkan hati ALLAH, amin. Djani PAS.
Sengaja atau tidak sengaja pasti kita pernah melakukan salah satu hal tersebut diatas , namun (Markus 1:15) menyarankan “Bertobatlah dan percayalah pada Injil. Oleh sebab itu segeralah bertobat dan mohon ampun pada Allah”. Kemudian berdamai dengan yang terkait sehingga tidak menimbulkan luka batin, dapat menimbulkan rasa was-was, gelisah, tidak dapat tidur, sehingga tensi naik/turun menyebabkan pusing dan sebagainya
Hal tersebut terjadi sesuai dengan janji Tuhan di Amsal 3: 11–12 dan Ibrani 12 : 5-6 “ Hai anak ku janganlah engkau menolak didikan Tuhan dan janganlah engkau bosan akan peringatannya karena Tuhan member ajaran kepada yang dikasihinya seperti seorang ayah kepada anak yang disayanginya.
Mari kita belajar dari Paulus yang sebelumnya bernama Saulus yang berbuat jahat pada pengikut yesus. Saulus orang Tarsus dalam perjalannya ke Damsyik dengan rencana akan mengangkat pengikut Yesus, Ia dikelilingi cahaya dari langit dan terdengar suara yang berkali-kali padanya “Saulus, Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus “Siapakah Engkau, Tuhan? Kata Nya “ Akulah Yesus yang kau Aniaya itu, Tetapi Bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kau perbuat. Tiba tiba saulus menjadi Buta selama 3 Hari tidak makan dan minum selama 3 hari juga. Tuhan mengutus Ananias dalam suatu penglihatan untuk menuju jalan Lurus di kota Damsyik untuk menemui Saulus orang Tarsus dan menumpangkan tangan ke atas kepalanya.
Tuhan Yesus mengatakan kepada Ananias bahwa Saulus adalah Alat pilihan bagi Yesus untuk memberitakan Nama Yesus pada bangsa-bangsa Lain serta Raja-raja dan orang-orang Israel. Yesus sendiri yang akan menunjukkan banyak Penderitaan yang harus ditanggung Saulus oleh Karena nama Yesus. Dengan jujur dan patuh, Ananias melakukan yang diperintahkan Tuhan Yesus kepadanya. Kata Ananias Saulus Saudaraku Tuhan Yesus yang telah Menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui telah menyuruh aku kepadamu supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus, seketika itu juga Saulus dapat melihat, bangun dan dibaptis setelah makan dan minum pulihlah kekuatannya.
Saulus juga disebut Paulus yang penuh dengan Roh Kudus senantiasa melakukan semua perintah Tuhan Yesus melalui Roh Kudus. Banyak hal yang dilakukannya antara lain memberitakan bahwa orang yang percaya pada Yesus akan Peroleh pembebasan dari dosa (KIsah rasul 13: 19) dan menasehati agar tetap hidup di dalam kasih karunia Allah (Kisah rasul 13: 43). Paulus dikira dewa Hermes dan diberi penghormatan berupa lembu-lembu jantan dan bunga sebagai penghormatan kepadanya karena dapat menyembuhkan orang lumpuh yang beriman, tetapi paulus menjelaskan bahwa dirinya adalah manusia biasa. Dan masih banyak hal lagi yang dilakukan Paulus.
Paulus senantiasa memberitakan bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Allah. Paulus juga menulis 14 surat di dalam injil yakni: Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, Timotius, Titus, Filemon, Ibrani
Injil itu kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya karena orang benar akan hidup oleh Iman, Supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah (1 Korintus 1 : 29).
Bisakah kita patuh seperti Saulus, mari kita coba untuk melalukan hal-hal yang sederhana sebagai wujud patuh, sebagai contoh antara lain :
1. Tidak membuang tissue bekas pakai bungkus permen gelas atau botol minum di bangku ibadah dalam Gereja
2. Membuang bungkus makanan atau gelas minum usai ibadah jam 6 pagi tidak di pot tanaman bangku di luar gereja maupun di halaman tetapi buanglah sampah di tempat sampah
3. Apabila menikmati kudapan di GSG bawah, piring ataupun mangkoknya dikembalikan ke penjualnya tidak diletakkan sembarangan, perhatikan usai kebaktian pukul 10 gsg bawah seperti pasar, sangat kotor.
4. Jangan merokok di sembarang tempat, seyogyanya di sudut kiri depan gereja dekat parkir motor dan tidak membuang puntungnya sembarangan, matikan apinya dan buang di tempat sampah
Yuk dengan latihan patuh pada yang sederhana lambat laun dapat patuh pada hal yang besar sehingga kita dapat melakukan firman Allah dengan benar dan menyenangkan hati ALLAH, amin. Djani PAS.
Sinaya di Sriwedari
Rombongan penghitung berkat dari GKJ Nehemia yang tergabung dalam Grup Sinaya, Senin 15 Juni’15 pagi berangkat dari Stasiun KA Pasar Senen menuju kota Sala dengan KA Gaya Baru Malam yang murah meriah. Rombongan ini memang ingin melakukan penyegaran dengan berwisata secara sederhana, yang penting gembira. Pukul 10.30 kereta yang sarat penumpang itu mulai bergerak meninggalkan stasiun. Tiba-tiba ketika kereta melewati stasiun Karawang ibu-ibu mulai gelisah, terutama ibu Cicit dan Ibu Pandam. Usut punya usut ternyata AC nya anget alias tidak dingin sehingga sekitar tempat duduk rombongan itu hawanya gerah, sementara tempat duduk yang di tengah gerbong penumpangnya kedinginan.
Ketika ditanyakan kepada petugas AC jawabnya sambil bercanda, karena AC itu merknya Panasonic. Mestinya harus diganti yang merk Ademsonic jadi betul-betul adem alias dingin. Yang terasa juga tersiksa adalah yang duduk bertiga satu bangku yaitu bu Hari, bu Nina dan mbak Wita yang rata-rata klas berat, sehingga mbak Wita yang duduk di pinggir nyaris cuma kebagian setengah badan. Sepanjang perjalanan mereka bersenda gurau untuk menghilangkan kegelisahan akibat kegerahan. Yang kasihan bu Steven yang ditugasi memesan karcis justru dapat tempat duduk tersendiri sehingga tidak bisa ikut nimbrung bercanda ria.
Sampai di stasiun KA Purwosari-Sala pukul 20.00, rombongan turun menuju hotel Grand Orchid di jl. Gajah Mada. Hotel bintang tiga ini rupanya penuh tamu yang menginap, mungkin karena promosi yang menurunkan harga sewa kamar hampir separuhnya. Karena jumlah rombongan kita ganjil yaitu 11 orang maka bu Ester, bu Sam dan bu Andreas tidur satu kamar, sementara pak Yudono dan pak Andreas yang mengawal rombongan tidur di kamar dekat pintu gerbang.
Selasa, 16 Juni’15 pukul 07.30 mobil yang akan mengantar rombongan sudah datang. Orang kalau lagi diberkati Tuhan, mobil yang dipesan Elf dengan kapasitas 12 penumpang tapi yang datang mobil Hi Ace baru dengan kapasitas 16 penumpang dengan sewa yang sama. Setelah menikmati soto Gading yang memang enak tenan, rombongan melaju ke kota Wonogiri untuk melihat waduk Gajahmungkur. Ketika memasuki kota Wonogiri rombongan melihat suatu keajaiban, yaitu Plinteng Semar. Batu besar berbentuk bulat yang disangga sebatang pohon asam di atas jalan.
Dulu pohon asam itu kecil saja, tingginya hanya separuh tinggi batunya namun sekarang sudah menjadi besar. Orang menyebutnya ajaib karena batu besar itu tidak longsor ke jalan dibawahnya walau cuma disangga pohon asam kecil. Sesampai di tepi waduk Gajahmungkur mereka berfoto ria sambil menikmati segarnya air kelapa muda. Di sini pak Andreas cerita bahwa kampung halamannya bersama bu Andreas telah tenggelam di tengah waduk, sehingga harus pindak ke kota Sala. Sementara penduduk yang rata-rata petani bedol desa ke Sitiung-Sumatra Barat dan Rimbo Bujang-Jambi. Waduk Gajahmungkur ini menggenangi 6 kecamatan dan menggusur ribuan penduduk. Setelah berfoto ria ibu-ibu memborong wader goreng dan udang yang memang murah meriah.
Tujuan wisata selanjutnya adalah museum Kars Indonesia di Pracimantoro. Di GKJ Wuryantoro rombongan berhenti sejenak untuk menemui mas Pras, atau Pdt. Yehezkiel Prasetya Adi putra alm. Pdt. Harsono yang bertugas di situ. Pendeta muda bertubuh tambun itu menyambut kedatangan rombongan beserta isterinya. Gereja itu terasa sejuk ditengah cuaca yang panas sekali. Sebagian besar rombongan mengenal betul mas Pras ketika masih kecil di GKJ Nehemia. Karena Pdt. Pras akan melayani pemakaman salah satu jemaatnya, segera saja rombongan minta diri melanjutkan perjalanan.
Museum Kars Indonesia yang berada di pertigaan Wonogiri, Wonosari dan Pacitan itu diresmikan tahun 2009 oleh Presiden SBY. Kars adalah batuan gamping di pegunungan Sewu yang memanjang dari Gunung Kidul, Wonogiri dan Pacitan. Kars merupakan dinding kapur sepanjang pegunungan dan bisa juga berupa stalaktit dan stalakmit di dalam gua. Cuaca saat itu panas bukan main sehingga rasanya setengah hati untuk melihat isi museum. Tetapi ketika dipersilakan memasuki ruang teater yang sejuk ber AC terasa sekali nikmatnya seperti menerima anugerah yang luar biasa karena terbebas dari kegerahan.
Di ruang itu diputar sebuah film tentang keberadaan kars yang meliputi gua vertikal dengan sungai bawah tanah yang mengagumkan di kawasan Gunung Kidul dan gua-gua lainnya. Selesai pemutaran film dilanjutkan dengan melihat-lihat peragaan Kars untuk Ilmu Pengetahuan dan Kars untuk kehidupan di ruang peraga lantai I dan II termasuk kehidupan manusia purba. Kemudian menuju tempat penjualan souvenir untuk membeli batu akik. Sebenarnya di sekitar museum ada beberapa gua yang bisa dilihat yaitu Gua Tembus sepanjang 50 meter dengan dua mulut gua, Gua Sodong dengan sungai bawah tanahnya, Gua Gilap, Gua Potro Bunder dan Gua Luweng Sapen.
Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 ketika meninggalkan museum Kars dan perut sudah mulai keroncongan. Sepanjang jalan menuju Gua Maria Putri Kenya di Giriwoyo tak satupun dijumpai rumah makan kecuali warung-warung kecil. Rombongan mampir sebentar ke Gua Maria untuk berfoto bersama dan mencuci muka dengan air yang sejuk sekali.
Karena bukan hari libur, warung di lokasi gua pun juga tidak buka. Perjalanan diteruskan ke kota Baturetno yang terkenal dengan sate kambingnya. Jalan yang bergelombang menyebabkan perut tambah keroncongan dan akhirnya makanan kecillah sebagai pengganjal sementara.
Kota Baturetno sudah lewat, namun warung sate tak kelihatan jelas sehingga diteruskan menuju Nguntoronadi. Untunglah di desa Semanding ada rumah makan ayam kampung goreng. Waktu itu jarum jam sudah menunjukkan angka 3 sore dan kesempatan itu tak di sia-siakan, segera kita sikat habis makanan yang disediakan. Ketika perut sudah kenyang dan hati tenang, perjalanan diteruskan. Dii beberapa tempat pak Andreas dan bu Andreas berteriak bahwa itu rumah saudaranya. Rupanya itulah kampung halamannya yang sudah bergeser ke tepi waduk. Ketika melewati daerah sentra mete di Ngadirojo rombongan terus melaju kembali ke Sala.
Malam itu pukul 19.30 sesudah mandi sebagian ibu-ibu naik becak ke Sri Wedari sementara sebagian jalan kaki karena jaraknya memang tidak jauh dari hotel. Karena Wayang Wong baru akan main pukul 20.30 ibu-ibu menikmati dulu wedang ronde dan sate kere sementara pak Yudono dan pak Andreas melihat-lihat batu akik yang dijajakan disamping gedung wayang orang. Dengan harga karcis 3 ribu rupiah saja kita sudah bisa menikmati tontonan wayang orang dengan ruangan ber AC.
Malam itu pentas Wayang Orang Sriwedari mengambil lakon Mahesasura-Lembusura. Para penggerong Pradatalaras sempat terkagum-kagum mendengar irama gamelan yang rampak gempita. Mereka sudah pakar semua dan memang digaji untuk menabuh gamelan, begitu juga para pemain wayang orang yang menjadi karyawan Pemda. Terpuaskan sudah malam itu cita-cita grup Sinaya untuk menyaksikan pertunjukan Wayang Orang Sriwedari yang sudah dirancang setahun lebih. Hari Rabu sebelum kembali ke Jakarta masih sempat berbelanja batik di Pusat Grosir Solo serta menikmati tengkleng, makanan khas Sala di Solo Baru. Pukul duabelas malam tiba di stasiun Pasar Senen. Bravo Sinaya!
Ketika ditanyakan kepada petugas AC jawabnya sambil bercanda, karena AC itu merknya Panasonic. Mestinya harus diganti yang merk Ademsonic jadi betul-betul adem alias dingin. Yang terasa juga tersiksa adalah yang duduk bertiga satu bangku yaitu bu Hari, bu Nina dan mbak Wita yang rata-rata klas berat, sehingga mbak Wita yang duduk di pinggir nyaris cuma kebagian setengah badan. Sepanjang perjalanan mereka bersenda gurau untuk menghilangkan kegelisahan akibat kegerahan. Yang kasihan bu Steven yang ditugasi memesan karcis justru dapat tempat duduk tersendiri sehingga tidak bisa ikut nimbrung bercanda ria.
Sampai di stasiun KA Purwosari-Sala pukul 20.00, rombongan turun menuju hotel Grand Orchid di jl. Gajah Mada. Hotel bintang tiga ini rupanya penuh tamu yang menginap, mungkin karena promosi yang menurunkan harga sewa kamar hampir separuhnya. Karena jumlah rombongan kita ganjil yaitu 11 orang maka bu Ester, bu Sam dan bu Andreas tidur satu kamar, sementara pak Yudono dan pak Andreas yang mengawal rombongan tidur di kamar dekat pintu gerbang.
Selasa, 16 Juni’15 pukul 07.30 mobil yang akan mengantar rombongan sudah datang. Orang kalau lagi diberkati Tuhan, mobil yang dipesan Elf dengan kapasitas 12 penumpang tapi yang datang mobil Hi Ace baru dengan kapasitas 16 penumpang dengan sewa yang sama. Setelah menikmati soto Gading yang memang enak tenan, rombongan melaju ke kota Wonogiri untuk melihat waduk Gajahmungkur. Ketika memasuki kota Wonogiri rombongan melihat suatu keajaiban, yaitu Plinteng Semar. Batu besar berbentuk bulat yang disangga sebatang pohon asam di atas jalan.
Dulu pohon asam itu kecil saja, tingginya hanya separuh tinggi batunya namun sekarang sudah menjadi besar. Orang menyebutnya ajaib karena batu besar itu tidak longsor ke jalan dibawahnya walau cuma disangga pohon asam kecil. Sesampai di tepi waduk Gajahmungkur mereka berfoto ria sambil menikmati segarnya air kelapa muda. Di sini pak Andreas cerita bahwa kampung halamannya bersama bu Andreas telah tenggelam di tengah waduk, sehingga harus pindak ke kota Sala. Sementara penduduk yang rata-rata petani bedol desa ke Sitiung-Sumatra Barat dan Rimbo Bujang-Jambi. Waduk Gajahmungkur ini menggenangi 6 kecamatan dan menggusur ribuan penduduk. Setelah berfoto ria ibu-ibu memborong wader goreng dan udang yang memang murah meriah.
Tujuan wisata selanjutnya adalah museum Kars Indonesia di Pracimantoro. Di GKJ Wuryantoro rombongan berhenti sejenak untuk menemui mas Pras, atau Pdt. Yehezkiel Prasetya Adi putra alm. Pdt. Harsono yang bertugas di situ. Pendeta muda bertubuh tambun itu menyambut kedatangan rombongan beserta isterinya. Gereja itu terasa sejuk ditengah cuaca yang panas sekali. Sebagian besar rombongan mengenal betul mas Pras ketika masih kecil di GKJ Nehemia. Karena Pdt. Pras akan melayani pemakaman salah satu jemaatnya, segera saja rombongan minta diri melanjutkan perjalanan.
Museum Kars Indonesia yang berada di pertigaan Wonogiri, Wonosari dan Pacitan itu diresmikan tahun 2009 oleh Presiden SBY. Kars adalah batuan gamping di pegunungan Sewu yang memanjang dari Gunung Kidul, Wonogiri dan Pacitan. Kars merupakan dinding kapur sepanjang pegunungan dan bisa juga berupa stalaktit dan stalakmit di dalam gua. Cuaca saat itu panas bukan main sehingga rasanya setengah hati untuk melihat isi museum. Tetapi ketika dipersilakan memasuki ruang teater yang sejuk ber AC terasa sekali nikmatnya seperti menerima anugerah yang luar biasa karena terbebas dari kegerahan.
Di ruang itu diputar sebuah film tentang keberadaan kars yang meliputi gua vertikal dengan sungai bawah tanah yang mengagumkan di kawasan Gunung Kidul dan gua-gua lainnya. Selesai pemutaran film dilanjutkan dengan melihat-lihat peragaan Kars untuk Ilmu Pengetahuan dan Kars untuk kehidupan di ruang peraga lantai I dan II termasuk kehidupan manusia purba. Kemudian menuju tempat penjualan souvenir untuk membeli batu akik. Sebenarnya di sekitar museum ada beberapa gua yang bisa dilihat yaitu Gua Tembus sepanjang 50 meter dengan dua mulut gua, Gua Sodong dengan sungai bawah tanahnya, Gua Gilap, Gua Potro Bunder dan Gua Luweng Sapen.
Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 ketika meninggalkan museum Kars dan perut sudah mulai keroncongan. Sepanjang jalan menuju Gua Maria Putri Kenya di Giriwoyo tak satupun dijumpai rumah makan kecuali warung-warung kecil. Rombongan mampir sebentar ke Gua Maria untuk berfoto bersama dan mencuci muka dengan air yang sejuk sekali.
Karena bukan hari libur, warung di lokasi gua pun juga tidak buka. Perjalanan diteruskan ke kota Baturetno yang terkenal dengan sate kambingnya. Jalan yang bergelombang menyebabkan perut tambah keroncongan dan akhirnya makanan kecillah sebagai pengganjal sementara.
Kota Baturetno sudah lewat, namun warung sate tak kelihatan jelas sehingga diteruskan menuju Nguntoronadi. Untunglah di desa Semanding ada rumah makan ayam kampung goreng. Waktu itu jarum jam sudah menunjukkan angka 3 sore dan kesempatan itu tak di sia-siakan, segera kita sikat habis makanan yang disediakan. Ketika perut sudah kenyang dan hati tenang, perjalanan diteruskan. Dii beberapa tempat pak Andreas dan bu Andreas berteriak bahwa itu rumah saudaranya. Rupanya itulah kampung halamannya yang sudah bergeser ke tepi waduk. Ketika melewati daerah sentra mete di Ngadirojo rombongan terus melaju kembali ke Sala.
Malam itu pukul 19.30 sesudah mandi sebagian ibu-ibu naik becak ke Sri Wedari sementara sebagian jalan kaki karena jaraknya memang tidak jauh dari hotel. Karena Wayang Wong baru akan main pukul 20.30 ibu-ibu menikmati dulu wedang ronde dan sate kere sementara pak Yudono dan pak Andreas melihat-lihat batu akik yang dijajakan disamping gedung wayang orang. Dengan harga karcis 3 ribu rupiah saja kita sudah bisa menikmati tontonan wayang orang dengan ruangan ber AC.
Malam itu pentas Wayang Orang Sriwedari mengambil lakon Mahesasura-Lembusura. Para penggerong Pradatalaras sempat terkagum-kagum mendengar irama gamelan yang rampak gempita. Mereka sudah pakar semua dan memang digaji untuk menabuh gamelan, begitu juga para pemain wayang orang yang menjadi karyawan Pemda. Terpuaskan sudah malam itu cita-cita grup Sinaya untuk menyaksikan pertunjukan Wayang Orang Sriwedari yang sudah dirancang setahun lebih. Hari Rabu sebelum kembali ke Jakarta masih sempat berbelanja batik di Pusat Grosir Solo serta menikmati tengkleng, makanan khas Sala di Solo Baru. Pukul duabelas malam tiba di stasiun Pasar Senen. Bravo Sinaya!
Retreat Majelis
Majelis GKJ Nehemia, pada tanggal 12-13 Juni 2015 telah melaksanakan salah satu program kerja dan merupakan salah satu acara penting bagi Majelis GKJ Nehemia, yakni retreat. Retreat tersebut dilaksanakan di Mega Development Centre (MDC), Jl. Pasir Muncang, Gadog. Retreat tahun 2015 ini mengambil tema “Familia Dei” sebagai tema besar, dan mengambil Filipi 2: 1-11 (Karya Majelis untuk Memelihara Keluarga ALLAH) sebagai nats utama, tujuannya, setelah retreat berakhir, para peserta siap untuk menjadi majelis yang lebih “mumpuni” baik pelayanan dalam kebaktian maupun terhadap jemaat wilayahnya.
Acara yang diikuti oleh kurang lebih 45 orang (termasuk peserta dan panitia) ini berlangsung selama 2 hari 1 malam, durasi retreat dengan menginap ini dimaksudkan agar bisa lebih memperkuat lagi komunikasi dan tujuan pokok dalam kemajelisan. Ke depannya, diharapkan hubungan antara majelis menjadi semakin solid dan utuh, artinya ada suatu keterbukaan dan komunikasi dua-arah yang dibangun, sehingga maksud dan keinginan masing-masing pihak tersampaikan dan tersalurkan di dalam program-program kerja yang akan dilaksanakan bersama, terutama dalam menangani problema dan masalah yang terjadi dalam dinamika kehidupan berjemaat.
Retreat yang dimulai pada tanggal 12 Juni ini diawali dengan berkumpulnya peserta retreat di GKJ Nehemia pada pukul 12.00, rombongan peserta terbagi menjadi 2 waktu keberangkatan, pukul 12.00 dan peserta susulan. Sesampainya peserta di MDC Gadog, sekitar pukul 13.30, peserta mengikuti instruksi panitia untuk pembagian kamar (per kamar berisi 4 orang) dan coffee break di ruang makan, beberapa peserta terlihat menikmati keadaan sekeliling penginapan dan memanfaatkan fasilitas olah raga yang ada seperti bermain tenis meja dan berenang, MDC Gadoq ini mempunyai fasilitas kolam renang outdoor yang cukup bagus, selain itu bahkan terlihat beberapa majelis “berburu” sate kambing di sekitar kawasan Gadog. Sesudah lelah beraktifitas sambil menunggu makan malam, kegiatan yang paling pas dilakukan, apalagi kalo bukan menyanyi dengan diiringi organ tunggal, retreat majelis kali ini pun tidak lupa membawa serta Mas Sunar sebagai pemain organ tunggal langganan Wilayah Radio Dalam.
Seusai makan malam pukul 19.00 dimulai sesi pertama dipimpin oleh Pnt. Yarin Subarto dan diawali dengan kebaktian singkat yang dipimpin oleh Pdt. Agus Hendratmo. Berbeda dengan retreat majelis sebelumnya sesi acara retreat kali ini berbentuk fragmen dengan 3 kasus yang berbeda, majelis dibagi menjadi 3 bagian dan masing-masing kelompok memerankan studi kasus bagiannya. Kasus pertama berupa sepasang suami istri terlibat cekcok berkepanjangan sampai mengarah kepada ancaman perceraian dengan inti permasalahan sang suami sibuk bekerja dan sang istri kerap kali tidak didengarkan keluh kesahnya.
Kasus kedua berkaitan dengan perselingkuhan dengan inti persoalan si istri berselingkuh karena ia menuduh suaminya selingkuh duluan, istri mencoba membalas perselingkuhan dengan perselingkuhan juga. Kasus terakhir adalah ada satu keluarga kaya terlibat konflik dengan sekelompok masyarakat yang telah hidup di sebidang tanah milik keluarga kaya tersebut dan mereka menolak untuk pergi sehingga muncullah usaha penggusuran paksa. Masalahnya adalah keluarga kaya tersebut adalah bagian dari warga binaan gereja dan sebagian warga miskin pun demikian. Fragmen tersebut diperagakan dengan apik walaupun mengundang tawa tapi makna dan maksudnya dapat tercapai dengan baik, dari ketiga kelompok majelis tersebut, dipilihlah kelompok 3 sebagai kelompok terbaik dan untuk melengkapinya, Dkn. Nina Sugiartini terpilih sebagai “aktris” terbaik.
Hari ke-2 retreat majelis 2015, diawali pada pukul 05.30 dengan saat teduh masing-masing kelompok kamar, renungannya dipersiapkan oleh Pdt. Agus Hendratmo mengambil tema “pengampunan” (Yunus 3: 1-10) dengan refleksi lebih lanjut: bagaimana kita mengajarkan antar suami dan istri maupun orang tua dan anak untuk saling mengampuni. Pukul 08.00 tepat sesudah makan pagi diawali dengan poto bersama, dimulailah sesi ke 2 yaitu pembahasan teknikal majelis mengenai liturgi dan doa dengan menitikberatkan pada urutan dan tata cara membawakan liturgi pada kebaktian minggu baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Jawa. Dalam sesi ini bahkan dibahas penyesuaian Bahasa Jawa dalam kebaktian ibadah jam 10 tiap minggunya. Sesi hari kedua ini dipimpin oleh Pdt. Samuel Bambang Haryanto, Dkn. Andreas Hutomo dan Pnt. Elyasib. Sesi yang diakhiri pada pukul 11.00 itu kemudian ditutup dengan doa dilanjutkan makan siang berpisah menggunakan kendaraan masing-masing dengan hati yang berkobar-kobar untuk melanjutkan pelayanan kemajelisan dengan lebih baik lagi.
Acara yang diikuti oleh kurang lebih 45 orang (termasuk peserta dan panitia) ini berlangsung selama 2 hari 1 malam, durasi retreat dengan menginap ini dimaksudkan agar bisa lebih memperkuat lagi komunikasi dan tujuan pokok dalam kemajelisan. Ke depannya, diharapkan hubungan antara majelis menjadi semakin solid dan utuh, artinya ada suatu keterbukaan dan komunikasi dua-arah yang dibangun, sehingga maksud dan keinginan masing-masing pihak tersampaikan dan tersalurkan di dalam program-program kerja yang akan dilaksanakan bersama, terutama dalam menangani problema dan masalah yang terjadi dalam dinamika kehidupan berjemaat.
Retreat yang dimulai pada tanggal 12 Juni ini diawali dengan berkumpulnya peserta retreat di GKJ Nehemia pada pukul 12.00, rombongan peserta terbagi menjadi 2 waktu keberangkatan, pukul 12.00 dan peserta susulan. Sesampainya peserta di MDC Gadog, sekitar pukul 13.30, peserta mengikuti instruksi panitia untuk pembagian kamar (per kamar berisi 4 orang) dan coffee break di ruang makan, beberapa peserta terlihat menikmati keadaan sekeliling penginapan dan memanfaatkan fasilitas olah raga yang ada seperti bermain tenis meja dan berenang, MDC Gadoq ini mempunyai fasilitas kolam renang outdoor yang cukup bagus, selain itu bahkan terlihat beberapa majelis “berburu” sate kambing di sekitar kawasan Gadog. Sesudah lelah beraktifitas sambil menunggu makan malam, kegiatan yang paling pas dilakukan, apalagi kalo bukan menyanyi dengan diiringi organ tunggal, retreat majelis kali ini pun tidak lupa membawa serta Mas Sunar sebagai pemain organ tunggal langganan Wilayah Radio Dalam.
Seusai makan malam pukul 19.00 dimulai sesi pertama dipimpin oleh Pnt. Yarin Subarto dan diawali dengan kebaktian singkat yang dipimpin oleh Pdt. Agus Hendratmo. Berbeda dengan retreat majelis sebelumnya sesi acara retreat kali ini berbentuk fragmen dengan 3 kasus yang berbeda, majelis dibagi menjadi 3 bagian dan masing-masing kelompok memerankan studi kasus bagiannya. Kasus pertama berupa sepasang suami istri terlibat cekcok berkepanjangan sampai mengarah kepada ancaman perceraian dengan inti permasalahan sang suami sibuk bekerja dan sang istri kerap kali tidak didengarkan keluh kesahnya.
Kasus kedua berkaitan dengan perselingkuhan dengan inti persoalan si istri berselingkuh karena ia menuduh suaminya selingkuh duluan, istri mencoba membalas perselingkuhan dengan perselingkuhan juga. Kasus terakhir adalah ada satu keluarga kaya terlibat konflik dengan sekelompok masyarakat yang telah hidup di sebidang tanah milik keluarga kaya tersebut dan mereka menolak untuk pergi sehingga muncullah usaha penggusuran paksa. Masalahnya adalah keluarga kaya tersebut adalah bagian dari warga binaan gereja dan sebagian warga miskin pun demikian. Fragmen tersebut diperagakan dengan apik walaupun mengundang tawa tapi makna dan maksudnya dapat tercapai dengan baik, dari ketiga kelompok majelis tersebut, dipilihlah kelompok 3 sebagai kelompok terbaik dan untuk melengkapinya, Dkn. Nina Sugiartini terpilih sebagai “aktris” terbaik.
Hari ke-2 retreat majelis 2015, diawali pada pukul 05.30 dengan saat teduh masing-masing kelompok kamar, renungannya dipersiapkan oleh Pdt. Agus Hendratmo mengambil tema “pengampunan” (Yunus 3: 1-10) dengan refleksi lebih lanjut: bagaimana kita mengajarkan antar suami dan istri maupun orang tua dan anak untuk saling mengampuni. Pukul 08.00 tepat sesudah makan pagi diawali dengan poto bersama, dimulailah sesi ke 2 yaitu pembahasan teknikal majelis mengenai liturgi dan doa dengan menitikberatkan pada urutan dan tata cara membawakan liturgi pada kebaktian minggu baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Jawa. Dalam sesi ini bahkan dibahas penyesuaian Bahasa Jawa dalam kebaktian ibadah jam 10 tiap minggunya. Sesi hari kedua ini dipimpin oleh Pdt. Samuel Bambang Haryanto, Dkn. Andreas Hutomo dan Pnt. Elyasib. Sesi yang diakhiri pada pukul 11.00 itu kemudian ditutup dengan doa dilanjutkan makan siang berpisah menggunakan kendaraan masing-masing dengan hati yang berkobar-kobar untuk melanjutkan pelayanan kemajelisan dengan lebih baik lagi.
Gembala Punya Cerita: Dewi Lara Amis
Dalam rangka menyongsong bulan budaya GKJ Nehemia, kali ini kami tampilkan cerita wayang purwa atau wayang kulit dengan gaya penulisan khas Gembala punya cerita.
Seorang gadis cantik bahkan sangat cantik sore itu sedang mendayung perahu tambangan di Bengawan Silugangga menghantar para penyeberang sungai. Bengawan Silugangga yang airnya tak pernah surut dan lebarnya melebihi sungai Bengawan Solo itu merupakan urat nadi perekonomian warga sepanjang alirannya. Silu konon artinya sungai, Bengawan juga sungai, Kali juga sungai.
Jadi kira-kira sama dengan penyebutan Sungai Bengawan Solo. Padahal cukup disebut Sungai Solo atau Bengawan Solo saja, demikian juga dengan Bengawan Gangga atau Sungai Gangga. Sama juga seperti Sungai Ciliwung atau Sungai Cisedane, karena Ci artinya sungai maka penyebutannya mestinya cukup Ciliwung atau Cisedane saja tanpa embel-embel sungai.
Di sepanjang aliran sungai Gangga terdapat beberapa halte tempat penyeberangan dengan perahu atau rakit, karena jembatan tidak bisa dibangun lantaran tepian sungai terlalu landai dan tanahnya lembek. Wajah gadis perahu tambangan yang terkena sorot candhik ayu atau matahari senja semburat jingga itu terlihat semakin cantik saja. Pipinya yang bak pauh dilayang dan bulu matanya yang tumengeng tawang dengan pandangan mata sayu setengah mengantuk itu sungguh mempesona. Tetapi yang tak kalah menarik adalah bahwa seluruh penumpang perahu tambangan itu memakai masker yang dijual sepuluh ribu tiga seolah takut terkena virus flu burung.
Usut punya usut ternyata gadis cantik pendayung perahu tambangan itu adalah Dewi Durgandini, putri sekar kedhaton dari Kerajaan Wirata putri Prabu Basuketi. Lalu kenapa seorang putri raja yang cantik nan jelita itu mau bekerja sebagai pendayung perahu tambangan?
Konon putri yang cantik yang sedang mekar ini suatu saat tiba-tiba diserang jenis penyakit yang sangat langka. Sepintas memang terlihat segar bugar, tetapi sesungguhnya ada bau amis menyengat yang keluar dari tubuhnya dan bersumber dari keteknya. Orang-orang yang berada di dekatnya merasa dirinya seolah-olah berada di tengah pasar ikan yang meyebarkan bau amis dan anyir luar biasa di seluruh area.
Segala cara, daya dan upaya pengobatan telah dilakukan dengan mengerahkan dukun seluruh negeri. Dimulai dari godhong luntas, suruh lanang, kunir putih, temu giring, babakan pace, kulit manggis, kulit duren sampai segala merek deodorant buatan Eropah serta aroma wangi-wangian tak berhasil mengurangi apalagi menghilangkan bau amis tersebut. Mau dibawa berobat ke negeri Cina, Mongolia dan Tibet harus nunggu eksit permit dari Dewa di Kayangan yang di tunggu-tunggu tak pernah turun.
Prabu Basuketi raja gung binathara hambahu dendha hanyakrawati itu akhirnya menjadi stress berat. Berbagai obat penenang dari yang generik sampai spesial bahkan jamu yang sangat pahit berwarna hijau litrek-litrek pun sudah diminumnya, namun tak bisa nentremke pikire sehingga di waktu malam hari cuma kelap-kelop nggak bisa tidur sama-sekali.
Untuk menghindari demo besar-besaran dari rakyat semesta Wirata akibat polusi udara amis tersebut, dengan sangat terpaksa Prabu Basuketi harus menjauhkan putri tercintanya Dewi Durgandini dari antero istana kemudian diasingkan ke tepi Sungai Gangga dan hidup di dalam perahu tambangan yang kemudian hari orang menyebutnya Dewi Lara Amis.
Di hulu sungai Gangga dibawah pohon yang rindang bertapalah seorang ksatria muda tampan dan perkasa bernama Palasara dari Wukir Retawu. Demikian lama sang ksatria ini bertapa memohon petunjuk Dewa sehingga rambutnya tumbuh memanjang dan gimbal kruwel-kruwel tak terurus. Sepasang burung emprit yang tidak mendapatkan pelajaran budi pekerti bersarang seenaknya di kepala sang pertapa. Ketika telor-telor burung emprit ini menetas, suasana menjadi berisik karena cericit anak-anak burung itu sehingga menyebabkan Palasara menjugarkan tapanya. Sepasang induk burung tadi terbang seolah-olah mengejek sang pertapa. Karena jengkelnya, Palasara segera mengejar sepasang burung tadi sampai ke hilir sungai Gangga. Ketika burung tadi hampir tertangkap tiba-tiba berubah menjadi Batara Guru dan Narada.
Palasara diberitahu secara berbisik agar mau mengobati penyakit Dewi Durgandini alias Dewi Lara Amis. Batara Narada kemudian memberikan minyak jayeng katong, dengan pesan jangan dioleskan di pelupuk mata karena bisa melihat makhluk halus dan bisa tembus pandang.
Dengan bekal minyak jayeng katong itu Palasara segera menyusuri tepian sungai sampai tiba di tempat Dewi Lara Amis mangkal. Saat itu sedang sepi penumpang sehingga hanya ada Palasara dan Lara Amis saja. Mulut Palasara ternganga bahna kagum ketika melihat kecantikan Dewi Lara Amis, namun secara tiba-tiba pula dia mengatupkan mulutnya serta mengernyitkan dahi dan cuping hidungnya kembang-kempis karena tercium bau yang sangat amis seperti bau ikan paus terdampar di pantai. Palasara dengan setengah hati mendekati Dewi Lara Amis.
“Tolong saya diseberangkan, ya.” Kata Palasara sambil menahan nafas.
“Boleh saja, tapi karena penumpangnya hanya seorang tentu ada syaratnya,” jawab Lara Amis.
“Apa syaratnya supaya saya bisa diseberangkan?”
“Anda harus mengobati penyakit saya.”
Palasara menyanggupi dan perlahan tapi pasti perahu itu di dayung menuju seberang sungai. Namun di tengah sungai, Palasara meminta agar perahu diberhentikan karena ritual penyembuhan akan segera dimulai.
Segera Palasara mengheningkan cipta sedhakep saluku tunggal nutupi babahan hawa sanga minta bantuan Dewa agar proses penyembuhan berjalan lancar. Setelah pertolongan itu datang dengan pertanda adanya angin semribit beraroma wangi maka segera saja minyak jayeng katong itu di pyur-pyur kan ke tubuh Lara Amis, dan aneh bin ajaib bau amis dari tubuhnya hilang seketika berganti dengan harum semerbak mewangi. Wajah Lara Amis segar bercahaya, matanya berbinar-binar, rambutnya terurai terhempas angin sepoi-poi basa, bibirnya basah setengah terbuka merah merekah menimbulkan gairah.
Akhirnya tanpa disadari mereka berdua, terjadilah cinta terlarang di atas perahu di tengah sungai Gangga di bawah langit terbuka. Melihat kejadian ini Dewa di Kayangan menjadi murka dan mengirimkan puting beliung berupa tiang awan hitam diiringi deru angin yang dahsyat sehingga suasana menjadi gelap. Prahara itu menghantam perahu hingga pecah berkeping-keping menjadi ratusan cuwilan papan.
Palasara dan Durgandini yang sedang bermesraan menjadi terkejut bukan main dan segera menyelamatkan diri berenang dengan gaya bebas menuju tepian sungai. Keajaiban kembali terjadi, setelah cuaca menjadi padhang njingglang maka terlihatlah perahu yang pecah tadi menjelma menjadi manusia setengah raksasa tinggi besar bernama Rajamala. Sedangkan sepasang dayung perahu itu menjelma menjadi ksatria kembar bernama Rupakenca dan Kencakarupa.
Palasara dan Durgandini yang selamat ke tepian segera membangun pondok di tepi sungai di bawah pohon ingas yang besar dan rindang. Dewi Durgandini pun kemudian mengandung hasil perkawinan siri dengan Palasara tanpa pemberkatan dan catatan sipil. Menjelang kelahiran bayi pertama itu Palasara merasa trenyuh melihat situasi yang tidak kondusif yang dialaminya berdua. Segera dia semedi alias meditasi dengan khusyuk meminta pertolongan Dewa agar diberikan rumah yang layak huni.
Karena Palasara mantan pertapa yang tahan lapar dan haus serta tahan menderita maka permohonannya dikabulkan oleh Dewa. Tidak saja dia memperoleh rumah layak huni tetapi bahkan sebuah istana yang megah, lengkap dengan perabotannya. Karena letak istana ini dekat pohon ingas maka Palasara memberi nama Astina. Kemudian hari istana megah itu berkembang menjadi sebuah kerajaan, dan sebagai raja pertama di Astina Palasara bergelar Prabu Dipakiswara. Kebahagiaan Palasara dan Durgandini menjadi lengkap ketika menerima anugerah berupa lahirnya seorang bayi laki-laki berwajah pas-pasan berkulit hitam, meski bapaknya cakep ibunya cantik. Bayi tersebut diberi nama Abiyasa. Sumber: pewayangan.
Seorang gadis cantik bahkan sangat cantik sore itu sedang mendayung perahu tambangan di Bengawan Silugangga menghantar para penyeberang sungai. Bengawan Silugangga yang airnya tak pernah surut dan lebarnya melebihi sungai Bengawan Solo itu merupakan urat nadi perekonomian warga sepanjang alirannya. Silu konon artinya sungai, Bengawan juga sungai, Kali juga sungai.
Jadi kira-kira sama dengan penyebutan Sungai Bengawan Solo. Padahal cukup disebut Sungai Solo atau Bengawan Solo saja, demikian juga dengan Bengawan Gangga atau Sungai Gangga. Sama juga seperti Sungai Ciliwung atau Sungai Cisedane, karena Ci artinya sungai maka penyebutannya mestinya cukup Ciliwung atau Cisedane saja tanpa embel-embel sungai.
Di sepanjang aliran sungai Gangga terdapat beberapa halte tempat penyeberangan dengan perahu atau rakit, karena jembatan tidak bisa dibangun lantaran tepian sungai terlalu landai dan tanahnya lembek. Wajah gadis perahu tambangan yang terkena sorot candhik ayu atau matahari senja semburat jingga itu terlihat semakin cantik saja. Pipinya yang bak pauh dilayang dan bulu matanya yang tumengeng tawang dengan pandangan mata sayu setengah mengantuk itu sungguh mempesona. Tetapi yang tak kalah menarik adalah bahwa seluruh penumpang perahu tambangan itu memakai masker yang dijual sepuluh ribu tiga seolah takut terkena virus flu burung.
Usut punya usut ternyata gadis cantik pendayung perahu tambangan itu adalah Dewi Durgandini, putri sekar kedhaton dari Kerajaan Wirata putri Prabu Basuketi. Lalu kenapa seorang putri raja yang cantik nan jelita itu mau bekerja sebagai pendayung perahu tambangan?
Konon putri yang cantik yang sedang mekar ini suatu saat tiba-tiba diserang jenis penyakit yang sangat langka. Sepintas memang terlihat segar bugar, tetapi sesungguhnya ada bau amis menyengat yang keluar dari tubuhnya dan bersumber dari keteknya. Orang-orang yang berada di dekatnya merasa dirinya seolah-olah berada di tengah pasar ikan yang meyebarkan bau amis dan anyir luar biasa di seluruh area.
Segala cara, daya dan upaya pengobatan telah dilakukan dengan mengerahkan dukun seluruh negeri. Dimulai dari godhong luntas, suruh lanang, kunir putih, temu giring, babakan pace, kulit manggis, kulit duren sampai segala merek deodorant buatan Eropah serta aroma wangi-wangian tak berhasil mengurangi apalagi menghilangkan bau amis tersebut. Mau dibawa berobat ke negeri Cina, Mongolia dan Tibet harus nunggu eksit permit dari Dewa di Kayangan yang di tunggu-tunggu tak pernah turun.
Prabu Basuketi raja gung binathara hambahu dendha hanyakrawati itu akhirnya menjadi stress berat. Berbagai obat penenang dari yang generik sampai spesial bahkan jamu yang sangat pahit berwarna hijau litrek-litrek pun sudah diminumnya, namun tak bisa nentremke pikire sehingga di waktu malam hari cuma kelap-kelop nggak bisa tidur sama-sekali.
Untuk menghindari demo besar-besaran dari rakyat semesta Wirata akibat polusi udara amis tersebut, dengan sangat terpaksa Prabu Basuketi harus menjauhkan putri tercintanya Dewi Durgandini dari antero istana kemudian diasingkan ke tepi Sungai Gangga dan hidup di dalam perahu tambangan yang kemudian hari orang menyebutnya Dewi Lara Amis.
Di hulu sungai Gangga dibawah pohon yang rindang bertapalah seorang ksatria muda tampan dan perkasa bernama Palasara dari Wukir Retawu. Demikian lama sang ksatria ini bertapa memohon petunjuk Dewa sehingga rambutnya tumbuh memanjang dan gimbal kruwel-kruwel tak terurus. Sepasang burung emprit yang tidak mendapatkan pelajaran budi pekerti bersarang seenaknya di kepala sang pertapa. Ketika telor-telor burung emprit ini menetas, suasana menjadi berisik karena cericit anak-anak burung itu sehingga menyebabkan Palasara menjugarkan tapanya. Sepasang induk burung tadi terbang seolah-olah mengejek sang pertapa. Karena jengkelnya, Palasara segera mengejar sepasang burung tadi sampai ke hilir sungai Gangga. Ketika burung tadi hampir tertangkap tiba-tiba berubah menjadi Batara Guru dan Narada.
Palasara diberitahu secara berbisik agar mau mengobati penyakit Dewi Durgandini alias Dewi Lara Amis. Batara Narada kemudian memberikan minyak jayeng katong, dengan pesan jangan dioleskan di pelupuk mata karena bisa melihat makhluk halus dan bisa tembus pandang.
Dengan bekal minyak jayeng katong itu Palasara segera menyusuri tepian sungai sampai tiba di tempat Dewi Lara Amis mangkal. Saat itu sedang sepi penumpang sehingga hanya ada Palasara dan Lara Amis saja. Mulut Palasara ternganga bahna kagum ketika melihat kecantikan Dewi Lara Amis, namun secara tiba-tiba pula dia mengatupkan mulutnya serta mengernyitkan dahi dan cuping hidungnya kembang-kempis karena tercium bau yang sangat amis seperti bau ikan paus terdampar di pantai. Palasara dengan setengah hati mendekati Dewi Lara Amis.
“Tolong saya diseberangkan, ya.” Kata Palasara sambil menahan nafas.
“Boleh saja, tapi karena penumpangnya hanya seorang tentu ada syaratnya,” jawab Lara Amis.
“Apa syaratnya supaya saya bisa diseberangkan?”
“Anda harus mengobati penyakit saya.”
Palasara menyanggupi dan perlahan tapi pasti perahu itu di dayung menuju seberang sungai. Namun di tengah sungai, Palasara meminta agar perahu diberhentikan karena ritual penyembuhan akan segera dimulai.
Segera Palasara mengheningkan cipta sedhakep saluku tunggal nutupi babahan hawa sanga minta bantuan Dewa agar proses penyembuhan berjalan lancar. Setelah pertolongan itu datang dengan pertanda adanya angin semribit beraroma wangi maka segera saja minyak jayeng katong itu di pyur-pyur kan ke tubuh Lara Amis, dan aneh bin ajaib bau amis dari tubuhnya hilang seketika berganti dengan harum semerbak mewangi. Wajah Lara Amis segar bercahaya, matanya berbinar-binar, rambutnya terurai terhempas angin sepoi-poi basa, bibirnya basah setengah terbuka merah merekah menimbulkan gairah.
Akhirnya tanpa disadari mereka berdua, terjadilah cinta terlarang di atas perahu di tengah sungai Gangga di bawah langit terbuka. Melihat kejadian ini Dewa di Kayangan menjadi murka dan mengirimkan puting beliung berupa tiang awan hitam diiringi deru angin yang dahsyat sehingga suasana menjadi gelap. Prahara itu menghantam perahu hingga pecah berkeping-keping menjadi ratusan cuwilan papan.
Palasara dan Durgandini yang sedang bermesraan menjadi terkejut bukan main dan segera menyelamatkan diri berenang dengan gaya bebas menuju tepian sungai. Keajaiban kembali terjadi, setelah cuaca menjadi padhang njingglang maka terlihatlah perahu yang pecah tadi menjelma menjadi manusia setengah raksasa tinggi besar bernama Rajamala. Sedangkan sepasang dayung perahu itu menjelma menjadi ksatria kembar bernama Rupakenca dan Kencakarupa.
Palasara dan Durgandini yang selamat ke tepian segera membangun pondok di tepi sungai di bawah pohon ingas yang besar dan rindang. Dewi Durgandini pun kemudian mengandung hasil perkawinan siri dengan Palasara tanpa pemberkatan dan catatan sipil. Menjelang kelahiran bayi pertama itu Palasara merasa trenyuh melihat situasi yang tidak kondusif yang dialaminya berdua. Segera dia semedi alias meditasi dengan khusyuk meminta pertolongan Dewa agar diberikan rumah yang layak huni.
Karena Palasara mantan pertapa yang tahan lapar dan haus serta tahan menderita maka permohonannya dikabulkan oleh Dewa. Tidak saja dia memperoleh rumah layak huni tetapi bahkan sebuah istana yang megah, lengkap dengan perabotannya. Karena letak istana ini dekat pohon ingas maka Palasara memberi nama Astina. Kemudian hari istana megah itu berkembang menjadi sebuah kerajaan, dan sebagai raja pertama di Astina Palasara bergelar Prabu Dipakiswara. Kebahagiaan Palasara dan Durgandini menjadi lengkap ketika menerima anugerah berupa lahirnya seorang bayi laki-laki berwajah pas-pasan berkulit hitam, meski bapaknya cakep ibunya cantik. Bayi tersebut diberi nama Abiyasa. Sumber: pewayangan.